Chapter 34 - Kuntilanak.

482 62 11
                                    

"Hah? Kuntilanak?" curiga Vanessa, "eh ini 'kan Korea. Mana ada kuntilanak go internasional," gumamnya lagi sambil terkekeh pelan, lalu melanjutkan langkahnya.

Sedetik kemudian senyumnya hilang, teringat sesuatu.

"Tapi di Korea 'kan juga ada hantu mirip kuntilanak..."

Dia tiba-tiba teringat cerita yang pernah disampaikan Yura kepadanya. Di Korea ada hantu perempuan mirip kuntilanak, yang mana hantu tersebut identik dengan air. Kebetulan, di tempatnya berdiri sekarang, ada sebuah air mancur besar yang berjarak tidak begitu jauh. Jam yang sudah menunjukkan waktu petang turut menambah rasa ngeri.

"Mana udah jam Mmgrib," gumam Vanessa. Ia teringat mitos yang ia dengar saat kecil di kampung neneknya dulu, dimana saat waktu magrib banyak makhluk halus berkeliaran.

Vanessa merasa was-was, juga sedikit takut. Dia memperhatikan sekeliling. Setelah terdiam sebentar untuk berpikir, ia mengangguk mantap.

"Kata orang, sekalinya digangguin hantu, bakal digangguin terus sampe hantunya puas. Karena hantu suka orang yang takut, berarti gue ga boleh takut. Jadi..."

Vanessa mengeluarkan handphone dari sakunya.

"...ayo kita jadiin konten!"

"Nanti gue post di youtube, siapa tau viral, hihi. Mampus lo, hantu."

Dengan pikiran konyol itu, Vanessa merekam sekitarnya sembari melangkah semakin dekat menuju arah tangisan. Bahkan sebelumnya dia sempat mengakses internet dan mencari cara bagaimana agar bisa merekam hantu dengan baik.

'Tutorial ngerekam hantu pake kamera handphone' ketik Vanessa di browser handphone-nya beberapa saat lalu.

Sampai di tempat tangisan terdengar paling keras, Vanessa menemukannya.

Seorang gadis berbaju putih dengan rambut sebahu yang duduk di ayunan.

"Lah kok mini?" gumam Vanessa pada dirinya sendiri.

Bukan hantu, tapi yang ditemukan Vanessa adalah seorang anak kecil bertubuh gempal yang sedang menangis.

Setelah menyimpan handphone-nya ke dalam saku, Vanessa segera mendekati anak itu.

"Permisi, kamu baik-baik saja?" tanya Vanessa setelah berjongkok di depan anak itu.

Anak itu melihat sebentar, kemudian kembali menutup wajahnya dengan tangan, "Kaseyo*," ucapnya sambil menangis.
*Pergilah.

"Wae? Neo gwaenchana?" tanya Vanessa lagi dengan nada suara ramah, sedikit khawatir kalau-kalau penyebab anak itu menangis karena terluka.

Anak itu melihat Vanessa, "Kata eomma aku tidak boleh bicara dengan orang asing."

Vanessa tersenyum kikuk, "Itu memang benar, tapi... Ah, kamu mau snack?" ucapnya, mengangkat plastik berisi jajanannya tadi sambil tersenyum.

"Sireo! Nanti aku semakin gendut dan dikatai lagi," ucap anak itu sambil cemberut.

"KIYOWOKKKK," teriak Vanessa dalam hati.

"Eo? Siapa yang bilang kamu gendut?" ucap Vanessa.

"Teman-teman di sekolahku. Mereka mengejekku, mengatakan aku terlalu jelek dan gendut untuk menjadi idol," ucapnya.

"Kamu mau jadi idol?" tanya Vanessa.

Anak itu mengangguk, "Jeo Red Velvet eonni cheoreom dwaego sipeoyo*, jadi saat ada acara di sekolah tadi aku menyanyikan lagu Ppalganmat*. Tapi anak-anak yang lain malah mengatakan aku bermimpi ketinggian dan mengatakan aku jelek dan gendut," ucap anak itu masih sambil terisak.
*Aku ingin jadi seperti kakak-kakak Red Velvet.
*Ppalganmat : Red Flavor, lagunya Red Velvet.

IDOL [HIAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang