Chapter 1 - Challenge.

3.1K 161 11
                                    

Seperti biasa, makan dikantin dengan khidmat adalah kegiatan menyenangkan bagi empat sekawan ini.

Dengan santainya, Vanessa mencomot bakso dari mangkok Zafya.

"Eh!"

Vanessa mengendikan bahu atas protes itu. Lalu tanpa ragu mengambil cemilan Lira tanpa izin.

"Kalau laper, jajan Van. Ya kali ngambil punya orang mulu," sahut Ninta gemas.

"Ga ada uang," jawab Vanessa sekenanya. Padahal mereka tahu, Vanessa selalu diberi uang mingguan. Apalagi sekarang masih awal minggu. Kemana uangnya?

"Jangan bilang beli album?" selidik Zafya.

"Album apa?" lanjut Lira tanpa menunggu jawaban Vanessa terhadap pertanyaan Zafya sebelumnya.

"LY : Her," jawab Vanessa pelan, seolah takut ada orang yang mendengarnya.

"Kok ga ngajak-ngajak!" protes Lira. Namun sayangnya hanya dibalas cengiran Vanessa.

Beberapa saat kemudian, tepat setelah Zafya menghabiskan makanannya, bel masuk berbunyi. Bel menyebalkan bagi sebagian murid yang malas belajar. Tapi berbeda dengan Vanessa yang berpikiran selangkah lebih maju.

Berarti 1 jam 30 menit lagi sebelum bel pulang, mantap! batin Vanessa riang.

Ya, selangkah lebih maju kan?

Dengan segera, mereka meninggalkan meja dan menuju kelas. Tapi didalam koridor mendekati kelasnya, Vanessa ditahan sebentar oleh seseorang.

"Nanti pulang bareng ya?"

"Siap bos!"

Lalu Vanessa berlari menyusul teman-temannya yang sudah beberapa langkah didepan.

***

Pelajaran olahraga, salah satu pelajaran yang digemari Vanessa. Alasannya ya, karna tidak banyak berpikir.

Kebetulan hari ini pembelajaran mereka adalah basket. Keahlian Vanessa lagi, tentunya.

"Rinto lempar kesini!" teriak Vanessa. Setelah menerima lemparan Rinto, dengan lincah Vanessa men-dribble bola menuju ring lawan. Namun sebelum melakukan shooting, bola sudah direbut oleh tim lawan sehingga usaha Vanessa gagal.

Ring tim Vanessa meloloskan dua gol dan memberikan poin bagi tim lawan, menciptakan kekalahan bagi timnya. Tapi poin tersebut bukannya dicetak tim lawan justru guru olahraga mereka.

"Kalian kenapa sibuk main sendiri? Teman-teman kalian nunggu giliran tuh," ceramah Pak Joni.

"Ga sendiri kok Pak, bareng-bareng, semua anak cowok ikutan, nah ditambah Vanessa tuh," balas seorang anak laki-laki yang biasa Vanessa panggil Ijong.

"Iya, terserah. Sekarang kasih kesempatan temen-temen kalian yang lain latihan," titahnya tak dapat diganggu gugat lagi.

Dengan segera, siswi yang dari tadi hanya menonton mulai berdiri dan melaksanakan perintah Pak Joni.

"Vanessa, bantu mereka ya," pesan Pak Joni sebelum beranjak pergi untuk memberi arahan pada anak laki-laki.

"Yesss!!" teriaknya dalam hati bahagia.

Seketika para siswa yang tadi ikut bermain dengan Vanessa menjadi iri. Vanessa diizinkan bermain basket lagi tapi mereka hanya diberi satu bola kasti sebagai ganti untuk bermain.

Vanessa membantu teman-temannya yang kurang mampu melakukan beberapa teknik, walau sesekali masih memonopoli bola untuk dirinya sendiri.

"Zafya, giliran kamu," panggil Vanessa. Zafya berjalan malas-malasan.

IDOL [HIAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang