Bikin baper anak orang, trus di jatuhin sejatuh-jatuhnya, gitu aja terus sampe cowok jadi yang selalu benar.
.
.
.
Adelia Kartika Ocean"Kak Adel, bareng Ica sama kak Rafa aja yuk" ajak Jessica pada Adel yang saat ini menuju gerbang rumahnya.
"Ck, gue gak butuh tumpangan" jawab Adel ketus dengan pandangan yang masih menatap lurus ke depan.
"Kak, bentar lagi kita telat loh" ujar Jessica yang tiba-tiba mencekal tangan Adel.
Adel menghempas dengan kasar tangan milik Jessica dan menatap gadis itu tajam. "Lebih baik gue telat daripada harus bareng sama lo"
Adel berlalu, meninggalkan Jessica yang matanya sudah berkaca-kaca.
Cih, dasar lemah batin Adel.
"Ica punya salah apa sih sama kakak?" Tanya Jessica dengan suara lirih, sontak itu membuat langkah Adel terhenti, namun tidak berbalik.
"Bilang kak, jangan diem aja, apa yang harus Ica lakuin supaya kakak bisa kembali kayak dulu lagi"
Adel berbalik, menatap Jessica dengan tatapan datarnya.
"Pergi dari hidup gue, S.E.L.A.M.A.N.Y.A" ujar Adel sambil menekan kata selamanya, lalu Adel segera berlari kecil, meninggalkan Jessica dan Rafa yang masih berdiri
🎄🎄🎄
"Adel lo udah sarapan kan? Udah minum obat kan?" Tanya Tasya saat melihat Adel yang berjalan memasuki kelas dan duduk di sampingnya.
"Udah"
"O iya del, gue udah nemu psikiater yang tepat buat lo, jadi na----"
"Gue gak bisa" balas Adel detik itu juga.
Tasya menghela napas, ia berbalik, menatap wajah Adel dengan serius.
"Adel, ntar kalo dibiarin bisa jadi tambah parah, gak baik juga kalo lo terus-terusan bergantung sama obat itu"
"Gue gak papa sya, suer deh, gak perlu ke psikiater segala"
"Gimana lo bisa yakin del? Depresi lo itu bukan depresi biasa, bisa aja lo ngelakuin self injury, atau semacam nya lah" Kata Tasya dengan pelan, namun terlihat serius.
Adel terkekeh, ternyata Tasya belum tau jika dirinya sering melukai diri sendiri agar ingatan menyebalkan itu tidak datang lagi, termasuk percobaan bunuh diri.
"Gue ngerti. Tapi bener-bener gak bisa sya"
"Gak bisa kenapa del?"
Adel menggeleng, ia menyenderkan punggungnya pada kursi tempat ia duduk, lalu pandangannya menatap papan tulis yang berwarna putih dengan pandangan kosong.
"Adel" tegur Tasya.
"Gue lebih baik kayak gini sya"
"Lo ngo---"
"Buat apa gue sembuh kalo ternyata kesembuhan gue ngebawa bencana buat orang lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ME-US&END
Teen FictionHanya ingin menemukan tempat berlabuh yang tepat, hanya itu, Adel yakin hanya itu. Namun kenapa takdir seolah-olah menjauhkan Adel dari semua yang ia harapkan? Tidak cukupkah jika selama ini dia begitu dipermainkan oleh alur ceritanya sendiri? Kehar...