Lo itu rumus Matematika atau apa? Di hafalin bikin pusing, di lupain malah bikin celaka masa depan.
.
.
.
Kenandra SebastianDrtt.. drt...
Ponsel Adel bergetar, menandakan ada panggilan masuk, gadis itu langsung mengambil ponselnya yang berada di atas nakas, lalu segera menerima panggilan itu.
"Halo del"
"Kenapa sya?"
"Gue udah nemu psikiater yang cocok buat lo bree"
"Gue gak bisa sya"
"Lah? Kenapa?"
Adel kembali teringat deng kartu ATM nya yang masih di pegang oleh Santi. "Kagak punya duit gue"
"Hilih kintil. Kayak sama siapa aja lo, gue bisa pinjemin kok del, so bes--"
"Gue beneran gak bisa sya, plis"
"Lo sebenernya pengen sembuh gak sih del?"
Adel menatap kosong kedepan, entahlah. Ia tidak punya keinginan apapun untuk saat ini. "Jangan buang waktu lo demi gue sya, makasih buat perhatiannya selama ini, gue emang lebih baik pergi" ujar Adel sambil menutup telfon.
Gadis itu tersenyum simpul. Apa yang harus disembuhkan? Sudah cukup luka yang ia terima selama ini, di tambah lagi dengan surat dari rumah sakit yang ia dapatkan tadi sore.
Ya, Adel memang sempat diantar oleh Rafa ke rumah sakit, sekalian untuk menanyakan penyebab sakit kepala yang dialami Adel.
Dia mengidap Meningitis, kata dokter masih bisa di sembuhkan selagi dia tidak mengkonsumsi pil penenang itu tadi.
Jantungnya tak bisa menahannya lagi, overdosis dari gadis itu sudah merambat menuju otak nya. Dan tentang kejadian Adel saat di pantai tadi... itu termasuk reaksi ringan atau gejala yang dialami gadis itu.
Untung Rafa sedang di luar ruangan. Jadi tidak bisa mengetahui atau mendengar hal itu.
Ting!!(notif pesan)
Nomor berbeda dengan pesan yang sama, Adel juga tidak mengerti. Pesan itu terus meneror Adel sejak dia mendapatkan mimpi buruk tentang bom yang menghancurkan sekolahnya.
60 hari, jika di hitung dari sekarang, tanggal itu jatuh pada tanggal 10 Agustus. Tepat pada hari ulang tahunnya, positif thinking saja, mungkin orang yang menerornya itu ingin memberikan kejutan ulang tahun untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME-US&END
Ficțiune adolescențiHanya ingin menemukan tempat berlabuh yang tepat, hanya itu, Adel yakin hanya itu. Namun kenapa takdir seolah-olah menjauhkan Adel dari semua yang ia harapkan? Tidak cukupkah jika selama ini dia begitu dipermainkan oleh alur ceritanya sendiri? Kehar...