Part 13

5.3K 744 84
                                    



Jaemin perlahan membuka pintu dormnya. Setelah melihat sekeliling ruangan utama yang gelap gulita, Jaemin menghembuskan nafasnya pelan.



" Syukurlah." Bisiknya entah kepada siapa.



Dengan mengendap-ngendap seperti pencuri, Jaemin melangkah menuju kamarnya.


Sepertinya pemuda Na itu benar-benar takut melihat manusia sekarang. Sebenarnya Jaemin bukan takut melihat manusianya, ia lebih takut jika di tanyai kemana saja ia seharian ini padahal salah satu membernya sedang ' bersukacita ' dan kenapa sama sekali tidak memberi kabar.




Jaemin meraih gagang pintu kamarnya dan dengan pelan membukanya.



Jaemin berjengit ketika melihat cahaya menyeruak dari pintu kamarnya yang baru terbuka satu senti itu. Jaemin sempat ingin menutup kembali pintu kamarnya, takut jika di dalam sana para membernya atau bahkan Renjun, telah menunggu untuk menginterogasinya.



Tapi hening.


Setelah bergelut sebentar dengan fikirannya, akhirnya Jaemin memutuskan untuk kembali mendorong pintu kamarnya. Ia berfikir, mau bagaimana pun Jaemin menghindar, ia akan tetap bertemu dengan member yang lain dan juga Renjun. Baik itu sekarang ataupun nanti.




Sesaat Jaemin terpaku di ambang pintu ketika melihat seisi kamarnya yang lengang, sama sekali tidak di penuhi member seperti apa yang tadi di fikirkannya. Yang ada hanya seonggok tubuh mungil yang masih di balut setelan resmi tengah tertidur di meja komputernya.


Bahkan seonggok tubuh mungil itu lebih parah daripada 4 orang member yang tadi di di khawatirkannya itu.



Jaemin kembali menghela nafas berat. Di tutupnya kembali pintu kamarnya dengan hati-hati. Lalu melangkah masuk menuju ke arah dimana seorang pria mungil dengan punggung sempit itu berada.




Jaemin menatap sendu wajah pemuda Huang yang tertidur dalam lelahnya. Dengkuran halus menyapa rungu Jaemin.


Jaemin berlutut di sebelah Renjun dan menatap lamat wajah luarbiasa cantik di depannya itu. Perasaannya berkecamuk. Seketika rasa bersalah menggerogotinya.


 Seketika rasa bersalah menggerogotinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


" Maafkan aku. Apa aku sangat menyakiti perasaanmu?" Lirih Jaemin. Tangannya terulur untuk menyentuh pipi selembut kulit bayi itu dengan ujung jemarinya.


"...."



" Aku benar-benar tidak tau harus melakukan apa."




"....."




" Aku tau kamu terluka. Karna itulah aku tidak berani muncul di depanmu."



"....."





Holding On | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang