Part 14

5.3K 774 671
                                    





Renjun berjalan perlahan ke arah sofa. Pemuda Huang itu mengenakan piyama yang sedari pagi masih melekat di tubuhnya, padahal sekarang sudah menunjukan jam 12 siang.

" Jeno, Jaemin. Apakah stok obat demam kita sudah habis?" Ujar Renjun sembari duduk pelan-pelan di sofa. Kedua Pemuda yang di tanyainya itu tengah asik bermain game online berdua dengan suara yang sangat berisik.


" Jeno? Jaemin?" Renjun lebih mengeraskan suaranya. Wajahnya agak pucat. Sesekali ia terbatuk kecil.

" Hm? Wae Injunie?" Jawab Jeno. Jaemin ikut melirik tapi sedetik kemudian ia seperti kaget ketika tiba-tiba melihat lawan yang hendak menembaknya. Jaemin kembali fokus kepada gamenya dan membiarkan Jeno yang menjawab pertanyaan Renjun.

" Stok obat demam habis?" Ulang Renjun.

" Molla. Sepertinya. Wae?" Jawab Jeno sembari kembali terfokus kepada ponselnya.

" Bisa belikan obat untukku?" Tanya Renjun dengan suara yang lemah,yang terdengar tidak begitu jelas di telinga Jeno. Apalagi di telinga Jaemin yang duduk agak jauh dari Jeno dan Renjun.

" Apa? Jaemin saja." Jawab Jeno cukup keras.

" Aku? Aku kenapa? Aku juga sedang bermain kan?" Balas Jaemin yang tidak tau apa-apa.

" Arra." Jawab Renjun lemah. Tangannya segera terulur mengambil ponselnya di dalam kantong piyamanya. Setelah mencari-cari sebuah kontak, akhirnya Renjun mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

Renjun melirik sekilas ke arah Jaemin yang berteriak frustasi karna sepertinya ia kalah dan tertembak. Terbukti dari Jeno yang kini menertawakannya dengan mata tak lepas dari ponsel.

" Renjunie. Kamu tadi ingin meminta apa?" Tanya Jaemin yang telah menaruh ponselnya.

" Tidak jadi. Aku akan minta tolong Mark hyung saja.---- Ah, halo hyung, bisakah---"

Renjun terperanjat ketika melihat Jaemin merebut ponselnya dan mematikan sambungan teleponnya.

" Mengapa harus merepotkan yang jauh sedangkan yang dekat ada?" Ujar Jaemin sembari mengembalikan ponsel Renjun.

" Jadi apa? Renjunie kenapa?" Lanjut Jaemin ketika melihat Renjun hanya menatapnya tanpa ekspresi.

" Bukankah tadi kamu bilang tidak bisa?"

" Tadi aku tidak mendengar ucapanmu." Jawab Jaemin.

Ponsel Renjun kembali berdering.


" Tidak usah angkat. Aku akan membantumu. Jadi apa?"

Renjun menatap ragu ponselnya sesaat sebelum menjawab.

" Aku minta tolong belikan obat penurun panas."

Jaemin terkejut dan segera duduk di sebelah Renjun, menaruh tangannya di dahi dan juga leher Renjun.

" Astaga. Suhunya sangat panas. Ayo ke kamar. Akan ku belikan obat. Atau kita pergi berobat saja?" Ujar Jaemin. Jeno yang masih bermain menatap keduanya sekilas.

" Ada apa Jaem?" Tanya Jeno.

" Renjunie demam." Jawab Jaemin sekilas dan kini menempatkan kedua tangannya di sisi tubuh Renjun.


" Ayo ku antar ke kamar." Ujar Jaemin.

" Sebaiknya panggil dokter saja Jaem." Ujar Jeno melirik Jaemin yang kini membantu Renjun berdiri.


Holding On | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang