14. Kontrakan Baru

1.2K 179 54
                                    

Cukup sulit mencari kontrakan yang pas dengan kriteria yang Tejo inginkan. Ia mencari kontrakan di daerah dekat kantor. Tidak hanya sendirian, ada Zikri juga yang membantunya. Bahkan, Fahrul pun ikut terjun membantu.

Omong-omong soal Fahrul, Risya dan Fahrul belum pernah bertemu sebelumnya. Tejo pernah memberi tahu foto Fahrul pada Risya, tapi Fahrul tidak diberi tahu foto Risya bagaimana bentuk istrinya itu pada temannya. Masalahnya, Fahrul yang masih lajang, takut jadi pebinor. Hahaha ....

Hari ini, tepat di hari Sabtu Tejo akan pindah ke kontrakan barunya itu. Akhirnya ia menemukan juga kontrakan yang pas untuknya dan Risya. Lingkungannya pun aman. Jadi, ia tidak perlu khawatir jika meninggalkan Risya sendirian di kontrakan.

Barang-barang di kos memang tidak terlalu banyak, hanya saja Tejo memakai mobil pick up milik Pak Rus. Yang menyetirnya adalah Zaki. Ghani mengekor pada akhirnya. Anak itu penasaran bagaimana kontrakan Tejo. Hih, padahal ya sama saja. Ada tembok, ada genteng, ada kamar mandi. Beralibi saja penasaran, aslinya bosan di kos sendirian waktu hari libur.

Tejo dan Risya sudah pamit pada Pak Rus dan Ibu Iin. Ghani dan Zikri mengekor di belakang. Saat motor Tejo keluar dari pekarangan kos, Zaki baru saja menyalakan mesin mobil. Nyaris mendorong persneling suara Bu Iin mengurungkannya melakukan itu.

Ibu Iin--ibu kos--itu tergopoh menuju mobil sambil membawa satu toples berukuran sedang di kedua tangannya. Ghani dan Zaki dibuat kebingungan.

"ZAKI! BENTAR! TUNGGUIN, IBU! INI JUGA KENAPA, SIH, KALAU UDAH TUA JALAN GAK BISA CEPET KAYAK MASIH MUDA DULU!"

Ghani dan Zaki tertawa mendengar dumelan Bu Iin itu. "Calon mertua lo, Bang," ucap Ghani sambil menyikut lengan Zaki.

Zaki balas dengan jitakkan di kepala Ghani. "Sembarangan!"

Ghani tertawa dan menjauhkan kepala. "Ucapan adalah doa," katanya.

Bu Iin datang dan berdiri di samping mobil. "Ini, rengginang. Pasti di sana gak ada cemilan, kan? Jadi, ya udah, kalian bawa aja rengginang ini, di rumah ibu masih banyak, kok. Mubadzir kalau gak dibagi. Udah itu aja," ucapnya. Menyerahkan stoples rengginang itu.

Karena sudah tidak aneh dengan sikap Bu Iin, Zaki tertawa sambil menerima itu. Ghani mengambil alih stoplesnya, lalu membuka tutup dan mengambil satu rengginang yang berukuran kecil.

"Makasih, Bu Iin, jadi enak," ujar Ghani tanpa rasa bersalah. Dan mulai memakan rengginangnya.

Ya ampun, Zaki menaikkan salah satu sudut bibirnya melihat kelakuan Ghani. "Idih, dasar bocah!" semburnya pada Ghani yang tidak digubris sama sekali. Lalu ia beralih pada Bu Iin. "Makasih, ya, Bu, kami pamit dulu sebentar."

Bu Iin, mengibaskan tangannya. "Gih, sana, hus, hus!"

Zaki mendorong persneling dan mulai menekan gas. Mulai menjauhi pekarangan kos.

"MAKASIH, BU, RENGGINANGNYA!"

Ghani masih sempat memekik kegirangan karena diberi stoples rengginang.

...

Siang hari, Ghani dan Zaki masih ada di kontrakan. Tejo dan Risya baru saja datang setelah membeli mie ayam. Melihat Ghani dan Zaki yang telentang di dalam kontrakan itu membuat Tejo berdecak sebal.

"MAKAN, MAKAN! YANG GAK BANGUN, MAKANANNYA BUAT KUCING, KEBETULAN LAGI NONGKRONG KUCINGNYA DI DEPAN KONTRAKAN!" seru Tejo sambil menggedor pintu. "KOCHENG OREN!" lanjutnya.

Risya memegang lengannya. "Mas, laper itu mereka, kasian," ucapnya.

Tejo menoleh. "Alasan itu mah, Sya, supaya bisa makan gratis."

I Found the Love (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang