4. Married (Flashback)

1.3K 177 10
                                    


...

Rencana hanya seminggu di kampung hanya fiktif belaka. Nyatanya hingga dua minggu lebih ia ada di kampung. Satu minggu mengurus persiapan pernikahannya yang hanya diadakan di KUA terdekat. Tidak ada resepsi. Tidak ada orang terdekat juga yang datang. Ini benar-benar hanya ada Tejo, Risya, bapak, ibu, Mas Faiz dan keluarganya, serta Mbak Bunga dan keluarganya.

Setelah dari KUA, mereka pulang ke rumah. Mulai hari ini, Tejo dan Risya resmi menjadi suami-istri. Kalimat sakral sudah Tejo lantunkan dengan lantang. Membuat ibu terisak kecil. Ahh, jangan lupakan Risya juga yang meneteskan air matanya.

Ibu memanggil Risya dengan sebutan Adek. Dua minggu terakhir, Risya masih kurang ekspresif. Masih sering melamun diam-diam. Dan berbicara jika diajak mengobrol. Namun, dengan perlahan gadis itu akan luruh juga. Apalagi ketika bersama keponakan-keponakan Tejo—anak Mas Faiz dan Mbak Bunga—Risya betah bermain. Padahal hanya bermain masak-masakan.

Anak Mas Faiz perempuan, sama seperti anak Mbak Bunga. Masih berumur tiga tahunan. Bayi batita itu suka mengajak Risya bermain jika sudah melihat wujud Risya.

Perihal Risya yang masih malu-malu, hal itu tidak membuat ibu patah semangat untuk menjadi dekat dengan Risya. Ibu benar-benar menganggap Risya seperti anaknya sendiri. Bahkan posisi Tejo sudah tergusur sekarang.

"Adek, kok melamun?"

Risya langsung menoleh saat ibu menyentuh bahunya. Ia sedang duduk di teras samping rumah. Padahal tidak ada yang menarik di sana. Hanya ada pohon mangga besar dan jemuran saja. Tapi, ia merasa tenang di sana ditemani kicauan burung milik bapak yang menggantung di sisi atas dekat tembok.

"Makan, yuk?"

"Ibu aja, Risya belum laper kok."

Ibu menatap Risya dengan dalam. Ia sudah mendengar semua cerita dari Tejo. Mendengar kisah hidup Risya, membuat jiwanya sebagai seorang ibu bergetar.

"Udah siang lho ini, masa belum laper juga? Atau, mau Mas yang ambilkan?"

Risya menggeleng cepat. Memberi senyuman tipis. "Nggak, Buk, nggak papa, makasih."

Ibu menghela napasnya. "Mau cerita sama ibu, Dek?" Ia kemudian menarik pelan tubuh Risya agar bersandar padanya.

"Anggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Adek punya banyak keluarga sekarang. Jangan takut sendirian, karena kamu nggak akan pernah sendirian di sini."

Perlahan bayangan wajah dan suara ibunya terlintas. Membuat Risya kini terisak pelan. Mencengkram sisi pakaian ibu. "Risya, kangen ibu."

Ini sudah dua minggu dari hari meninggalnya ibu Risya. Rumahnya tetap ditempati oleh gadis itu sebelum akhirnya akan ia tinggalkan ketika dirinya sudah menikah dengan Tejo.

Hati seorang ibu pasti akan berdenyut saat mendengar seorang anak yang mengatakan kalau ia merindukan ibunya.

"Ibu juga ibu kamu, Sya. Kamu masih punya ibu di sini."

"Buk." Risya menjauhkan tubuhnya. Ia menatap ibu sambil menggenggam kedua tangannya erat. "Makasih udah menerima Risya, padahal ibu tahu kalau aku cuma orang asing di sini," lanjutnya.

Ibu mengusap pipi Risya. "Mau kamu dulunya asing atau enggak, ibu akan tetap menerima kamu jadi anak ibu, Sya. Ibu tahu, cinta di antara kamu dan Mas, belum tumbuh. Tapi, ibu yakin, esok hari nanti, cinta akan tumbuh dalam hati kalian masing-masing." Ibu menarik seulas senyum.

"Apa pun keputusan kamu dan Mas ke depannya nanti, ibu akan selalu dukung. Kamu juga harus bisa ikhlas atas kepergian ibu kamu. Hidup masih panjang, perjalanan kamu nggak akan berhenti sampai di sini aja. Kebahagiaan menjemput di esok hari nanti."

I Found the Love (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang