Klo ada bahasa Sundanya yang salah. Tolong kasih tau ya 😘🤗😊
Pagi itu aku pamit pada Bi Ati untuk pergi belanja keperluanku. Lia sedang menonton drama korea kegemarannya. Dia membawa laptop miliknya sendiri dari rumah. Kata Bi Ati warungnya itu tidak jauh dari rumah Adrian. Aku hanya tinggal menyusuri jalan saja. Di kanan-kiriku melihat hamparan padi nan hijau. Terasa damai rasanya. Andai Lia tidak sedang hamil mungkin aku sudah mengajaknya. Dia pasti senang. Ternyata cukup jauh aku belum menemukan warung juga. Aku kelelahan berjalan. Bi Ati sepertinya membohongiku.
Aku juga melewati rumah Om Tian. Jadi mampir terlebih dahulu. Beliau memberitahuku jika warungnya belum buka. Aku harus menunggu jam 9 atau jam 10 biasa bukanya. Aku memutuskan untuk menunggu dari pada harus pulang lagi. Aku dan Tante Ratna mengobrol membicarakan bagaimana rumah tanggaku dengan Adrian. Aku terpaksa berbohong. Aku menceritakan jika rumah tangga kami baik-baik saja masih dalam tahap penyesuaian.
Setelah warungnya buka, aku segera berbelanja apa yang dibutuhkan. Warungnya memang tidak komplit tapi masih ada barang cadangan meski pun beda merek saja. Ingin rasanya aku membelikan susu hamil untuk Lia. Namun aku urungkan, pasti itu akan membuat curiga. Aku baru menikah masa iya sudah membeli susu hamil.
Ibu warungnya menegur saat aku sedang memilih. "Neng istrinya Kang Adrian ya?" tanyanya.
"Iya, Bu," jawabku dengan ramah.
"Oh, kenapa atuh orang-orang sini nggak di undang?" tanyanya.
"Resepsinya di Jakarta, Bu. Mungkin Adrian juga nggak mau merepotkan." Aku hanya menjelaskan seadanya.
"Kenapa nggak buat resepsi di sini juga. Warga sini juga kan pengen kondangan gitu," ucapnya sambil tertawa. Aku tersenyum. "Kang Adrian pernah mau di jodohin kan sama orang sini. Tapi nggak jadi. Eh jodohnya jauh dari Jakarta. Katanya masih saudara sama Kang Ian ya, Neng?"
"Iya, Bi. Saya keponakannya."
"Oh, gitu.." Ada seorang ibu-ibu yang berbelanja. Mereka berbisik-bisik sambil melihatku. Aku tidak tahu apa yang di bicarakannya. Aku masih memilih barang yang diperlukan. Diam-diam aku berpikir, pasti warga sini tahu tentang Adrian dan keluarganya. Penasaran juga mengenai suamiku itu. Bagaimana dia di lingkungan rumahnya.
"Bu, saya mau tanya. Kalau orang tuanya Adrian ke mana ya?" tanyaku. Kedua ibu-ibu tersebut saling menatap satu sama lain.
"Memang Neng nggak tau?"
"Apa?"
"Orang tuanya kan udah meninggal," jawab Ibu warung.
"Udah lama?"
"Iya, udah lama juga. Duluan ibunya dari pada ayahnya."
Aku mengangguk. "Sakit?"
Mereka terdiam seperti bingung untuk menjelaskannya. "Iya, sakit." Namun dari gerak-geriknya itu mencurigakan seperti ada yang di tutup-tutupi.
Aku kembali bertanya. Rasa keinginan tahuanku itu sangat tinggi. "Sakit apa ya, Bu."
"Duh, kalau itu saya kurang tau Neng. Mungkin bisa di tanyain sama Bi Ati. Soalnya Kang Adrian itu orangnya tertutup. Nggak pernah bergaul kecuali sama yang kerja aja. Begitu juga keluarganya."
Aku hanya dapat sedikit informasi. Meski pun masih abu-abu untuk di tebak. Aku segera menyelesaikan berbelanjaku tidak lupa membayarnya. Aku tidak mampir lagi ke rumah Om Tian. Sudah siang pasti Lia mencariku. Sabun, sampo hingga pembalut aku beli untuk persediaan nanti. Di jalan ada yang mengusik penglihatanku. Ada beberapa ibu-ibu serta anak-anak sedang mencari sesuatu di sawah. Aku penasaran sehingga menghampirinya. Mereka mengambil sesuatu seperti keong.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Marriage (GOOGLE PLAY BOOK)
RomanceSUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK & KARYAKARSA. Aku harus mengorbankan masa depanku demi adikku. Lia, adikku yang masih sekolah. Di jebak hingga hamil oleh temannya. Aku dipaksa menikah, demi menjadi orang tua dari anak yang dilahirkannya nanti. K...