Sejujurnya pernikahanku datar-datar saja, tidak ada yang istimewa. Sama-sama masih menutup diri namun keanehan demi keanehan yang aku rasakan semakin menjadi-jadi. Kedekatan Adrian dan Lia benar-benar mengusik perasaanku. Saat ini Adrian dan Lia pergi ke toko pakaian bayi di kota. Tanpa mengajakku, karena aku sedang tidur. Ketika aku bangun, Bi Ati memberitahukan kepergian Adrian dan Lia.
Aku menunggunya dengan perasaan gelisah. Takut terjadi apa-apa dengan Lia. Aku mondar-mandir di ruangan tamu. Apa lagi ada sesuatu tentang keluarga Adrian yang masih samar-samar. Terdengar suara mobil masuk ke dalam garasi. Aku segera keluar dan melihat suami serta adikku baru pulang. Adrian membukakan pintu mobil untuk Lia. Mereka terlihat senang. Aku berdiri di depan pintu yang terbuka.
"Kak Dini," panggil Lia riang. Adrian membawa paper bag begitu banyak.
Aku terpaksa tersenyum. "Kenapa nggak bilang mau pergi?" tanyaku.
"Kak Adrian yang ngajak, Kak." Lia memberitahukannya seraya melihat Adrian. Dengan tatapan merasa bersalah.
"Kamu lagi tidur. Lagi pula Lia bosan di rumah terus. Jadi aku mengajaknya untuk belanja keperluan bayinya."
"Kamu bisa bangunin aku kan," wajahku berubah dingin saat menatapnya. "Masuk Lia," aku menggandeng tangan Lia agar cepat masuk takut ada yang melihatnya. Adikku terlihat senang saat menyebutkan apa saja yang di belinya. Beberapa bulan lagi dia akan melahirkan. Aku tidak memperhatikannya melainkan pikiranku melambung jauh. Bertanya-tanya apa sikap Adrian berlebihan kepada adikku. Atau ada maksud lain? Apa aku mencari tahu dengan menanyakannya?
"Kak, kak Dini nggak ngedengerin aku ya?" tanya Lia.
"Dengerin kok. Ya udah kamu istirahat aja dulu ya. Pasti cape nyari-nyari keperluan bayi."
"Iya, Kak." Aku meninggalkan Lia di kamarnya agar beristirahat. Kakiku melangkah ke belakang rumah. Duduk di pendopo sambil melamun. Saat sendiri seperti ini kadang aku merindukan Malik. Kami sudah tidak pernah saling menghubungi. Aku memblokir nomornya. Dan di rumah ini akan seperti di penjara saja. Tidak ada kebebasan terutama Adrian hanya peduli pada adikku saja.
Dia melarangku pergi tapi dirinya? Seenaknya saja membawa adikku. Tanpa izinku lebih dulu. Aku adalah kakaknya Lia. Lebih berhak dari pada dia. Aku menarik napas dalam-dalam. Jika aku setuju dengan pikiran negatifku. Entah apa lagi yang harus aku lakukan. Semuanya sudah aku pertaruhkan. Cinta, perasaan dan masa depanku. Mungkin tinggal nyawaku saja yang masih tersisa. Di saat aku tidak sanggup, mungkin aku akan merelakannya juga.
Tidak ada peningkatan di pernikahan kami. Meski pun saat ini aku mulai menerima. Tapi apa gunanya jika hanya satu pihak saja. Semuanya percuma, iya kan? Berusaha sendiri itu melelahkan. Dan hanya membuang-buang waktu saja. Hanya aku yang akan terluka nantinya.
Aku ke dalam rumah acara melamunku sudah selesai. Saat kakiku berjalan aku melihat kamar Lia yang terbuka. Aku mengintipnya di sana Adrian sedang mengusap kepala Lia. Aku berdiri membeku ketika memergokinya. Jadi kecurigaanku benar? Merasa ada yang mengamatinya Adrian menoleh ke pintu. Di mana aku membeku ditempat dengan tatapan terkejut. Aku tidak bisa menyembunyikan perasaan kecewa yang mendalam. Mata kami saling bersibobrok.
Aku menutup pintu kamar kami. Dia berjalan di depanku. "Apa kamu suka sama Lia?" todongku menghentikan langkahnya. "Kalau iya, kenapa kamu nggak terus terang dari awal," lanjutku dengan meredam amarah. Aku merasa dikhianati jika ini benar-benar terjadi. "Jawab aku!" ucapku meninggi. Namun Adrian tetap tidak menjawabnya. Aku menarik napas panjang untuk mengurangi kesesakan di rongga dadaku. "Kamu benar-benar membuatku bingung," ucapku dengan air mata mengalir. "Kamu tertutup tentang keluargamu dan sekarang? Kamu menyukai adikku. Apa lagi yang aku nggak tau?" tanyaku dengan penuh kesesakan. "Aku sangat menyayangkan ketidak jujuranmu sejak awal. Kalau memang demi adikku, aku akan ngerelain pernikahan ini juga." Aku mengusap kasar air mataku. "Kamu bisa menunggunya kan? Lia harus menjadi Dokter sesuai cita-citanya. Baru kalian bisa bersama." Air mataku jatuh kembali saat mengucapkannya. Mungkin yang aku lakukan ini bodoh, sangat bodoh. Tapi aku tidak mau menghalanginya. "Kita bisa berpisah.. " ucapku meragu. Adrian masih memunggungiku. "Dan aku akan kembali pada Malik. Dia pasti akan menerimaku lagi." Malik pasti menerimaku apa lagi selama menikah aku tidak melakukan hubungan suami-istri. Dengan kata lain aku masih menjaga keperawananku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Marriage (GOOGLE PLAY BOOK)
عاطفيةSUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK & KARYAKARSA. Aku harus mengorbankan masa depanku demi adikku. Lia, adikku yang masih sekolah. Di jebak hingga hamil oleh temannya. Aku dipaksa menikah, demi menjadi orang tua dari anak yang dilahirkannya nanti. K...