Part 25 - Galau

1.5K 266 11
                                    

Aku sedang berbaring di sofa ruang TV. Keluargaku sudah tidur. Razan tidur dengan Lia. Aku tidak ingin mengganggunya biarlah adikku mencurahkan kerinduannya. Aku mengalah demi kebaikan. Mencoba mengerti dan menerima keadaan. Aku tidak boleh egois ingin memiliki Razan sepenuhnya. Lia adalah ibu kandungnya. Di keheningan malam menatap langit-langit. Lampu aku biarkan tetap mati. Ponselku yang di atas meja bergetar. Aku segera mengambilnya lalu membacanya. Adrian mengirim chat padaku.

"Dini, apa aku salah kalau mau buat kamu bahagia?"

"Tapi caramu salah!" balasku.

"Apa yang salah?"

Aku memincingkan mataku ke arah pintu kamarku dimana Adrian berada. "Ya salah, itu sangat berlebihan." Aku membalasnya kembali.

"Menurutku nggak. Selagi aku mampu, nggak jadi masalah."

Aku geram dengan isi pesannya. "A! Apa kamu nggak sayang uangnya? Ngabisin puluhan juta cuma buat itungan hari aja. Lebih baik gunain buat yang bermanfaat." Aku mendelik saat layar ponselku kembali menyala.

"Kamu masuk kamar dulu, aku jelasin."

Aku tidak menggubrisnya lagi. Aku justru kembali melamun. Terdengar suara pintu kamar terbuka. Aku lantas memunggunginya, enggan melihat Adrian.

"Dini, kita ke kamar yuk."

"Nggak mau!" sahutku ketus. Tanpa di duga aku merasakan jika tangannya menyusup lalu mengangkatku. Sontak aku berbalik dan mengalungkan tanganku di lehernya. "Apa-apan sih kamu!"

"Kamu di suruh masuk sendiri nggak mau, jadi aku gendong aja." Adrian mulai melangkah kakinya menuju kamar. Aku cemberut. "Kita bicara baik-baik." Aku sudah bad mood untuk membahasnya kembali. Dia membaringkan tubuhku di atas ranjang. Sedangkan dia duduk di pinggir ranjang. Adrian memandangiku. Dia menarik napas panjang lalu mengembuskan dengan sekali hentakan. "Maaf kalau udah buat kamu marah. Tapi aku masih nggak ngerti dimana kesalahan aku? Bisa kamu jelasin?"

Aku mendesah. "Aku nggak sependapat sama liburannya. Aku mau yang sederhana tanpa ngeluarin uang banyak."

"Tapi Dini, aku nggak masalah. Toh, kita pergi liburan nggak setiap hari atau setiap bulan kan. Aku pengen ngasih sesuatu yang spesial buat kamu dan keluarga. Sekali ini aja, please.. " ucapnya memohon. "Nggak lama, cuma dua hari aja kita nginapnya. Ini pertama kalinya aku punya keluarga," ucapnya seraya menundukkan kepala. Aku mengamatinya. Hatiku terenyuh, seolah bisa merasakan kesedihan yang dia rasakan.

Aku mendesah, "baiklah. Kalau memang itu nggak masalah buat kamu. Kita ke sana sesuai maumu." Aku mengalah demi kebaikan. "Tapi jangan sampai kamu nyesel nanti, karena harus mengeluarkan uang banyak." Aku memperingatkannya dulu.

Senyum lebar menghiasi bibirnya. "Nggak akan, nggak ada kata nyesel untukmu ." Aku membalas senyumnya. "Terima kasih," ucapnya lalu memajukan tubuhnya untuk mencium keningku.

***

Hari jum'at kami berangkat ke kepulauan seribu sesuai dengan Adrian inginkan. Dia sudah memesan Vila di sana dengan harga fantastis. Aku tidak ingin tahu, takut pingsan. Aku juga tidak memberitahu pada keluargaku. Kami ke sana menggunakan kapal. Syukurlah Razan tidak rewel. Dia lebih banyak tidur karena terkena angin. Perjalanan cukup jauh juga menuju resortsnya. Namun terbayar dengan pemandangan yang di suguhkan. Sungguh indah, ternyata ada uang ada kualitas. Semua yang ada harganya pasti bagus.

"Bagus kan?" sindir Andrian yang berdiri di sebelahku. Saat aku melihat sekeliling seperti di Bali. Aku terpukau dengan tempatnya. Aku mengangguk pasti.

Tempat ini memang bagus untuk yang ingin bersantai sejenak. Bisa menikmati pemandangan laut lepas karena masing-masing villa berada tepat menghadap pantai. Tidak perlu khawatir jika ingin berendam di area pantai dekat villa, karena setiap villa dilengkapi dengan pembatas sehingga bersifat lebih pribadi.

My Marriage (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang