Part 28 - Kedatangan Tamu

1.1K 231 11
                                    

Aku masih belum percaya dengan kehamilanku ini. Sehingga aku memesan testpack di aplikasi belanja online dengan jumlah 5 buah dengan berbeda merek. Jika aku membelinya di sini takut ketahuan Adrian. Dua hari kemudian paketku sampai. Aku harus menunggu Adrian pergi ke kebun baru aku melakukan test. Dan hal mengejutkan terjadi kelima testpack tersebut strip merah yang artinya aku benar-benar hamil. Aku mengacak-acak rambutku. Aku menjadi kesal karena kebodohanku. Kenapa aku telat mengingatkan pada Adrian tentang pengaman di awal kami berhubungan. Nasi sudah jadi bubur. Aku menuruni tangga dengan lesu. Bi Ati sedang beristirahat menonton TV di temani si montok, Razan. Aku berbaring di sebelahnya.

"Neng, Den Adrian udah tau?" tanya Bi Ati.

Aku tahu maksud dari pertanyaannya. "Belum, Bi. Nanti aja nunggu dia ulang tahun," jawabku asal. Padahal aku tidak tahu kapan ulang tahun suamiku. Biar Bi Ati tidak banyak tanya.

"Ciyee, biar jadi kado ya Neng."

"Iya, Bi. Awas ya Bibi ngasih tau duluan."

"Beres, Neng." Bi Ati mengacungkan jempolnya. "Rahasia terjaga."

Pintu rumah ada yang mengetuk beberapa kali. Aku meminta Bi Ati untuk membukakan pintu. Mendengar suara suara Bi Ati dan seseorang mendekat aku buru-buru bangun. Dia bukan seorang wanita melainkan pria. Aku mengira Om Tian ternyata saat aku menoleh ke belakang. Pria tinggi bertubuh atletis dan seperti Adrian. Artinya bukan orang Indonesia asli. Aku sempat bingung. Siapa dia? Aku tidak pernah bertemu sebelumnya.

"Neng, ini sepupunya Den Adrian. Namanya David, dan ini Neng Dini istrinya Den Adrian." ucap Bi Ati memperkenalkan

"Oh," aku berdiri lalu bersalaman. Dahinya mengerut saat melihat Razan dengan tatapan aneh. "Ini putraku," ucapku memberitahunya. Aku segera menggendong Razan.

"Oh," dia tersenyum. Aku pun tersenyum canggung.

"Bisa bahasa Indonesia?" tanyaku sebelumnya.

"Ya, bisa. Aku sudah tinggal lama di Bali."

"Aku telepon A Adrian dulu, biar cepat pulang." Aku meninggalkan ponselku di kamar. Tidak lama kembali ke ruang TV. Setelah menelepon Adrian di kamar. Dia akan pulang sebentar lagi. Bi Ati menyuguhkan minuman. Beliau mengambil Razan dari tanganku. Agar aku bisa mengobrol dengan David padahal aku juga bingung harus bicara apa padanya. "Aku udah telepon A Adrian. Katanya pulang sebentar lagi."

"Oke, kenapa kalian menikah tanpa ngundang aku?" tanyanya to the point.

Aku tercengang dengan pertanyaannya. Jawabannya mana aku tahu, kalau Adrian punya sepupu. "Maaf, karena kami menikah resepsinya cuma di Jakarta aja. Apa A Adrian nggak ngasih tau?" tanyaku.

Pria itu mendengus. "Dia nggak ngasih tau aku. Padahal kalau di undang aku pasti datang. Dari Bali ke Jakarta cuma beberapa jam aja." Dia sangat fasih bahasa Indonesia. Pasti sudah bertahun-tahun tinggal di Indonesia. Akan tetapi kenapa Adrian tidak pernah menceritakan mengenai sepupunya. Jika ada keluarganya yang tinggal di Indonesia.

"Kapan kalian menikahnya?" tanyanya. Sontak aku menghitung berapa lama kami menikah. Dan aku terdiam, ada sesuatu dari pertanyaan tersebut. Dia sudah melihat Razan. David hendak membandingkan usia Razan dengan pernikahan kami.

"Untuk apa kamu tau?" tanya Adrian dingin. Dia sudah pulang dan berdiri tidak jauh dari kami. Adrian terlihat tidak senang dengan kehadiran David di rumah kami. Dia tidak menunjukkan keramahan melainkan permusuhan. Pasti terjadi sesuatu di antara mereka sebelumnya.

David tertawa kecil. "Karena kamu nggak mengundang aku ke pernikahanmu." Dia berdiri lalu menghampiri Adrian. Di peluknya, entah perasaanku atau bukan jika David membisikkan sesuatu di telinga Adrian. Aku melihat ekspresi suamiku yang berubah. Rahangnya mengetat seperti sedang marah. "Lama nggak jumpa," ucapnya seraya menepuk-nepuk punggung Adrian. Suamiku segera mendorongnya menjauh. Dia menoleh padaku dengan tatapan yang sulit di artikan.

My Marriage (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang