MISI DARI MASA DEPAN

115 10 4
                                    


Waras tak mengira kalau suling yang baru dibelinya di pasar Tobo dapat mengeluarkan dua sosok halus dari antah berantah. Dia kaget. Upayanya untuk menekan pancaran energi Pendekar Putih belum berhasil. Padahal dia baru meniup nada doremifasolasido saja.

Dia baru dua hari yang lalu pulang dari Riau, membantu Nuansa memukul mundur mafia-mafia lahan. Selanjutnya Waras menjalankan misinya sendiri untuk menumpas dalang para pengikut ajaran Pendekar Hitam. Misinya itu menguras tenaga. Dia hampir kalah. Namun dengan hadirnya Abah Aji Aruman, yang selanjutnya dia panggil dengan Abah DP (Didi Petet), karena mirip, Waras bisa menumpas mereka. Kepulangannya ini untuk menghirup napas santai sejenak, ingin melipir sebentar dari hiruk pikuk kisruh semesta Watukayu. Tapi sepertinya belum diijinkan sepenuhnya.

Dua sosok muncul dari asap keunguan yang kelihatannya sih, memang keluar dari lubang suling. Perlahan-lahan menjadi nyata, dan Waras pun tahu, siapa mereka.

"Jadi, bukan suling ini yang bertuah. Kalian memang sengaja datang." Kata Waras. "Ngopi dulu mau? Ngudut? Gorengan?" tawarnya.

Yang datang adalah sepasang siluman dari dunia Watukayu. Yaitu dari percabangan ke dunia yang disebut Asta Lawang, mereka menghuni pintu kelima. Sebuah desa yang dihuni oleh campuran siluman dan manusia Watukayu.

"Jarang-jarang aku dikunjungi warga desa Pancaraya. Sudah begitu, kalian bukan dari linimasa sekarang. Kalian dari masa depan?" tebak Waras.

Dua sosok siluman berkulitkan ungu dan nila itu menerima sambutan Waras. Mereka ambil gorengan, menyeruput kopi dan mengisap rokok linting buatan Waras. "Terima kasih, Pendekar Putih. Maafkan atas kunjungan yang mendadak ini. Semestinya kami mengirimkan pertanda dahulu. Tapi ini darurat."

Waras membuat asap bulat, mulutnya membentuk seperti mulut ikan. Asap bulat itu memutar dan lama kelamaan memadat jadi kain putih. Ditangkap dan di tangannya, asap itu berubah jadi bandana Pendekar Putih. Berkomunikasi dengan penghuni Watukayu mesti pakai atribut asal Watukayu juga. Itu supaya Waras bisa mengeluarkan jurus agar dua siluman itu tampak seperti orang biasa. Waras membuat dirinya sedang bercengkerama dengan orang tak waras lainnya. Yang siluman laki-laki dia buat mirip filsuf gendeng jalanan dari Kuncen yaitu Rokim, yang suka bawa sepeda ontel ban isi pasir. Lalu yang perempuan, dibuat seperti Karti Benguk orang stres dari Tobo.

"Tepatnya, berapa tahun ke depan asal kalian?"

Yang dari tadi bicara adalah Rokim, sementara Karti Benguk tertunduk karena matanya sembab kebanyakan menangis. "Lima tahun ke depan."

"Oh, peristiwa terjadinya penulisan ulang realita."

"Benar, dari manakah engkau tahu?"

"Dari Abah Depe. Waktu mengantarku pulang dari Riau, beliau sudah merasa realita sedang ditulis ulang. Tak heran, di masa depan banyak kejadian yang heboh-heboh. Jadi, apa yang bisa kubantu?" sambil bertanya begitu Waras mengembuskan napas panjang, tanda kecewa karena istirahatnya baru sebentar berlangsung.

"Dan dari Abah pula, kami diutus untuk menemui kau di lima tahun ke belakang."

Waras terduduk tegak, kalau Abah yang merekomendasikan berarti ini serius, dan dia harus menanggapinya dengan kebijakan Pendekar Putih, bukan pemuda gila Waras tukang bikin syair syur. "Apa yang terjadi dengan desa kalian?"

"Komplotan Kalong Ireng menyusup ke desa Pancaraya dan membuat kekisruhan. Terjadi baku hantam antara siluman dan manusia Watukayu. Kami diadu domba. Dan ketika kekacauan semakin merajalela, putri kami diculik. Sonya Ruri. Informasi dari Abah, Sonya Ruri diculik oleh komplotan Kalong Ireng dari bumi manusia sini. Di sebuah perguruan yang tujuannya adalah melatih manusia untuk berubah jadi siluman. Demi tujuan yang tentu saja tidak baik."

Waras menyimak serius. "Sonya Ruri." Sepertinya Abah pernah menyebut nama anak itu. Oh. "Sang Katalis."

"Tapi kami tidak tahu di mana letak perguruan itu. Mereka punya tabir penghalang bagi siluman Watukayu. Hanya namanya yang kami tahu. Perguruan Halimun Soang. Karena itu, kami ingin meminta bantuan Pendekar Putih untuk datang ke masa depan dan menyusup ke padepokan itu. Selamatkan putri kami. Kami takut Sonya Ruri telah dicuci otaknya."

Tanpa panjang pikir, Waras menyerahkan tangannya untuk disambut. Rokim dan Karti Benguk meraih tangan Waras. Sejurus kemudian mereka melebur jadi asap keunguan, melesak masuk ke lubang-lubang suling. Suling yang tadinya melayang di udara, jatuh ke tanah, berguling-guling, lalu ikut lenyap.

Pergi ke masa depan.

ASTACAKRA #5 PANCA SONYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang