AKHIR KEWARASAN

60 8 3
                                    

Waras perlu segera keluar dari tempat ini. Dengan tubuh terluka parah, dia bangkit berdiri, terseok-seok dia mencari jalan keluar. Hampir separuh hari berlalu dia masih berputar-putar di padepokan itu. Tak ada cara untuk memanggil Rura Sonja dan Larasati dari sini. Lagipula, esensi Pendekar Putihnya telah sangat tipis. Itu lebih baik digunakan untuk bertahan hidup. Mencari cara untuk kembali ke masa dia berasal. Meski dia sangsi bisa dilakukan di sini tanpa bantuan abah.

Waras memanggil Abah Depe. Dia menunggu beberapa waktu lamanya. Namun tidak muncul.

Ini adalah risiko menerima misi ini. Waras masih tidak tahu, apakah dia berhasil atau gagal. Tidak ada pertanda yang dapat meyakinkannya. Waras terseok-seok. Dia sangat lelah dan haus. Dia mendekati kolam. Duduk di pinggiran, dan menangkup air untuk diminum.

Tenggorokannya terasa seperti dicekik. Waras limbung, tercebur ke kolam hitam.

Waras tenggelam tanpa perlawanan. Bilakah ini adalah akhir bagi dirinya, maka biarlah.

Dari dasar kolam muncul pusaran yang mengisap Waras. Dia ditarik ke sana dan dimampatkan lalu diempaskan. Waras kembali melayang di ruang kehampaan.

Dia menghadap jagat raya. Sebaran galaksi membuatnya takjub bukan main.

Dia merasakan ketakutan menguasainya. Apa yang disaksikannya perlahan berguncang-guncang. Seperti jagat raya tengah dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dikocok-kocok sedemikian rupa.

Ini jenis ketakutan yang bisa membunuh Waras sebagai Pendekar Putih. Setelah ini, tidak ada lagi titisan pendekar putih karena seluruh esensi jiwanya sudah dikerahkan untuk mengembalikan jati diri Sonya.

Ketika apa yang dipandangnya mulai stabil. Muncul lubang hitam. Dari sana keluar entitas yang begitu besar berwarnakan hijau. Sosoknya menyerupai Nini Dhanyang Smarabumi di alam Watukayu. Begitu cantik rupawan. Namun senyumnya, membuat Waras ingin segera menjemput ajal.

Diakah kekuatan kosmik yang akan datang itu?

Sosok itu kemudian menjentikkan jarinya. Mengirim Waras meluncur pada jalur kehijauan, melintasi lubang hitam tempatnya muncul. Waras tak sanggup lagi berteriak. Dia merasakan tubuhnya ditarik ulur seperti karet mau putus.

Ketika membuka mata, dia mendapati dirinya terbaring di cangkrukan. Dia lemah tak berdaya. Matanya masih terbayang-bayang senyum iblis sosok kosmik itu.

Bahkan sampai dia memejamkan mata untuk yang terakhir kali, senyum itu yang mengantarnya dalam tidur panjang akhir kehidupan.

Pendekar putih telah tiada.

***

Di alam Astalawang, pada halaman luas Palagan Wolu, Sonya dan Bala Pancasonya muncul. Segera dia menuju pintu ke lima. Pintu masuk ke desa Pancaraya. Tanah kelahirannya.

Sonya membuat gerakan menarik garis di lima titik. Semacam pentagon. Pintu yang berbentuk bebatuan dengan ukiran aneka macam binatang, bergeser membuka. Sonya menggiring Bala Pancasonya masuk ke dalam.


~TAMAT~

lanjut ke ASTACAKRA #6 Heksa Mandala

nantikan....


ASTACAKRA #5 PANCA SONYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang