Part 2: Heran

352 36 1
                                    

Part 2: Heran


"Terkadang kita hanya perlu mengenal diri sendiri dengan baik"

×××××

Menenangkan pikiran dari keramaian merupakan hal yang paling di sukai oleh Aksa. Lelaki dengan seluruh keanehan di dalam dirinya sendiri, tanpa ia tahu sedikitpun. Pernah merasa aneh akan dirinya sendiri? Tentu, bahkan Aksa sudah merasa bahwa jiwanya itu bukan lah dirinya. Hidup di dalam lingkungan keluarga yang tidak harmonis, membuat batin Aksa terus tersiksa dan tersiksa. Dunia yang kejam ini membuat diri Aksa sudah tidak nyaman lagi, entah apa yang dipikirkan pemuda berumur 19 tahun itu. Dunia indah, bahkan sangat indah, jika kita menikmatinya. Iya, menikmati seluruh keindahan semesta, mengaggumi seluruh ciptaan-Nya, dan selalu bersyukur setiap saat.

Tetapi berbeda dengan Aksa, bagaimana bisa ia menikmati indahnya semesta, kalau kenyataannya saja ia tidak pernah menikmati, bahkan menganggumi semesta alam. Ia bahkan sudah mengecap lingkungannya itu buruk dan kotor.

Dengan menatap langit biru bercampur jingga, membuat pikiran Aksa sedikit tenang, ia menghela napasnya lembut seraya memejamkan matanya rileks, suatu hal yang sulit di lakukan Aksa akhir-akhir ini. Suara gemercik air, menambah suasana semakin tenang. Taman yang biasanya ramai entah kenapa berubah menjadi sepi, tetapi Aksa bersyukur, bisa menenangkan pikirannya di tempat sepi seperti ini.

Aksa mendongakkan kepalanya sambil memejamkan mata dan tersenyum tipis. Sungguh sangat tenang, pikir Aksa. Ia kembali membuka matanya.

"Hai ...," sapa seseorang, dengan penampilan yang rapi dan bersih.

Aksa menatap sosok di depannya heran, otaknya tidak mampu berpikir jernih.

"Hai ...," satu sosok lagi muncul di hadapannya, kali ini penampilannya urakan, dengan gaya rambut berantakan.

"H-hai ...," ucap sosok berikutnya, suaranya sedikit bergetar, matanya menatap takut sekitar sambil menunduk takut.

"Hai!" Sekarang dengan suara yang berbeda, tegas. Seluruh bola matanya hitam. Tatapannya yang tajam, serta wajah yang sedikit bengis.

Aksa, hampir menganga menatap sosok-sosok di depannya. Ia tidak habis pikir, kenapa ini bisa terjadi. Aksa yang masih duduk di rerumputan segera bangun, dan bertanya kepada sosok-sosok di depannya.

"Kalian siapa?" Tanya Aksa sedikit gentar.

Salah satu sosok tersebut maju, sambil membenarkan kerah bajunya, dan berkata, "kau lupa dengan wajahmu sendiri Aksa?" Tanyanya sinis. Aksa menyerngit heran, masih tidak paham dengan semua kejadian ini.

"Kalian siapa?" Tanya Aksa sekali lagi, matanya menatap sosok-sosok tersebut.

"Bagian dari dirimu ...," sahut sosok yang lebih rapi dari yang urakan tadi.

"Hah?"

"Dasar bodoh, ini kamu Aksa. Ini dirimu sendiri."

"Masih tidak paham?" Aksa menggeleng

"Ini dirimu sendiri Aksa," sahut sosok yang sedikit pendiam.

Aksa mulai, paham tapi ini tidak mungkin terjadi, bagaimana bisa mereka bisa ada di hadapannya sekarang. Aksa menatap keempat wajahnya sendiri dengan seksama, mereka memang mirip dengannya, hanya saja yang membedakan yaitu penampilan mereka berempat. Aksa sedikit terkesima dengan salah satu sosok yang terus menatapnya tajam dengan seluruh bola matanya yang hitam.

Jiwa Aksa [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang