Part 13: Topeng

135 18 0
                                    

Psychiatric hadir lagi, maaf agak slow ya huhu. Jangan lupa pencet bintangnya sebelum baca yah ^^ cemilannya jangan lupa ath hehe

Happy Reading💛

====================

Part 13: Topeng


"Dunia ini punya banyak wajah malaikat yang berhati setan, dan terkadang lu harus bisa terima kenyataannya"  – Naufalri Jovan Berjonxy

***

Kenyataannya tidak semua yang pernah ada di kehidupan kita, ternyata tidak benar-benar ada yang serius. Selalu ada lelucon, yang terkadang membuat kita tersenyum kecut dan berkata, "hidup memang sebercanda ini."

Ya, mungkin hanya sebagian orang yang menganggap dunia memang tempat yang tepat untuk bercanda, salah satunya Aksa. Lelaki berumur 19 tahun itu, sudah tidak heran lagi jika dunia atau bahkan semesta selalu mengajaknya bercanda. Hingga membuatnya lupa akan hal-hal yang harus ia serius kan atau prioritaskan.

"Besok gue mau ngampus lagi, Der," celetuk Aksa, seraya menatap langit malam.

Deren membelalakan matanya. "Serius lu?" Aksa mengangguk, walaupun matanya tidak menunjukan hal tersebut.

"Bantuin gue ya Der," ujar Aksa.

"Pasti," sahut Deren sedikit berbisik.

Malam ini, langit terasa sangat cerah. Malam ini juga, sebuah bintang yang paling terang menunjukkan wujudnya. Satu hal yang terlintas di benak Aksa. "Aldebaran" bibirnya menyunggingkan sebuah senyum tipis, genggaman tangannya di pembatas balkon mengerat. Tidak biasanya hatinya juga berdebar tidak beraturan.

"Udah malam, gue balik ya. Lu istirahat sana," cetus Deren, membuat Aksa tersadar dari acara melamunnya.

"Hati-hati," ujar Aksa, seraya menutup pintu balkon.

"Jangan lupa jemput gue. Besok ngampus," lanjutnya. Deren mengangguk, lalu ia berpamitan untuk pulang ke rumahnya.

Mungkin setelah 3 minggunya ia lalui di bawah atap Asrama Bina Kasih. Kini saatnya ia menantang dirinya kembali, mencoba mengendalikan rasa paranoid dan tremor tiba-tibanya.

Aksa merebahkan tubunya di kasur, seraya menghela napas berat. "Besok –"

"Besok adalah hari misterius, hari ini lu nggak bakal tau, apa yang terjadi sama hari besok"

"Besok, lu bakal paham sama yang artinya candaan semesta"

"Kayaknya emang udah takdir, kalau seleksi alam itu bener-bener ada. Tunggu besok ya, Aksara"

"Kubur rasa takut kamu Aksa, karena semua itu hanya efek halusinasimu"

"Kalau Tuhan ngasih lu cobaan, seharusnya lu cobaiin, bukan malah nyerah dulu sebelum nyoba cobaan-Nya"

"Enjoy your tomorrow day"

Aksa memejamkan matanya, lelah. Hari ini sungguh menguras seluruh moodnya. "Gue tunggu," gumamnya sebelum kelopak matanya tertutup diikuti embusan napas yang teratur.

Jiwa Aksa [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang