Part 7: Hentikan

205 28 0
                                    

Psychiatric hadir lagi nih menemani pagi hari kalian, skuy baca!

Happy Reading💛


====================

Part 7: Hentikan

"Gue kira, orang yang gue sayangi peduli, haha ternyata enggak sama sekali" - Aksara Aldebaran.

***

Hari demi hari telah berlalu. Fajar yang indah hilang, dan berganti dengan nabastala biru yang cantik. Matahari bersinar dengan cerah, menyinari setiap manusia yang sedang menjalankan aktifitas paginya.

Berbeda dengan Aksa, lelaki dengan gelang hitam di pergelangan tangan kirinya, masih asik menjelajah di alam mimpinya. Wajahnya yang mulus dengan bulu mata yang lentik membuatnya begitu manis, ditambah matahari pagi yang menyinarinya, membuatnya seperti disorot oleh cahaya sihir.

"Aksa bangun, udah pagi," seru Niken riang. "Eh kemarin Ayah pulang ya? Tapi Kakak malah dapet jam lembur," ujarnya berpura-pura sedih.

Niken yang tidak kunjung mendapat balasan dari Aksa langsung menggerutu sebal. "Bangun ... kamu kuliah enggak? Kok sekarang jadi males gini sih, biasanya kamu yang bangunin Kakak loh. Heh, Aksa," ujar Niken kesal, seraya menggoyangkan tubuh Aksa yang tertutup selimut tebal.

"Aksa nggak kuliah, males," ujar Aksa serak.

Niken berdecak kesal. "Kenapa lagi? Kalau nggak kuliah, kamu harus rajin pinjem catatan Deren, biar ngak ketinggalan jauh," ujar Niken dan hanya ditanggapi dengan gumaman tidak jelas Aksa.

"Cepet bangun, bersih-bersih, mandi, habis itu makan. Cepet, Kakak mau berangkat kerja," titah Niken tidak ingun dibantah. Lalu ia berlalu pergi dari kamar Aksa.

Lima belas menit telah berlalu, sedangkan Aksa justru semakin menyelami alam mimpinya dengan tenang. Melupakan perintah dari Kakaknya, ia semakin mengeratkn selimut tebalnya. Niken yang dirudung kesal segera menghampiri Aksa, dan menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Adiknya tersebut.

"Ya ampun Aksa, kok malah tidur lagi sih. Kakak kan suruh bangun," cerocos Niken.

"Kakak mau berangkat dulu, makanannya masih ada di meja makan. Bangun, jangan balik tidur lagi," lanjut Niken, lalu ia pamit untuk  berangkat bekerja.

Sedangkan Aksa hanya diam saja, matanya masih terasa berat untuk dibuka. Dirinya ingin terus berlama-lama di atas kasur, tanpa melakukan banyak hal.

"Hah, dasar pemalas,"

"Eumh, menyenangkan sekali bukan bermalas-malasan diatas kasur?"

"Bangun, banyak aktifitas yang menunggumu,"

"Tidak ingin membalas dendam kejadian kemarin, Aksa?"

"Tidurlah, tenangkan pikiranmu,"

Suara itu. Aksa menggeram kesal, kenapa saat dirinya ingin santai, justru suara-suara tersebut menggangunya. Aksa menutup telinganya dengan bantal, bukanya suara tersebut mereda. Justru gelegar tawa semakin keras hingga telinga Aksa berdengung. Ia bangun terduduk secara tiba-tiba, napasnya tidak beraturan. Matannya yang masih mengantuk mengerjap sebal.

Jiwa Aksa [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang