Part 14: Bertahan

144 19 0
                                    

Em, udah update nih. Jangan lupa pencet bintangnya dulu sebelum baca. Siapin cemilan dan song fav kesukaan kalian yah, enjoy^^

Happy Reading💛

===================

Part 14: Bertahan

"Semuanya hanya semu, bahkan bayangan yang selalu mengikutimu pun juga semu, lalu perlahan lenyap dalam kegelapan"

***

Deren yang menyadari bahwa Aksa sudah berlalu dari taman, langsung kembali mengikutinya. Mengabaikan percakapan antara Lory dan Jovan, seharusnya Deren menguping pembicaraan mereka berdua dulu, agar mengetahui tujuan sebenarnya para pembenci Aksa tersebut.

Dengan napas yang masih tersenggal-senggal Deren terus berlari menuju kelas, atau bahkan taman kampus lainnya, ia tahu perkataan Jovan tentang Lory dan Vico, mungkin telah mengenai hati Aksa dan membuat temannya tersebut hilang.

"Suka banget ilang-ilangan," ujar Deren seraya mengatur napasnya, lalu kembali mencari Aksa lagi.

Setelah berkeliling dari taman-taman Fakultas, akhirnya Deren menemukan Aksa yang sedang menatap kosong angin yang sedang berembus pelan.

"Sa," sapa Deren dari belakang.

Aksa menoleh dengan wajah masamnya. "Hm," sahutnya.

"Baru juga masuk pertama lagi, udah bikin males aja," ujar Aksa kepada Deren.

"Sabar, Sa ini ujian. Kalau lu lolos, selamat lu sukses dari yang namanya lika-liku kehidupan. Kalau lu kalah? Lu bisa coba lagi buat menang," ujar Deren seraya duduk selonjoran di samping Aksa.

Keduanya terdiam beberapa saat, menikmati semilir angin yang membelai kulit mereka. Menikmati gemrisik yang berasal dari gesekan dedaunan yang mengalun indah. Baik Aksa maupun Deren, tenggelam dalam pemikiran masing-masing.

"Gue emang pantes disebut gila ya, Der?" tanya Aksa tiba-tiba.

Deren menoleh. "Kata siapa? Kata siapa orang yang mempunyai kelainan mental itu disebut gila? Lu jangan berpikiran terlalu pendek deh, Sa." Aksa tersenyum getir.

"Gue mau nyerah aja, Der. Semuanya terlalu ribet buat gue yang nggak tau apa-apa. Ayah sama Ibu gue bahkan udah nggak peduli sama gue lagi, Der,"

"Tapi masih banyak yang peduli sama lu, camkan itu Aksa. Kalau lu nyerah sekarang, liat belakang, liat perjuangan lu sebelum sampai di titik ini. Seberapa susah, seberapa sakit lu bisa sampai di titik ini, dan lu dengan gampangnya ngomong susah? Itu bodoh banget, Sa" ujar Deren sedikit geram.

"Makasi, Der," sahut Aksa seraya menundukan kepalanya.

Dengan senyum bersahabatnya, Deren merangkul Aksa dari samping. "Lu bisa, cuma bertahan bentar doang, nggak lama. Bentar lagi lu bisa bebas dari tuduhan dan cacian itu semua. Lu tinggal bertahan, bentar doang. Paham kan?" jelas Deren dan Aksa pun mengangguk dengan senyum tipis yang terpatri di wajah sendunya.

"Oh iya, btw ini kita nglewatin satu kelas, bro," celetuk Deren.

Aksa terkekeh. "Inget juga ya lu, jiwa rajin lu kaga pernah hilang."

***

Sore ini Aksa telah menyelesaikan kuliahnya dan bermain sebentar dengan Deren. Setelah itu Deren mengantar Aksa kembali ke Asrama, dan disinilah mereka, di kamar Aksa dengan Deren yang tidur terlentang dan Aksa yang sedang membersihkan badannya.

Jiwa Aksa [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang