Part 11: Pencarian

177 24 1
                                    

Lanjut baca lagi skuyy, moga kalian nggak bosen ya sama Psychiatric ini :)

Happy Reading💛

====================

Part 11: Pencarian

"Tidak ada manusia di dunia ini, yang belum merasakan pahitnya kehidupan. Jika kamu belum merasakannya, maka tunggulah waktu itu tiba"

***

Akhir-akhir ini Deren, Vico serta Niken uring-uringan, karena Aksa pergi dari rumah tanpa meninggalkan  satupun jejak. Mereka telah berkeliling di kota Bandung, bertanya kesana kemari, tetapi hasilnya nihil. Niken tidak kuasa menahan air matanya yang terus keluar dari pelupuk mata. Ia merasa sangat bersalah atas kepergian adik satu-satunya.

Deren yang merupakan sahabat Aksa sejak bangku SMP, tidak tinggal diam. Ia mengerahkan beberapa orang suruhannya, dan melacak keberadaan Hp Aksa yang terakhir kali aktif. Dengan adanya kepintaranan Deren di bidang IT serta kehidupannya yang bergemilang harta, membuat keberadaan Aksa diketahui, walaupun harus menunggu beberapa hari. Tepat saat hari ketujuh, keberadaan Aksa di ketahui oleh Deren serta Vico.

"Coba lu cari tau dulu tentang asrama itu, Der," saran Vico.

"Oke, gue yakin banget kalau Aksa ada di asrama itu. Eh, lu ada nomer asrama itu kaga?" tanya Deren.

Vico menghela napasnya kesal. "Ya kagak lah, lu kira gue yang punya tuh asrama? Lagian kan lu juga bisa cari nomer asrama, lewat info-info di web. Punya keahlian IT kok ngak tau sih lu," kesal Vico, seraya memutar bola matanya malas. Sedangkan Deren hanya ber-oh ria seraya cengar-cengir sendiri.

"Gini amat punya temen pinter, ck," desah Vico.

"Btw, kasian ya Kak Niken. Kerjaannya aja udah bikin capek, mana dituntut terus lagi sama orang tuanya. Kalau gue mah, pasti udah gas keluar negri," celetuk Vico tiba-tiba.

"Lemah banget lu, gitu doang langsung lari. Kalau berani tuh, ya hadepin, kalau bisa tantang tuh masalah yang lu hadepin," tegas Deren, yang masih fokus dengan komputer di depannya.

"Ye, gue kan bukan Kak Niken. Gue itu Thecto Victores. Jangan samain kayak Kak Niken, udah beda jauh itu mah," cibir Vico, dan hanya di balas dehaman Deren.

"Dasar, sok cool banget dih," desis Vico kesal.

Setelah beberapa menit berkutat dengan komputer, Deren meregangkan tangannya seraya memutar kursi putar tersebut kearah Vico.

"Gue udah dapet nomernya. Lu yang hubungin pihak asrama ae ya," pinta Deren, dan diangguki oleh Vico.

Setelah mencatat nomer telepon tersebut di Hpnya, Vico segera menelepon nomer tersebut. Hingga pada deringan ke tiga, akhirnya panggilan tersebut terangkat.

"Hallo, apa ini dengan Asrama Bina Kasih?"

"Iya, disini dengan Asrama Bina Kasih. Ada yang ingin dibantu?"

"Maaf sebelumnya menganggu, Saya Victores. Apakah di asrama terdapat pasien bernama Aksara Aldebaran,"

"Sebentar ... Aksara Aldebaran, seorang remaja berumur 19th, dan berkuliah di Universitas Atmawijaya. Benar seperti itu?"

Jiwa Aksa [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang