Part 3: Awal Mula

305 35 0
                                    

Part 3: Awal Mula


"Berhalusinasi tidak selamanya menyenangkan"

×××××

Duduk di tribun basket bersama dengan Deren, dan melihat orang-orang saling melempar bola basket. Cuaca hari ini begitu terik, Aksa yang hanya diam saja bisa berkeringat. Deren menoleh kearah Aksa, sambil menyenggol lengannya. Aksa menoleh seraya menaikkan alisnya.

"Main basket mau kaga?" tanya Deren.

Aksa memandang Vico yang sedang melakukan dribling ball, matanya beralih menatap gerombolan para perempuan yang sedang bersorak riuh, karena idolanya sedang bermain basket. "Mau, tapi panas males," ujar Aksa sambil meminum air dingin.

Deren memutar bola matanya kesal. "Aelah, cuma panas doang loh. Biasanya lo juga main futsal panas-panas gini," keluh Deren.

"Males gue," sahut Aksa sambil membuka almamater kelasnya.

"Males apaan? Biasanya ga malesan gini dah," heran Deren, manik matanya menatap lekat pria disampingnya.

Aksa menempelken botol air dingin ke wajahnya, agar terasa sejuk. "Banyak yang liatin, malu gue."

Deren melongo, mendengar pernyataan Aksa, lalu sesaat kemudian tawanya menggelegar. "Hah? Hahahaha serius lo, Sa. Malu diliatin? Sejak kapan lo jadi pemalu gini heh, anjir ngakak gue ya ampun hahaha," ucap Deren yang terus tertawa sambil memegangi perutnya.

Aksa mengankat alis sebelah kirinya. "Sa ae dong, kek ga tau gue aja lo," tukas Aksa santai seraya menyandarkan punggunya dan meregangkan ototnya.

"Aneh aja sih, ayo dong maen Sa. Liat noh si Vico aja gencar banget maennya, masa lo kalah sih," terang Deren sambil beranjak berdiri dari tribun. "Ayo, ikut kaga?" lanjut Deren.

"Okelah," jawab Aksa tegas.

Deren tersenyum girang, sambil berlari menuju lapangan dan menghampiri Vico serta temannya yang lain. Vico yang menyadari kehadiran temannya langsung menghentikan permainan bola basket dan seraya menghampiri Deren yang sedang tertawa lebar.

"Kenapa?" tanya Vico seraya menyugar rambutnya kebelakang.

"Dih, sok cool bat lo. Mau ikut basket sama si Aksa noh," sahut Deren sambil menoleh kearah Aksa yang sedang berjalan kearah mereka.

"Gile panas banget, betah bat lo Vic panas begini," keluh Aksa, matanya menyipit menyesuaikan intesitas cahaya matahari yang menyinarinya.

Vico berdecih mendengar komentaran Aksa. "Halah, biasanya lo juga betah panas-panas gini. Jangan jadi Aksa yang lemah gini dong lo," cibir Vico seraya terkekeh pelan.

"Lanjut aja dah maennya, gue sama Aksa langsung gabung di tim lo yo," ujar Deren sambil berlari mengambil bola basket lalu mendribelnya. Vico dan Aksa yang sudah paham, akhirnya menempatkan dirinya masing-masing di permainan tersebut.

Mereka bermain dengan semangat, walaupun matahari bersinar sangat terik. Tapi tidak meredupkan semangat mereka, bahkan Aksa yang tadinya ogah-ogahan, kini ia yang paling bersemangat. Aura positif menguar begitu saja di jiwa mereka, mimik wajah yang ceria membuatnya semakin keren dan sekaligus lucu. Beberapa mahasiswa yang selesai matkul, menyempatkan untuk menonton para anak Ilkom beraksi di lapangan basket. Entah sejak kapan mereka datang, tapi hal itu tidak membuat para pemain basket risi. Justru mereka semakin gencar untuk bermain bola, saling melempar dan berebut bola.

Jiwa Aksa [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang