-Epilog-

275 19 1
                                    

Welcome to last part in Psychiatric story. Tandai mana yang typo, biar aku tahu. Detik-detik say gdby hm😌

Happy Reading💛

====================

-EPILOG-

"Kenyataannya semua yang hadir di hidup kita akan pergi satu persatu, dan kita hanya perlu mengikhlaskan tanpa perlu menahannya untuk terus bersama kita."

***

4 tahun kemudian

Rombongan orang-orang dengan baju serba hitam terlihat mengerubuni gundukan tanah yang masih basah. Isakan terdengar menyedihkan. Teman, keluarga bahkan yang menghadiri pemakaman merasakan kehilangan yang mendalam. Tidak menyangka sosok yang selalu menebar tawa dan kekonyolan, sekarang terbujur kaku di bawah timbunan tanah.

"Jahat lu, katanya masih bisa bertahan. Terus ini apa?" isakan seorang pemuda terdengar menyakitkan.

Orang-orang mulai meninggalkan area pemakaman, kini hanya tinggal beberapa remaja yang terus menatap gundukan tanah tersebut seraya mengelus batu nisan.

Thecto Victores
Bin
Marle Axderes Nugroho

Lahir: 17 Januari 2001
Wafat: 30 November 2020

Pemuda kuat yang bertahan selama empat tahun dalam menjalani masa komanya, hingga akhirnya Tuhan memanggilnya, mengangkat seluruh penderitaannya selama empat tahun ini.

"Vic, lu tau? Gue bersyukur banget punya temen kayak lu, gue bersyukur bisa kenal sama lu, bersyukur bisa bercanda bareng lu, dan gue bersyukur bisa jadi sahabat lu, tapi ternyata Tuhan lebih sayang sama lu, Vic. Gue juga nggak bisa nahan lu buat tetep disini, gue ... ah! Kenapa cepet banget lu ninggalin kita semua?" ujar pemuda yang terus mengelus nisan Vico seraya menunduk dan menahan isak tangis yang memaksa keluar dari mulutnya.

"Udah,  Kak Der. Kita semua sayang sama Kak Vico, tapi Tuhan lebih sayang dia. Do'a in dia yang terbaik," ujar Keyra seraya mengelus punggung rapuh Deren.

Isakan masih terdengar, Deren masih tidak percaya dengan kejadian ini. Seharusnya ia tidak mengusulkan rencana bodoh tersebut. Tapi naas, nasi sudah menjadi bubur, semuanya terjadi begitu saja tanpa direncanakan. Itulah takdir, misterius dan mengejutkan.

"Itu murni kecelakaan, Der. Kamu nggak perlu menyalahkan dirimu atas kejadian tersebut," ujar Nilla lembut.

Deren mulai beranjak berdiri, wajahnya memerah sayu. Disampingnya terdapat Keyra, Alatas dan Sye, lalu di sebrang terdapat Niken, Nilla dan Queen. "Gue udah ikhlas, Vic. Tenang ya," lirih Deren, membuat senyum tipis terpatri di wajah mereka semua.

"Udah? Udah mau malem ini," ujar Queen.

Niken mengangguk. "Iya, lebih baik pulang," usul Niken.

Senja terlihat indah di balik gerumulan awan-awan. Suasana cerah khas Kota Bandung terlihat apik, tidak ada yang menyangka bahwa senja akan hilang tergantikan dengan gelapnya malam bertabur bintang.

Selama perjalanan pulang hanya ada keheningan disetiap mobil, tidak ada yang memulai pembicaraan. Hingga sampai di Asrama Nilla mereka tetap diam, kesedihan masih meliputi mereka semua. Tidak lama kemudian seorang lelaki paruh baya mengetuk pintu Asrama, semua pasang mata menatap ke arah Nilla.

Jiwa Aksa [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang