Chapter Twenty One

19 10 0
                                    

"Felice kamu tau kan?",pertanyaan ku membuka percakapan kami.Felice bertanya balik,"apa Tania?".

"Kau tau bahwa sebenarnya bukan hanya kamu yang sedih",ujarku.Felice yang heran bertanya,"maksudmu?".

_________________***__________________

"Aku juga sedih karena merasa hidup dalam kebohongan.Kita terjebak dalam kepalsuan yang memenjarakan kita"

"Dulu aku mengira bahwa ayah dan ibuku telah meninggal sehingga aku dirawat oleh pamanku"

"Tapi kenyataannya kedua orang tuaku masih hidup.Paman yang malah meninggal.Paman yang selama ini kukira menyayangiku.Ternyata membohongiku"

"Paman yang selama ini menjagaku.Ternyata hanya mengisolasiku dari keluargaku yang lain"

"Paman yang memberiku tempat tinggal.Ternyata hanya sebuah rumah yang digunakan untuk mengurungku"

"Aku juga jadi benci pada paman.Aku benci karena dia berdusta padaku.Aku benci karena dia hanya memberi kasih sayang yang palsu"

"Aku juga benci mengetahui kalau orang yang selama ini menindasku adalah saudari kandungku sendiri"

"Aku benci jika aku sebenarnya tinggal bersama bibiku yang tidak ada bedanya dengan pamanku.Selalu menyembunyikan kebenaran.Selalu menyimpan hal sesungguhnya"

"Jika bukan karena kamu.Mungkin aku sudah kabur dari sini.Mungkin aku akan memilih tinggal di rumah kakekku"

_________________***__________________

Kemudian hening.Felice memegang tanganku dengan lembut.Dia berkata,"Tania terima kasih sekali karena sudah mau berbagi".

Dia melanjutkan,"Terima kasih sudah mau berbagi kisahku walaupun sebenarnya itu menyakitkan sekali bagimu.Sekarang aku paham bahwa kita memang senasib"

Kemudian aku berjalan ke arah jendela kamar.Kubuka lebar-lebar gorden dan kaca penghalang.Aku bertopang dagu di bingkai jendela.

Aku bisa merasakan malam.Melihat bulan purnama yang bersinar terang.Bintang berkelip menemani sang rembulan.Dengan suara burung hantu yang lembut.Aku juga merasakan angin malam yang dingin menelusup ke dalam jaket tipis yang kupakai.

_________________***__________________

Felice mendekatiku.Dia menepuk bahuku.Lalu dia berkata,"kita harus melepaskan semua kekesalan kita saat ini.Biarkan angin malam membawanya pergi".

Aku tersenyum menatap Felice.Mengerti apa yang dia maksud sebenarnya.Kami berteriak sekencang-kencangnya.

Saat itu,kami tidak peduli dengan tetangga.Kami tidak peduli suara kami akan menganggu.Yang penting sekarang aku dan Felice lega.

Akhirnya malam itu.Semua kekesalan lepas.Aku bisa tidur nyenyak malam itu.Yang tidak aku sadari kalau Felice belum sepenuhnya lega...

Maaf jika ada typo

Vote dan komen? Boleh...

Silahkan lanjutkan...

TOKO ROTI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang