Chapter 2

7.3K 334 8
                                    

Seorang pria tinggi gagah masuk ke dalam ruangan dengan memancarkan aura yang sangat kuat dan memikat. Sesuatu tentang caranya berjalan membuat semua pandangan tertuju ke arahnya secara otomatis. Ia menggunakan kekuatan penampilan untuk menambah statementnya, tubuhnya dilapisi dengan jas warna hitam total dari kemeja dalam hingga ke jas nya. Rambutnya yang tebal disisir rapi dan ketika ia masuk ke ruangan, seisi ruangan dipenuhi dengan aroma cedarwood dan tobacco yang sangat kuat, semua orang langsung tahu siapa sumber dari aroma itu.

Dante berdiri di atas podium dan dari tempat duduknya, Eve dapat melihat jelas wajah pria itu. Alisnya tebal dan berbentuk, sedikit menukik yang memberikan kesan sedikit garang, matanya berwarna biru, biru paling gelap yang pernah ia lihat, dari kejauhan hampir menyerupai warna hitam. Hidungnya mancung seperti orang Yunani, bibirnya tipis, namun diimbangi dengan stubble membuatnya terlihat sangat tampan dan sedikit mengintimidasi di saat yang bersamaan. Ia memperkenalkan dirinya kepada para karyawannya dan memberikan pidato singkat tentang apa yang akan ia lakukan. Suaranya terdengar berat dan husky, jika ia hidup di zaman Romawi Kuno, mungkin pria itu akan menjadi salah satu gladiator atau semacamnya.

Semua orang tertegun ketika mereka menyadari bahwa pria ini masih terbilang sangat muda untuk menjadi seorang direktur perusahaan finansial seperti milik mereka, usianya baru dua puluh sembilan tahun. Hal ini tentu saja men

Sekilas pidato yang ia berikan tampak biasa saja, namun ada sesuatu yang mengganjal di hatinya tentang cara pria itu berbicara. Auranya sangat berbeda dengan Noah. Pria ini sedikit membuat Eve takut.

Bukan berarti ia tidak memiliki karisma, karena Eve harus mengakui kalau pria ini juga punya karisma dilihat dari cara orang lain memperhatikan perkataannya. Eve jadi penasaran, bagaimana kehidupan karir nya nanti jika bekerja sebagai sekretarisnya. Ia pikir bahwa pidatonya akan berjalan begitu saja, namun Eve salah, tepat sebelum ia mengakhiri idatonya, tiba – tiba pandangannya tertuju pada Eve, mereka sempat bertatapan mata dan ia sempat berhenti sejenak, seolah – olah ia sudah menandai wanita itu.

Setelah acara formalitasnya selesai, mereka kembali bekerja dan aturan baru yang dibuat oleh Dante akan segera ditetapkan, tetapi sebelum itu Dante akan diperkenalkan terlebih dahulu kepada sekretarisnya. Jadi salah seorang kepala divisi yang sudah mengenal Eve mengantarkannya ke kantor Dante yang dulunya adalah milik Noah. Ketika Eve menapakkan kaki ke ruangan yang sudah dimasukinya berates – ratus kali itu, ia terkejut karena ruangan itu sudah jauh berbeda dari yang selama ini ia kenal. Foto Noah hampir sudah tidak ada di sana, mereka telah meletakannya ke dalam kardus untuk dikirim ke keluarganya. Sofa kulit warna coklat dan peralatan dari kayu mahogany yang biasa menghiasi ruangan juga sudah dibawa keluar oleh beberapa tukang. Eve melihat mereka menggotong barang – barang tersebut dan memasukannya ke truk barang yang ada di jalanan. Ia melihat semuanya itu lewat jendela yang gordennya sudah diubah dari warna coklat menjadi warna putih.

Bahkan koleksi patung antik milik Noah yang dikoleksinya dari Italia dan Cina pun sudah tidak ada. Kepala divisi yang berada di ruangan bersamanya hari itu menjelaskan.

"Dante benci patung – patung, oh, dan ia benci nuansa kuno. Jadi ia meminta kami untuk mengubah ruangan ini sesuai dengan keinginannya."

Dalam waktu kurang dari beberapa jam mereka sudah mengubah kantor itu menjadi lebih modern, beberapa furniture yang dulu dimiliki Noah sudah dipindahkan dan hampir semua furniture di sana diubah menjadi kaca. Eve tidak tahu apa yang pria ini sedang pikirkan tetapi baru melihat ruangan tersebut saja sudah membuatnya sedikit kesal. Ia bahkan belum bertatap muka secara langsung dengan pria itu dan Eve sudah punya firasat buruk tentangnya.

"Kau tahu Eve, kusarankan kau menjaga sikapmu dengan Dante. Kuberitahu dari sekarang, dia pria yang keras kepala, jangan membuatnya marah." Eve menatap sang kepala divisi dengan rasa penasaran, namun sebelum ia bisa membalas nasihatnya, tiba – tiba pintu terbuka dan Dante masuk ke dalam ruangan dengan gaya yang sama yang dipakainya saat hendang mengantarkan pidatonya tadi.

"Mr. Winston, biar aku perkenalkan kepadamu. Ini adalah sekretarismu yang sebelumnya bekerjauntuk Noah Winston, Genevieve Hummington." Eve berusaha tersenyum namun jujur saja, sulit rasanya untuk tersenyum di hadapan pria ini. Dante memandangnya dengan tatapan mempelajari, seolah – olah ia ingin tahu wanita semacam apakah Eve itu. Eve mengira bahwa Dante akan mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Eve, tetapi tidak, pria itu hanya pergi duduk ke kursinya dan meminta kepala divisi untuk keluar karena ia hanya ingin berada sendiri dengan sekretarisnya hari itu.

Sang kepala divisi tidak dapat berkata apa – apa lagi, ia menunduk dan memberikan pandangan simpati kepada Eve sebelum keluar dari ruangan. Pada akhirnya, Eve hanya tinggal berdua dengan Dante. Ada keheningan yang tidak menyenangkan diantara mereka berdua. Mereka bertatap – tatapan tanpa ada kata yang tertukar, hingga akhirnya Eve harus memecahkan keheningan tersebut dengan cara yang professional.

"Mr. Winston. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, aku akan menjadi sekretarismu yang baru, jadi sekarang, aku akan menjelaskan kepadamu apa jadwalmu hari ini dan jadwalmu untuk beberapa hari kedepan yang sudah direncanakan sebelumnya. Siapa tahu kau belum mengetahuinya." Eve mengambil buku jadwal dari meja dan membukanya. Ia mulai membacakan jadwal Dante satu persatu tetapi belum selesai satu halaman, Dante memotong perkataannya. Ia berdiri dari kursinya dan menghampiri Eve. Pria itu jauh lebih tinggi dari dirinya, tubuhnya juga lebih besar dan entah kenapa, ia membuat Eve agak takut.

"Aku sudah membacanya dari tadi, nona Hummington, atau harus kupanggil kau... Eve?" langkah pria itu tidak berhenti walau Eve sudah mengambil beberapa langkah ke belakang lagi hingga akhirnya ia tersudut ke tembok.

"Mr. Winston, sepertinya kau harus berhenti berjalan mendekatiku seperti itu." Eve berusaha untuk bergeser namun tidak ada gunanya, ia tetap terpojok. Yang menghalangi antara dirinya dengan pria itu hanyalah buku jadwal yang ia letakan di depan dadanya.

"Kenapa? Apakah kau takut denganku?" tanyanya dengan nada agak sarkastis, namun tetap serius. Eve menggelengkan kepalanya, namun raut wajahnya mengkhianatinya. Terlihat jelas bahwa ia takut dengan boss barunya ini.

Mereka sangat dekat, hingga Eve dapat merasakan nafas pria itu mendekati wajahnya. Ia ingin berteriak, tetapi ia tahu itu akan percuma saja karena satu ruangan itu dibuat kedap suara. Dante menatap Eve dalam – dalam. Wanita itu bisa mencium aroma cedarwood dan tobacco yang menempel di tubuhnya. Eve bersumpah ia pikir pria itu akan menciumnya, namun sebelum terjadi apapun, Dante menarik dirinya dari Eve dan wajahnya menunjukan ekspresi kecewa.

"Sayang sekali. Eve. Padahal tadinya kukira kita akan bisa bekerja sama dengan baik. Ternyata kau sama saja dengan mereka." Ia berjalan mundur dan kembali ke mejanya. Eve diam – diam bernafas lega ketika pria itu sudah duduk kembali di kursinya. Eve tidak tahu apa maksud pria itu melakukan aksi semacam tadi. Ia bingung apakah ia harus melanjutkan membaca jadwal atau bagaimana. Dante masih menatapnya dengan ekspresi serius sebelum ia membuka bibirnya untuk berbicara.

"Aku tidak butuh sekretaris hari ini. Kau bisa kembali ke sini besok. Tinggalkan aku sendiri, banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan." Eve terdiam kebingungan mendengar perintah itu. Ia tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran pria ini, apapun itu, bukanlah sesuatu yang Eve sukai.

Pada akhirnya ia menurut juga karena ia tidak ingin merasakan hal yang seperti tadi. Ia keluar dari ruangan dan berjalan menuju tempat kopi dan snack, berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup kencang sedari tadi.

"Apa masalah pria itu?"

The Devil ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang