Eve menatapi kamar tidur Dante yang begitu rapi. Tidak begitu banyak perabotan yang ada di sana, namun terlihat jelas bahwa semua yang ada di sana merupakan interior dari kualitas terbaik. Sejenak ia tidak tahu apakah ia harus masuk ke dalam sana ataukah sebaiknya ia tetap tinggal di luar saja, karena tidak sopan baginya jika ia masuk tanpa seizin Dante. Awalnya ia berpikir untuk melangkah keluar saja. Namun entah kenapa sesuatu menariknya kedalam. Bukan secara gaib, tidak, namun rasa penasaran yang begitu besar muncul di hatinya.
Seolah ditarik, ia melangkah masuk ke dalam kamar tidur Dante. Ia dapat langsung mencium aroma kopi dan cedarwood di udara. Seolah itu memang aroma khas pria itu. Ia langsung menatapi tempat tidur Dante yang cukup luas. Ia mendekati tempat tidur itu dan menyentu selimutnya. Kain itu terasa dingin di tangannya, entah kenapa ia tidba – tiba berpikir, bagaimana rasanya tidur di tempat tidur yang terlihat begitu nyaman namun dingin seperti itu setiap malam? Ia mulai bertanya apakah Dante tidak pernah kesepian tinggal di sana sendiri, dengan penthouse semacam itu, tentulah banyak ruangan lain yang tidak digunakan, karena pria itu juga menghabiskan sebagian besar waktunya di pekerjaannya.
Ia tidak berlama – lama di sana karena ia ingin melihat – lihat bagian lain dari kamar Dante. Ia melihat beberapa folder pekerjaannya dan laptopnya berada di atas meja layang yang menempel di tembok. Ia tidak tahu kenapa Dante memakai meja layang karena jika keberatan aka nada kemungkinan meja tersebut perlahan akan turun. Selain itu, tidak banyak benda – benda di kamarnya.
Menurutnya hal itu cukup aneh. Dante juga tidak memiliki begitu banyak pakaian karena di kamarnya terdapat sebuah lemari pakaian yang sudah terisi dengan beberapa lembar pakaian namun ia bisa melihat bahwa kamar ganti pria itu masih kosong, kebetulan pintu dari kamar pakaiannya terbuka sedikit sehingga ia bisa melihat apa yang ada di dalamnya.
Sepintas tempat itu terlihat kosong. Eve tidak berniat sama sekali untuk masuk ke sana, namun ketika ia hendak menutup pintu, terdengar suatu suara seperti benda terjatuh, hal itu membuatnya menahan pintu dan membukanya lebar. Ia berjalan masuk dan melihat sebuah benda berukuran sedang berwarna kotak jatuh ke lantai. Benda itu ditutup dengan sehelai kain berwarna putih.
Eve tidak bisa membiarkan benda tersebut tergeletak begitu saja, apalagi setelah menyadari bahwa ialah yang membuat benda itu jatuh. Akhirnya Eve menghampiri benda tersebut lalu mengangkatnya. Bagian depan dari benda itu juga masih tertutup kain putih, ia tahu seharusnya ia kembali meletakannnya di meja yang berada hanya beberapa centimeter di depannya, namun sekali lagi, rasa penasaran itu mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang terbilang lancang. Ia menyentuh ujung kain itu, mengambil nafas dalam – dalam, lalu membuka kain tersebut.
Apa yang ia lihat di depannya membuatnya terkejut. Matanya terbelalak memandangi lukisan yang ada di depannya. Ya, itu ternyata adalah sebuah lukisan yang sedang berada di tangannya. Namun itu bukan hanya sebuah lukisan biasa. Itu adalah potret seorang wanita muda ynag cantik, jika itu hanya potret siapa saja, maka Eve tidak akan terlalu peduli. Yang membuatnya terkejut adalah kenyataan bahwa wanita yang terlukis di sana begitu mirip dengan dirinya. Mereka berdua sama – sama memiliki rambut pirang dan mata biru.
Di dunia ini, banyak wanita yang memiliki fitur yang sama, namun yang membuatnya merasa terkejut adalah, wajah wanita itu hampir mirip persis dengan wajah Eve, mereka memiliki sedikit perbedaan di bagian hidung dan bibir, namun mata mereka berdua hampir identik. Jika Eve hanya melihat sekilas ia akan berpikir bahwa yang ada di depannya itu adalah potret dirinya.
Ia mengadahkan wajahnya ke bagian bawah lukisan tersebut, dengan menggunakan cat putih yang dilukis dengan kuas tipis, ia bisa melihat sebuah nama terpasang di ujung kanan lukisan. Sesaat tulisan itu sedikit sulit dibaca, namun Eve tetap berusaha mentafsir hurufnya satu persatu hingga ia menemukan sebuah nama yang lengkap.
Sofia Winston
Nama tersebut sekilas terdengar familiar, entah kapan dan dimana Eve pernah mendengar nama itu, pikirannya sedikit kabur, namun akhirnya ia berhasil mengingat manusia dibalik nama itu.
Ya, itu adalah nama dari kakak perempuan Dante yang pernah ia ceritakan sebelumnya kepada dirinya. Awalnya ia berpikir bahwa wanita itu akan memiliki penampilan fisik yang mirip dengan Dante, namun ia salah. Sofia tidak mirip dengan Dante sama sekali. Wanita itu mirip dengannya. Hal ini cukup mengejutkannya dan sekilas ia bisa merasakan suatu tekanan yang hebat di dalam hatinya. Ia tidak tahu kenapa tiba – tiba ia merasa sedih, kemudian perasaan sedih tersebut berubah menjadi perasaan kecewa.
Ia pernah mendengar beberapa berita mengenai Sofia Winston. Semua orang tidak mengenal Dante sebelum ia kembali ke Amerika, namun mereka pernah mendengar tentang Sofia Winston. Kabarnya wanita itu merupakan putri kesayangan dari keluarga mereka, disebutkan bahwa ia adalah seorang wanita cantik yang memiliki tabiat yang baik dan begitu penyayang.
Dari semuanya itu, satu hal yang Eve selalu ingat, setiap kali Dante membicarakan Sofia atau bahkan menyebut namanya, selalu tersirat suatu kesedihan yang mendalam di matanya, namun raut wajahnya terlihat mengagumi wanita itu. Jelas bahwa Dante benar – benar menyayangi saudara perempuannya itu.
Hanya saja, Eve tidak dapat menerima semua itu. Jika memang wanita yang mirip dengan dirinya di lukisan itu adalah kakak kesayangan Dante. Maka sejak awal, rasa sayang pria itu kepadanya hanya dibatasi oleh kenyataan bahwa dirinya mirip dengan Sofia yang sudah meninggal.
Eve merasa bahwa alasan kenapa Dante berusaha mendekatinya agar ia bisa merasa bahwa saudara perempuannya itu hidup kembali dalam diri Eve. Namun kenyataan itu menyakitkan. Jika itu memang benar, maka selama ini apa yang mereka miliki, semua perasaan Dante terhadap Eve hanyalah sebuah ilusi belaka. Semua itu hanyalah ilusi Dante yang menginginkan sosok saudara perempuannya kembali.
Selama ini Dante tidak pernah benar – benar mencintai Eve. Jika Eve tidak memiliki wajah seperti itu, mungkin Dante tidak akan pernah peduli kepada dirinya sama sekali. Dia hanya suka kenyataan bahwa Eve mirip dengan kakak perempuannya dan itu begitu menyakitkan hatinya.
Saat itu tiba – tiba pintu terbuka. Eve mengalingkan kepalanya dan melihat Dante berdiri di sana dengan ekspresi yang dingin dan sedikit terkejut juga ketika ia melihat Eve menyentuh lukisan Sofia.
"Apa yang kau lakukan di sini Eve?" tanya Dante berusaha untuk tetap tenang. Ia berjalan menghampiri Eve, namun wanita itu langsung meletakan lukisan itu di meja dan berjalan mundur. Dante melihat kekecewaan yang begitu besar di matanya. Eve menggelengkan kepalanya, seolah – olah ia tidak ingin disentuh.
"Jangan sentuh aku, Dante. Mulai saat ini, kita tidak pernah mengenal satu sama lain." Kata wanita itu sambil berlari keluar dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Obsession
Romance"Apa yang kau mau, Dante?" Tanyanya pada pria itu. "Pertanyaan bagus, sayang" balasnya sesaat sebelum menempelkan bibirnya ke bibir wanita itu. Ia berusaha melawan namun pria itu jauh lebih kuat darinya. Hingga bibir mereka terpisah dan wanita itu m...