"Jadi, bagaimana boss barumu itu memperlakukanmu?" Salah satu rekan kerja Eve, Jasper yang bekerja di divisi public relation menghampirinya saat mereka berdua sama – sama berada di 'snack corner' kantor mereka, Eve sedang membuat kopi untuk dirinya sendiri dan satu kopi lagi untuk Dante karena pria itu menginginkan segelas kopi lagi, meski ia sudah membuatkannya dua kali hari itu. Jadi itu adalah gelas kopi ketiganya. Jika ada satu hal yang Eve pelajari tentang Dante setelah bekerja beberapa hari dengannya, selain pria itu menyebalkan, dia juga seorang maniak kopi.
"Yah, begitulah. Aku tidak bisa mengharapkannya sama seperti Noah. Jangan bilang siapa – siapa tapi aku berpikir dia sedikit menyebalkan." Jasper tertawa mendengar jawaban Eve. Ketika Eve sedang meracik kopi yang sudah jadi, gentian Jasper yang memasukan bungkus kopi ke mesin untuk ia panaskan.
"Tenang saja, kau tidak sendiri dalam hal ini. Aku yakin banyak juga yang tidak menyukainya. Maksudku, dia bahkan tidak pernah tersenyum. Apakah kau pernah melihatnya tersenyum?" Eve berpikir sejenak. Memikirkan wajah Dante dengan sebuah senyuman, tetapi ia tidak bisa, karena pada kenyataannya Dante memang tidak pernah tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya dan Jasper mengangguk, kemudian mereka berdua sama – sama tertawa lepas.
Eve selesai membuat kopinya, tetapi karena ia memegang dua buah gelas, ia berjalan dengan sedikit lebih pelan. Jasper melihat hal ini dan menawarkan untuk membantu Eve membawanya. Awalnya Eve sedikit segan, namun memang ia merasa sedikit kesulitan, jadi ia membiarkan Jasper membantunya membawa gelas kopi ke ruangan kerja Dante, karena di situ juga ruangan tempatnya bekerja sebagai sekretaris pribadi pria itu. Ruang kerja mereka terkoneksi, jadi untuk bisa masuk ke ruang kerja Dante, kau harus memasuki ruang kerja Eve dulu, dan hanya ada kaca polos yang membatasi kedua ruangan itu. Jadi apapun yang Dante lakukan, Eve dapat melihatnya, begitu juga apa yang Eve lakukan, Dante bisa melihatnya. Ketika pintu dibuka, Eve masuk terlebih dahulu dan Jasper berjalan dibelakangnya.
Dante saat itu sedang duduk manis di kursinya, jemarinya sedang membalikan daftar folder dan kertas – kertas, perhatiannya langsung buyar ketika ia mendengar suara pintu dibuka, ia mengangkat wajahnya dari kumpulan dokumen yang membosankan dan memandangi Eve yang sedang berjalan ke ruangannya. Dalam hatinya, ia hampir tersenyum melihat sekretarisnya yang cantik, namun ketika ia melihat Jasper berjalan di belakangnya, bukan senyuman yang muncul di wajah Dante, melainkan sebuah kerutan di dahinya. Ia paling tidak suka ada orang asing yang sembarangan masuk ke kantornya. Walaupun ia baru seminggu di sana, ruangan itu tetaplah miliknya dan ia sangat territorial.
Eve meminta Jasper untuk menunggu di ruangan kerja Eve sementara ia masuk ke ruangan Dante dan memberikannya pada pria itu. Jasper mengangguk dan meletakan kopi Eve di meja kopi Eve sementara wanita itu berjalan masuk mendekati Dante.
"Ini kopimu, jika kau butuh apa – apa lagi, bilang saja kepadaku." Bukannya ucapan terima kasih yang ia dapatkan, malahan Dante menatapnya dengan tatapan agak kesal.
"Untuk apa dia masuk ke ruanganku, apakah ada yang penting?" Dante tetap berusaha untuk professional walaupun ia tidak begitu pandai menutupi kekesalannya.
"Dia hanya mengantarkan kopiku, sebentar lagi ia juga akan keluar." Balas Eve berusaha untuk tetap menjaga kesopanan, walaupun ia sudah mulai tidak mengerti apa yang sedang pria itu bicarakan.
"Jika tidak ada keperluan di sini. Sebaiknya dia keluar sekarang. Aku tidak suka diganggu." Balasnya dengan nada rendah, hampir berbahaya. Entah kenapa dia tidak suka melihat Eve bersama pria lain. Mereka baru mengenal satu sama lain selama seminggu, namun seminggu itu adalah waktu yang cukup bagi Dante untuk memutuskan pendapatnya tentang Eve. Mereka bertemu setiap hari dan Eve selalu berada dekat dengannya, entah kenapa wanita itu benar – benar membuatnya merasa posesif. Ini bukanlah yang pertama kali Dante mengalami perasaan seperti itu, namun ada sesuatu tentang Eve. Entah itu karena wajah cantiknya yang langsung menarik perhatian Dante, atau karena sifatnya yang mandiri tetapi masih feminin di saat yang bersamaan. Walaupun hari pertama mereka bertemu tidak berakhir begitu baik, namun hari berikutnya ia berusaha untuk tidak begitu menakuti wanita itu, malahan ia memberikannya bunga untuk membuatnya merasa lebih baik, ya, itu memang terdengar aneh, karena kenapa kau mau memberikan bunga untuk sekretarismu, tetapi Dante tidak ingin bertengkar dengannya, maka dari itu ia berusaha untuk tidak berlaku seperti seorang pria menyebalkan.
Namun ada satu hal yang benar – benar ia tidak sukai, yaitu ketika wanita yang sedang diincarnya bersama dengan pria lain, walaupun ia tahu tidak ada hubungan apa – apa antara dirinya dengan pria itu, karena Dante juga pernah melihat wajahnya dan ia tahu bahwa pria itu sudah menikah dan punya anak, tetap saja ia tidak suka.
Karena Eve tidak ingin membuat masalah dengan Dante, ia keluar dari ruangan Dante dan mengucapkan terima kasih kepada Jasper serta berusaha mengusirnya dari ruangan dengan halus, karena ia tidak ingin pria itu tahy bahwa Dante tidak menyukainya, hal itu tidak bagus untuk politik kerja mereka, karena begitu – begitu, Jasper adalah salah satu asset yang baik untuk perusahaan dan Eve tidak ingin ada permasalahan diantara mereka.
Memang Dante pria yang menyebalkan, tetapi ada momen – momen dimana ia bersikap baik, yang awalnya membuat Eve terkejut. Seperti ketika ia menerima rangkaian bunga yang dikirimkan Dante, ketika ia bertanya itu untuk apa, katanya itu adalah permintaan maaf untuk sikapnya waktu mereka pertama kali bertemu. Memang pria itu sifatnya tidak pernah bisa ditebak, terkadang ia baik, terkadang ia sangat menyebalkan, sikapnya yang seperti itu membuat Eve terkadang tidak mengerti tentang dirinya.
Jasper sepertinya mengerti apa yang sedang terjadi. Ia mengangguk lalu keluar dari ruangan. Eve kembali duduk di kursinya dan memandangi Dante yang memperhatikan pria itu keluar. Ia meneguk sedikit dair kopinya dan menarik nafas dalam – dalam. Ini bukanlah kejadian pertama dimana Dante menyuruhnya mengusir salah seorang rekan kerjanya yang masuk ke ruangan Dante. Eve berpikir itu sangat konyol. Mereka sedang ada di lingkungan kerja. Alasan Dante selalu sama seperti yang ia katakana tadi.
Hanya beberapa orang saja yang Dante akan biarkan masuk ke kantornya. Walaupun dari performa kerja, terlihat bahwa Dante adalah seorang financial genius, tapi tetap saja, sikapnya itu bermasalah. Jika dilanjutkan, Eve takut emosi dan sikap Dante yang seperti itu akan membawa pengaruh buruk untuk perusahaan.
Entah apa yang dipikirkannya saat itu, ia tidak tahu darimana keberaniannya datang, tetapi ia berdiri dan menghampiri Dante. Ia mengambil kursi dan duduk di depannya, ini adalah kebiasaan kecil yang dulu ia sering lakukan ketika ia masih bekerja dengan Noah, tanpa sadar ia melakukan hal yang sama juga kepada Dante.
"Mr. Winston, aku tidak mengerti permasalahan mu apa, tetapi aku tidak mengerti apa maksudmu memintaku untuk mengeluarkan semua staf pria yang datang ke sini. Kau tahu mereka itu karyawanmu kan? Lagipula mereka tidak bermaksud buruk. Kenapa kau harus sangat keras?" tanyanya polos. Ya, dulu ketika ia masih bekerja untuk Noah, terkadang percakapan semacam ini terjadi. Bedanya, pria tua itu biasanya hanya mengangguk dan tertawa kecil mendengar kekhawatiran Eve akan dirinya dan pekerjaannya. Namun, Dante bukanlah Noah. Ia menatap Eve dengan tatapan sedikit tajam dan mencondongkan tubuhnya mendekati wanita itu.
"Sudah berapa kali aku harus bilang kepadamu, panggil aku Dante. Mr. Winston itu ayahku, bukan aku. Selain itu, apa yang aku lakukan dengan karyawan ku bukanlah urusanmu. Jadi lebih baik kau tidak usah ikut campur." Sesuatu tentang nada bicaranya yang sinis dan tatapan matanya yang garang membuat Eve tersentak.
Eve bukanlah wanita yang mudah menangis, tetapi sesuatu tentang perkataan Dante itu membuat hatinya sakit. Memang tidak parah, namun tetap ada rasa nyut – nyutan di dadanya.
Dante sepertinya sadar akan hal ini, karena aura Eve sudah berubah. Ia memundurkan kursinya lalu berdiri. Ia memandangi Dante, berusaha untuk tetap professional walaupun matanya sudah mulai berlinang.
"Okay, maafkan aku, Mr. Winston. Mulai sekarang aku tidak akan ikut campur urusanmu lagi." Ia berbalik dan berjalan menuju pintu.
"Eve, aku-" Dante berusaha untuk memanggilnya namun sebelum ia selesai berbicara, Eve sudah keluar dari kantornya, ia juga berjalan keluar dari ruangan sekretarisnya dan menghilang dibalik pintu.
"Sial, apa yang sudah kulakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Obsession
Romance"Apa yang kau mau, Dante?" Tanyanya pada pria itu. "Pertanyaan bagus, sayang" balasnya sesaat sebelum menempelkan bibirnya ke bibir wanita itu. Ia berusaha melawan namun pria itu jauh lebih kuat darinya. Hingga bibir mereka terpisah dan wanita itu m...