Chapter 17

2K 102 2
                                    

Eve berjalan pulang hari itu menuju apartemennya setelah hari kerja yang terbilang cukup panjang, ya, tadi Elliot sempat menanyakan beberapa hal kepadanya mengenai alasan kenapa ia tiba – tiba pulang begitu saja saat mereka pergi berdua untuk kencan bisnis malam itu namun ketika Eve mengatakan bahwa ia tidak ingin membahasnya. Jadi setelah semua itu selesai, dia kembali pulang dan yang ada di pikirannya saat itu adalah kenyataan bahwa ia hanya ingin segera makan, mandi lalu istirahat sebelum bekerja kembali keesokan harinya.

Ia tidak mengharapkan apa – apa ketika ia sampai, namun tiba – tiba ketika ia membuka pintu apartemennya, ia melihat bahwa lampunya sudah menyala. Jantungnya mulai berdebar lagi. Ia bisa merasakan sesuatu dibalik pintu itu dan ia tidak bersemangat untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di sana.

Ketika ia membuka pintu, ia langsung bersiap untuk menghadapi apapun yang ada di sana, ia berani bersumpah sepertinya ia sudah harus mulai pindah karena apartemennya itu mulai tidak aman. Ia berjalan ke ruang tamu dan betapa terkejutnya dia menemukan Dante sedang duduk di sana sekali lagi dengan pakaian kerjanya. Yang menandakan bahwa pria itu langsung berangkat menuju rumah Eve sesaat setelah ia pulang dari kantor. Dante terlihat lelah, Eve dapat mengetahui dari raut wajahnya bahwa pria itu tidak memiliki cukup tidur. Ia tidak tahu apakah hal itu terjadi karena pria itu bekerja terlalu banyak atau karena memikirkan hal lain, apapun alasannya, Eve tidak suka kenyataan bahwa Dante selalu berusaha untuk masuk ke tempatnya tanpa izin. Hingga saat itu ia bahkan tidak tahu bagaimana caranya Dante melakukan hal itu dan itu membuatnya takut.

"Dante, apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya kepada pria itu. Dante berdiri dari sofa dan menghampirinya, namun kali ini ia tidak berusaha untuk mengintimidasi Eve atau menakutinya, ia sudah belajar dari pengalaman sebelumnya jika ia menggunakan cara yang keras, ia hanya akan menakuti wanita itu, jadi kali ini, ia mengulurkan tangannya terhadap Eve dan membuka telapak tangannya, Mengundang wanita itu untuk duduk bersamanya.

Eve sedikit ragu, namun akhirnya ia mengambil tangan Dante, karena pikirnya, pria itu tidak melakukan kesalahan apapun, setidaknya tidak yang diluar batas.

"Eve, aku ingin minta maaf akan kelakuanu selama ini. Aku tahu bahwa aku salah. Tetapi mulai saat ini aku akan berusaha memperbaikinya. Aku tidak memintamu untuk kembali bekerja kepadaku lagi sekarang. Aku tahu itu mustahil. Aku juga minta maaf karena aku telah menakutimu malam itu. Bukan maksudku untuk melakukan itu, hanya saja, ketika aku melihatmu bersama pria lain, tumbuh rasa iri hati dan cemburu di dalam diriku. Aku tidak kuat melihat dirimu bersama pria lain, walaupun itu bossmu... Eve, aku tahu ini akan kedengaran gila, tetapi aku sangat menyukaimu. Aku mencintaimu, Eve."

Tidak ada angin, tidak ada hujan, pria itu menyatakan perasaannya kepada Eve. Ia tidak tahu bagaimana ia harus meresponnya, sebelum ia bisa membuka mulutnya, Dante meletakan jari telunjuknya di bibir Eve.

"Kau tidak harus menjawabnya sekarang, tidak apa – apa. Aku hanya ingin menyatakannya saja. Tetapi sekarang, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." Kata pria itu sambil tersenyum, Eve penasaran, ia tidak tahu rencana macam apa lagi yang pria itu sedang pikirkan, tetapi ia juga ingin tahu, jadi sebelum otaknya bisa mencerna semuanya, ia sudah menganggukan kepalanya dan Dante tersenyum puas sambil membantunya untuk berdiri.

Mereka berdua keluar dari tempat Eve dan masuk ke elevator. Ketika di sana, Eve membalikan badannya untuk menatap pria itu, kemudian ia mulai bertanya tentang niat Dante yang selalu berusaha untuk mendekatinya.

"Aku tidak pernah berusaha untuk menggodamu, Dante. Aku tidak tahu kenapa kau bersikap seperti ini kepadaku. Kenapa kau bisa menyukaiku?" tanya Eve penasaran. Dante hanya tertawa kecil mendengar pernyataan wanita itu.

"Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta, Eve." Balasnya singkat.

Eve baru sadar sesaat sebelum lift itu terbuka bahwa ternyata mereka tidak sedang menuju ke lobby, melainkan ke rooftop, karena sedari tadi Dante lah yang berdiri di dekat tombol lift. Eve menatap pria itu dengan tatapan tidak mengerti, namun Dante menatapnya kembali seolah – olah ia ingin berkata, percaya saja padaku.

Pintu lift terbuka dan betapa terkejutnya Eve ketika ia melihat sebuah helicopter sudah siap di sana, ia memandangi Dante dengan tatapan kebingungan namun pria itu mengambil tangannya dan berjalan bersamanya menuju helikopter. Sudah ada dua orang lainnya disana, yaitu seorang pilot dan seorang lagi yang berada di belakang untuk menjaga mereka. Eve tidak bisa mempercayai apa yang sedang ada di hadapannya. Seumur hidupnya ia tidak pernah berada sedekat itu dengan sebuah helikopter sungguhan.

Seorang staff yang berada di dalam sana membantunya untuk naik, Eve duduk dan Dante menyusul di sebelahnya, kemudian staff itu keluar dan duduk di kursi depan. Memang sebenarnya view terbaik dari sebuah helikopter berada di depan, namun karena Dante meminta agar dirinya didudukan di samping Eve, maka keduanya duduk di belakang.

Tidak lama kemudian, helikopter itu mulai lepas landas dan Eve dapat melihat pemandangan kota New York dari atas. Entah kenapa, kota tersebut terlihat berbeda dari atas, semuanya menjadi lebih hidup. Dari langit, gemerlap lampu yang menghiasi kota terlihat seperti hamparan bintang.

Sebuah senyuman lebar muncul di bibir Eve, ia tidak pernah mengalam hal yang seperti itu, Dante yang duduk di sebelahnya tersenyum melihat keceriaan Eve. Wanita itu paling cantik ketika ia tersenyum, Dante ingin melihatnya selalu tersenyum. Wajah marah dan sedih Eve selalu membuat hati Dante terluka.

Ia tidak tahan lagi, ia mengalungkan lengannya di sekitar perut Eve sambil memandang ke arah jendela. Eve berhenti tersenyum sejenak ketika ia merasakan lengan kuat pria itu di pinggangnya.

"Apa yang kau lakukan, Dante, apakah kau tidak mau memandangi kota dari jendelamu saja?" tanya Eve, namun pria itu menggelengkan kepalanya. Ia menghidu rambut Eve dan menggengam tangan wanita itu.

"Tidak, aku sudah melihat pemandangan ini berkali – kali. Aku lebih menyukai dirimu, wajahmu lebih indah untuk dipandang dibandingkan pemandangan kota ini. Aku suka berada di dekatmu." Mendengar jawabannya itu, jantung Eve berdebar dengan sangat kencang, ia tidak tahu apa yang salah akan dirinya, namun tiab – tiba Dante menjadi sangat menarik, entah itu karena mereka berdua sedang berada di langit – langit sehingga atmosfir yang ada berbeda. Namun tiba – tiba pipinya memerah dan ia bisa merasakan tubuhnya memanas di dalam pelukan pria itu.

"Dante..." Bisiknya, ia memutarkan tubuhnya. Mata mereka berdua bertemu. Pria itu sangat tampan dalam balutan sinar rembulan. Entah kenapa ketika melihat pria itu, Eve merasakan suatu perasaan yang berbeda.

Sebelum ia bisa berkata apa – apa lagi, Dante sudah menempelkan bibirnya ke bibir Eve. Ia melumatinya dengan rakus, seolah – olah ia tidak ingin pernah melepaskan ciuman itu. Akhirnya, mereka menghabiskan lima menit terakhir penerbangan mereka mencium satu sama lain.

Tidak akan ada yang sama setelah malam itu.

Tetapi Eve sudah tidak peduli.

Dante berhasil meluluhkan hatinya.

The Devil ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang