Saat ia menatap ke luar pesawat jet pribadi Dante, Eve dapat melihat sebuah pulau yang terlihat sedikit familiar dari atas. Ya, campuran warna putih dengan warna biru gelap menyala yang ada di sana merupakan salah satu ciri khas dari sebuah pulau yang berada di Yunani, pulau yang sudah sangat terkenal karena popularitas nya di sosial media, yaitu Santorini.
Eve sedikit terkejut dengan pemilihan Dante, ia pikir bahwa Dante akan membawanya ke suatu tempat yang lebih terpencil, tetapi tidak, Dante malah memilih sebuah pulau yang terbilang cukup terkenal. Eve tidak tahu apa yang pria itu sedang pikirkan dan rencanakan. Apapun itu ia hanya berharap bahwa tidak ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi kepadanya.
Mereka mendarat di bandara lalu Eve berjalan keluar dari pesawat. Ia sudah lebih tenang ketika mereka sampai. Eve tidak membawa pakaian apapun, bahkan dompet dan teleponnya telah disembunyikan oleh Dante. Pria itu berkata akan mengembalikan semuanya saat mereka kembali pulang. Eve tahu pria itu tidak akan berbohong karena Dante tidak memerlukan benda – benda tersebut. Yang Dante perlukan adalah Eve dan ia akan melakukan apapund demi membuat wanita itu kembali ke dalam pelukannya.
Satu hal yang jelas ketika ia pergi bersama dengan Dante, ia tahu bahwa pria itu sedang merencanakan sesuatu. Baik atau buruknya tergantung bagaimana akhir perjalanan mereka akan berlangsung nanti.
Baru saja ia keluar dari sana, ia sudah dapat menghirup aroma asin dari laut, mungkin karena ia begitu terbiasa dengan udara di kota New York yang penuh dengan polusi, menghirup udara laut di Santorini adalah perubahan yang cukup menyenangkan untuknya. Ia tidak mau mengakui hal itu kepada Dante, tetapi entah kenapa ia merasa bahwa perjalanannya itu tidak akan menjadi terlalu buruk.
Tidak lama kemudian sebuah mobil datang dan menjemput mereka. Eve merasa sangat tidak tenang tanpa tas nya di pangkuannya namun sepanjang perjalanan mereka ke hotel yang telah di reservasi oleh Dante, setidaknya pikir Eve di awal, pria itu terus menerus mengingatkannya bahwa semuanya akan baik – baik saja dan bahwa ia akan menyediakan semuanya yang Eve perlukan selama perjalanan mereka. Dan pada kenyataannya, memang benar, pria itu menyediakan segalanya yang Eve butuhkan nanti.
Bukannya sebuah hotel, melainkan sebuah villa pribadi. Ya, Eve hampir lupa berapa banyak uang yang pria ini miliki. Pria itu bisa saja membeli sebuah rumah atau villa dimanapun ia inginkan, rasanya seperti uang yang ia miliki tidak pernah habis saja. Memang Dante bukanlah pria terkaya di dunia, tetapi hanya orang yang tidak tahu bagaimana permainan itu berlangsung yang menganggap bahwa kau hanya bisa menikahi seorang milyader jika ingin bahagia, banyak pria – pria kaya dengan asset sepuluh hingga seratus juta dollar di dunia ini dan kenyamanan hidup yang pria – pria ini sajikan sering kali tidak kalah hebat dengan kesenangan yang bisa diberikan seorang billionaire.
Lebih banyak orang kaya di dunia ini dari yang dipikirkan orang – orang, definisi kaya bagi kebanyakan orang bukanlah apa – apa dibandingkan kenyataan yang ada. Seseorang mungkin bisa membeli sebuah tas Chanel seharga empat ribu dollar, tetapi itu tidak membuatnya kaya sama sekali dibandingkan mereka yang memiliki investasi di LVMH itu sendiri. Kau mengerti bukan?
Villa tersebut cukup besar dan terletak di lokasi yang cukup strategis. Mereka dapat dengan mudah mendapatkan akses ke kota dan pantai. Ada empat buah kamar di villa itu, pikirnya pastilah villa tersebut sering disewakan untuk para turis, pantas saja Dante tidak pernah takut jika ia kehilangan posisinya, rupanya ia memiliki banyak investasi sampingan, kebanyakan di bidang property, tetapi juga di teknologi dan medis. Hal itu baru Eve ketahui setelah ia bertanya apakah villa yang mereka sedang tempati adalah milik Dante pribadi.
Di sana juga terdapat sebuah kolam renang berbentuk persegi panjang dengan salah satu ujungnya dibuat melingkar, dengan tiang – tiang bati yang berfungsi sebagai tempat duduk di sekitar lingkaran tersebut.
Sesuai dengan tema warna kota tersebut, Dante mengecat tempat tersebut dengan warna putih dan menambahkan aksen biru di beberapa tempat, karena villa itu kebanyakan digunakan untuk para turis kelas atas, itu akan menambah daya tarik dan nilai sewa.
Hal pertama yang Dante lakukan adalah mengajak Eve berkeliling di Villa tersebut, pria itu menceritakan kepadanya tentang beberapa ruangan yang ada di sana, mulai dari ruang tamu mereka yang memiliki sebuah ekstensi ke belakang dimana terdapat sebuah taman mini dengan gazebo, hingga ke kamar – kamar yang ada di sana, Eve bertanya apakah ia bisa mendapatkan salah satu kamar di lantai dua yang memiliki pemandangan terbaik. Mendengar itu, Dante hanya tersenyum.
"Kau tahu Eve, kamar dengan pemandangan terbaik adalah kamar yang disediakan untukku. Jika kau menginginkan kamar itu, maka kau bisa tidur bersama denganku. Aku akan lebih menyukainya." Dante sangat jujur tentang hal itu, membuat Eve merasa sedikit malu dan kesal di saat yang bersamaan.
"Tenang saja Eve, aku sudah menyiapkan sebuah kamar untuk mu di lantai ini juga dengan sebuah pemandangan yang tidak kalah indahnya dengan milikku, ya, tetapi tentu saja, aku tidak masalah jika kau ingin ke kamarku mala mini." Candanya, namun Eve tidak tertawa. Setelah berputar – putar, akhirnya Dante mengajak Eve ke kamarnya, dan memang benar, kamar itu memiliki pemandangan yang cukup indah. Karena itu adalah sebuah villa mereka tidak menggunakan kamar ganti, mereka hanya menggunakan lemari pakaian, namun setelah masuk ke sana, Dante meminta Eve untuk membuka lemari pakaian.
Dengan kebingungan, Eve melakukannya dan betapa terkejutnya ia saat ia melihat beberapa helai pakaian yang cantik sudah tergantung dengan rapi di sana, bukan hanya lima atau enam pakaian, tetapi sebuah koleksi kecil yang cukup untuk menemani perjalanannya selama seminggu tersebut jika ia ganti baju tiga kali sehari, belum termasuk dengan pakaian dalam dan renang. Ditambah dengan beberapa pasang sepatu yang cocok dengan iklim disana.
"Semuanya seharusnya cocok di tubuhmu, aku ahrap kau menyukainya. Kau bisa istirahat dulu untuk sekarang Eve, aku tahu kau pasti lelah dari perjalanan panjang yang tadi kita lalui. Aku akan mengajamu jalan – jalan sore nanti." Katanya sambil berjalan mendekati Eve. Wanita itu menatap Dante dengan ekspresi tidak percaya.
Pria itu baru saja menculiknya dan ia bertingkah seolah – olah mereka berdua hanya pergi ke sebuah liburan biasa diman asemuanya menyenangkan. Eve masih tidak menyukai Dante karena apa yang ia perbuat, ya memang itu adalah hal di masa lalu, namun tetap saja, ia bukanlah Sofia. Ia tidak ingin diperlakukan oleh Dante seperti Sofia.
Eve tidak memiliki cukup tenaga untuk berdebat dengan Dante, pria itu mendekatkan tubuhnya kepada Eve lalu menundukan tubuhnya untuk mengecup kening wanita itu. Eve bisa saja menghindari kecupan itu, namun ia tidak melakukannya. Kenapa? Ia sendiri juga tidak tahu jawabannya.
Setelah melakukan itu, Dante tersenyum kepada Eve, membelai lembut pundaknya lalu berjalan keluar dari ruangan, membiarkan wanita malang itu untuk beristirahat sendirian. Setelah Dante menghilang dari pandangan, Eve berjalan ke kasur dan menghantamkan tubuhnya ke atas matras yang empuk itu, lalu menutup matanya.
"Ah... hidupku gila."
***
Jangan lupa untuk vote dan comment ya, author sangat menghargainya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Obsession
Romance"Apa yang kau mau, Dante?" Tanyanya pada pria itu. "Pertanyaan bagus, sayang" balasnya sesaat sebelum menempelkan bibirnya ke bibir wanita itu. Ia berusaha melawan namun pria itu jauh lebih kuat darinya. Hingga bibir mereka terpisah dan wanita itu m...