Chapter 13

3.2K 128 1
                                    

Eve menatap Dante yang sudah dewasa, pria itu terlihat benar – benar berbeda dari dirinya di masa kecil, setidaknya, dari deskripsinya sendiri. Dante yang ada di hadapannya tidak terlihat seperti pria lemah sama sekali. Pria yang ada di depannya terlihat mengintimidasi, siapa sangka dibalik figurnya yang begitu dominan, terdapat kisah yang sangat memilukan hati.

"Kau tahu, Eve, aku tidak pernah menceritakan hal ini kepada siapapun, karena aku tidak mempercayai siapapun, kau adalah orang pertama yang mengetahui masa laluku selain keluargaku. Aku harap sekarang kau bisa mengerti darimana asalku." Setelah mendengar cerita pria itu, Eve jadi sedikit mengerti kenapa Dante menjadi sepertinay saat itu, memang itu bukanlah alasan untuk menyakiti orang lain. Hanya karena kau pernah disakiti bukan berarti kau bisa menyakiti. Namun Eve jadi lebih bersimpati terhadap pria itu. Yang dialaminya semasa kecil bukanlah sesuatu yang wajar.

"Jadi Eve, tolong kembalilah bekerja untukku. Aku membutuhkanmu. Mereka baru saja mempekerjakan sekretaris baru dan aku berani bersumpah wanita itu berusaha untuk menggodaku. Hal itu membuatku jijik. Kembalilah kepadaku. Aku akan menaikkan gajimu tiga kali lipat." Pinta dan tawarnya. Namun Eve tidak bisa melakukan hal itu.

"Aku sudah bilang, Dante. Aku tidak bisa. Saat ini aku sudah bekerja di tempat lain, aku tidak mungkin keluar begitu saja." Balasnya. Jawaban Eve tidak membuat Dante senang. Ia tidak ingin kehilangan Eve, ia tidak ingin putus kontak dengan wanita itu. Ia harus memikirkan cara untuk bertemunya lagi.

Ia berdiri dan menatap Eve, ketika berdiri ia menjadi jauh lebih tinggi dari wanita itu. Ketika berdiri, seluruh otot – ototnya menjadi lebih prominen dan ia terlihat seperti serigala yang hendak menangkap mangsanya. Ia tidak ingin menakuti Eve lagi, jadi kali ini, ia menawarkan sesuatu yang berbeda.

"Kalau begitu, aku ingin bertemu dengan mu lagi. Kita bisa pergi kencan atau semacamnya. Aku akan mengajakmu ke banyak tempat di New York yang mungkin kau belum pernah kunjungi, tempat – tempat berkelas dan mahal. Aku yakin kau akan menyukainya." Eve tidak percaya apa yang baru saja ia dengar. Seorang Dante Winston baru saja mengajak dirinya untuk kencan. Ia tahu Dante memiliki ketertarikan kepadanya sejak awal, namun ia tidak pernah menyangka bahwa pria itu akan mengajaknya kencan. Gilanya, Eve tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan, tapi sebelum pikirannya bisa berjalan, bibirnya sudah berkata.

"Ya."

***

Elliot sedang duduk santai di kursinya sambil meminum gelas kopi pertamanya hari itu. Ya, ia tidak suka minum kopi pagi – pagi sekali ketika ia baru saja bangun, ia lebih menyukai minum kopi saat ia akan mulai bekerja, menurutnya hal itu lebih membantu, karena ketika ia minum kopi pertama kali di pagi hari, biasanya ia akan meraakan rush yang tidak begitu menyenangan.

Sambil minum kopi, ia menatap meja Eve yang masih kosong. Memang Elliot datang lebih awal sehingga tentu saja Eve belum sampai, namun bukan itu yang sedang ia pikirkan. Yang ada di pikirannya saat itu adalah betapa senangnya ia ketika ia menemukan bahwa sekretaris barunya tidak lain adalah Eve. Ia tahu sejak pertama kali mereka bertemu, sejak ia menemukan Eve menangis sendirian di kafe bahwa wanita itu akan menjadi bagian penting dalam hidupnya, namun ia tidak pernah menyangka bahwa mereka akan menjadi boss dan pegawai juga. Ia menganggap hal itu gila, ia tidak pernah mengalami hal semacam itu sebelumnya.

Eve, bagaimana ya? Elliot sangat menyukai wanita itu. Dimatanya, Eve adalah tipikal wanita yang ingin ia kenal lebih jauh, dia memiliki suatu karakter dalam dirinya yang membuatnya begitu menarik. Dia mandiri tetapi feminine di saat yang bersamaan, hal itu membuatnya kagum kepada Eve, tetapi ia masih memiliki perasaan ingin melindungi wanita itu.

Di pikirannya, ia mulai memikirkan beberapa hal yang aneh – aneh, ia tidak tahu apakah ia mulai menyukai Eve atau bagaimana, karena ia tidak terlalu sering menganalisa perasaannya sendiri, namun ia tahu bahwa ia senang ketika berada di dekat Eve.

Tidak lama kemudian, seolah – olah Eve mendengar keinginannya, pintu terbuka dan wanita itu masuk ke dalam ruangan. Namun entah kenapa, raut wajah Eve sedikit berbeda hari itu, ia terlihat lebih lelah, seperti seseorang yang kekurangan tidur.

Namun tetap saja, auranya tidak pernah berubah, ia tetap terlihat professional dan bersemangat untuk bekerja seperti biasanya. Elliot menyapanya dan menawarkannya kopi, namun Eve menolaknya dan mengatakan bahwa ia sudah meminum kopi hari itu.

Sebelum mereka mulai bekerja, Elliot menghampirinya dan menanyakannya jika ia memiliki acara khusus akhir pekan nanti. Eve memalingkan wajahnya untuk memandang pria itu dan mengatakan bahwa ia tidak memiliki rencana apapun, namun ia ingin tahu alasannya menanyakan hal itu.

"Tidak, hanya saja aku memiliki business party akhir pekan ini dan aku berpikir bahwa aku tidak ingin pergi kesana sendiri, lagipula undangannya juga untuk dua orang jadi aku ingin mengajakmu menghadirinya bersamaku, kalau kau tidak keberatan." Oh, Eve sangat menyukai pesta semacam itu, karena biasanya disana ia bisa berkenalan dengan banyak orang baru dan mendapatkan pengalaman yang baru. Ia tidak perlu berpikir dua kali sebelum ia menyetujui hal itu. Ketika ia menyetujuinya, sebuah senyuman lebar muncul di wajah Elliot.

Elliot berpikir untuk menggunakan kesempatan itu dan memperkenalkan Eve ke publik, memang secara bisnis, ia tidak akan mendapat keuntungan apa – apa dari memperkenalkan Eve ke rekan kerja lainnya, namun setidaknya ia akan merasa bangga kepada dirinya sendiri karena ia dapat memiliki wanita seperti Eve disampingnya.

"Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, apakah aku boleh mulai bekerja?" tanya Eve. Elliot langsung mundur ketka ia sadar bahwa ia sedang bersimpu di meja Eve. Ia kembali ke tempat duduknya sementara Eve duduk di kursinya sendiri dan mulai melakukan pekerjaannya. Walaupun demikian, di awal pekerjaan ia memiliki sedikit kesulitan untuk berkonsentrasi karena mengingat apa yang terjadi tadi. Sebelum Dante keluar dari apartemennya, ia menarik Eve ke dalam pelukannya lalu mencium bibir Eve. Hal itu membuatnya sedikit shock, namun entah kenapa, bukannya mendorongnya, Eve malah terdiam dan menutup matanya, seolah – olah ia menerima ciuman tersebut.

Ya, Eve tahu bahwa yang ia lakukan adalah salah satu hal tergila dalam hidupnya. Menerima kehadiran pria seperti Dante dalam hidupnya bisa memiliki banyak arti, ia tidak tahu apakah arti yang diberikan Dante nanti akan membawa pengaruh positif atau negatif dalam hidupnya, yang ia tahu hanyalah, saat itu ia sedang bermain – main dengan api, ia sedang mengambil buah terlarang di taman Eden ketika ia menerima tawaran kencan Dante. Saat itu hanya ada dua kemungkinan untuknya, antara ia akan hidup bahagia bersama dengan Dante, atau pria itu akan menjadi mimpi buruknya yang paling buruk.

Eve masih tidak tahu saat itu kemungkinan mana yang akan ia dapatkan nanti, namun waktu akan menceritakan segalanya.

The Devil ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang