Serumah Dengan Madu.

2.3K 89 1
                                    

Tiga hari berlalu semenjak Aslan meminta untuk menikah lagi, aku tidak menyangka ia benar-benar melakukannya. Bahkan, tanpa persetujuanku. Lalu untuk apa ia harus meminta pedapatku Jika itu tidak berguna sama sekali.

Sejak malam itu, aku tidak berbicara padanya. Hatiku masih terlalu sakit. Terlebih lagi Aslan membawa maduku ke rumah kami. Itu membuatku semakin hancur. Aku mendengar dan menyaksikan mereka memadu kasih, mereka selalu bermesraan setiap saat, tidak peduli ada aku atau pun tidak.

Aku terbangun saat mendengar suara yang membuatku panas seketika, tepat di sebelah kamarku.

Deg.

Rasa sakit itu menyerang kembali. Tenggorokanku tercekat. Rasa sakit ini membuat jantungku seperti diremas hingga membuatku merasa sesak. Aku memejamkan mata berusaha menahan air mata yang akan tumpah sewaktu-waktu.

"Hiks ... hiks ... hiks ... Ya Allah, sakit sekali. Apa yang harus aku lakukan, mengapa pernikahan yang Aslan janjikan tidak memiliki kebahagian sama sekali? Ya Rabku, tolong tunjukan jalan yang terbaik."

Aku gagal. Malam ini, untuk kesekian kalinya aku mengadu pada Tuhanku menumpahkan segala kegundahan hati. Selain pada-NYA tidak ada lagi yang bisa aku ajak berbagi.

Aku melirik jam weker yang berasa di atas nakas 05.00. Ternyata sudah cukup lama aku menangis. Segera kubereskan perlengkapan sholat dan meletakannya di atas tempat tidurku.

Kutarik napas panjang di dalam kamarku sebelum melangkah keluar. Rasanya seperti aku yang menjadi istri kedua Aslan.

Sreng ...!

Bunyi spatula yang beradu dengan wajan itu memecah kesunyian di dalam dapur. Pagi ini Aku akan memasak nasi goreng, cukup praktis karena aku tidak ingin terlalu berlama-lama di luar kamarku. Bukan tidak suka, lebih tepatnya aku tidak ingin melihat Aslan dan Dela. Jujur, aku sangat cemburu. Ingin rasanya aku bertanya apa alasan Aslan sehingga ia tega memperlakukanku seperti ini.

Akh ...!

Aku mengibaskan tangan saat tidak sengaja menyentuh sisi wajan yang panas. Kebanyakan melamun hingga aku melupakan jika saat ini aku sedang membuat sarapan. Aku menggeleng-gelengkan berharap pikiran tentang pernikahanku yang mengenaskan segera menghilang dari kepalaku. Setelah aku memasukan nasi dan membalikannya beberapa kali. Aku meletakan spatula dan mengambil minum. Aku merasakan tenggorokanku kering karena sedari tadi aku belum minum sama sekali.

"Emm ... baunya enak, jago banget Kak Syila masaknya. Ajarin Dela yah, Kak!"

Uhuk ...! uhuk ...!

Aku terkejut sampai-sampai tersedak minumanku. Bukan, bukan dengan teriakannya. Melainkan ucapannya dengan mengajarinya memasak?

"Aku tidak bisa Dela," ucaku berusaha tersenyum.

Aku yakin senyumku akan terlihat sangat aneh, karena aku benar-benar tidak memiliki niat tersenyum untuknya.

"yah ... mengapa, Kak?" Dela bertanya dengan lesu.

Mengapa? Pertanyaan yang lucu. Jelas-jelas aku berusaha menghindarinya. Mengapa ia harus tanya alasannya.

"Ada apa ini? Dela, kenapa?"

Pertanyaan itu sukses mengalihkan perhatianku dan Dela. Di sana di belakang wanita itu berdiri suamiku.

Pria itu hanya mengenakan celana pendek tanpa atasan apapun. Ia mengecup pipi Dila sebentar sebelum melingkarkan tangannya dengan mesra di sekeliling pinggang wanita itu.

DEG.

Rasa sakit itu datang lagi, mengapa masih saja terasa sakit. Ini bukan pertama kalinya mereka bermesraan di depanku. Aku segera berbalik untuk menghindari kontak mata dengan Aslan.

Segera tanganku mempersiapkan makanan yang telah aku masak dengan cepat. Setelah menatanya di atas meja. Aku bergegas meninggalkan mereka yang terlihat kembali bermesraan.

Brak!

Aku membanting pintu kamarku, aku tidak perduli jika suaranya akan mengganggu kesenangan mereka. Yang aku butuhkan hanya tempat untuk melampiaskan rasa sakit ini.

------NMT-----

Malam Pengantinku Di Madu (NOVEL INI SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang