Dia pilihanmu.

1.6K 80 2
                                    

Author kembali. Ceritanya makin greget? Wkwk ya maap. Sengaja author jungkir balikin dulu sebelum bahagia. Jadiii ... bersabarlah masih banyak adegan yang bkn sad and emosi.. Oke!

Happy reading:)

***

Netraku terus mengikuti sampai Aslan menghilang dari pandanganku.

Ingin rasanya aku tertawa sekeras mungkin. Beberapa saat lalu dia berbicara "Tidak ingin berpisah dariku." satu detik berikutnya ia pergi meninggalkanku terlebih dulu.

Aku bukan wanita penyabar Aslan. Aku tidak bisa terus seperti ini, jika itu Dela, aku mundur.

Perlahan aku melangkahkan kakiku keluar dari rumah besar itu. Tujuanku saat ini panti. Aku merindukannya, terlebih karena semua masalah ini aku butuh sandaran.

Aku tertengun menatap bangunan yang sempat aku tempati lebih dari 13 tahun ini. Ku hembuskan napas perlahan sebelum memasuki halamannya. Netraku berpendar dan berhenti pada sekumpulan anak-anak yang sedang bermain bersama seorang pria. Aku tidak bisa melihat pria itu, ia membelakangiku.

"Kak Syila!!"

"Kaka cantik!"

"Asyik! Kak Syila datang!"

Jeritan anak-anak mengalihkan perhatianku. Aku memeluk satu-persatu anak-anak ini. Rasanya semua rasa sakitku hilang seketika.

"Syila ..."

Aku mengalihkan pandanganku.

"Kings!" jeritku dengan refleks.

"Hahaha. Mengapa kau selalu menjerit Syila."

"Eh, hehe ... kau, di sini?"

"Mengapa? ada yang salah jika aku di sini. Ini rumahku."

"Ck, tidak Kings. Sudah lupakan. Di mana Bunda?"

"Di dalam. Pergilah temui ia, sudah lama kau tidak ke sini."

"Ya."

Saat aku berbalik Kings memanggilku kembali.

"Syila!" teriaknya keras. "Aku minta maaf soal tadi, dan maafkan aku juga untuk tidak bisa membatalkan janji. Aku bersungguh-sungguh Syila. Aku sangat mencintaimu."

Deg.

Ucapan Kings sontak membuatku menegang. Ia, mencintaiku? Sejak kapan?

"Kings a--aku harus m--menemui Bunda." ucapku gugup dan berlari memasuki panti secepatnya.

"Bunda!"

Aku mengagetkan bunda saat ia sedang memasak.

"Ah! Syila. Kau membuat jantung bunda hampir lepas,"

Aku hanya tertawa melihat bunda marah. Tiba-tiba aroma masakan yang menguar membuat perutku bergejolak. Aku menutup mulut dan berlari ke dalam kamar mandi yang menyatu dengan dapur

"Hoek hoek hoek ..."

Suara itu memenuhi kamar mandi. Tidak ada yang keluar dari mulutku, perutku terus bergejolak membuat kepalaku pusing. Aku tertengun saat suatu pemahaman memasuki pikiranku.

Deg.

Mungkinkah aku hamil!?

---NMT---

Malam Pengantinku Di Madu (NOVEL INI SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang