Ngidam?

1.6K 72 1
                                    

Drtt ...

Tangisku terhenti saat mendengar hpku berbunyi. Aku menyeka air mataku dan sedikit memijat kepala. Menangis terlalu lama membuat pandanganku sedikit kabur terlebih sekarang kepalaku berdenyut sakit.

"Assalamualaikum ...?"

"..."

"Eh. Bunda, Syila tadi tidak lihat bunda yang nelfon," aku berusaha menormalkan suaraku.

"..."

"Insya Allah bunda, nanti Syila main."

"..."

"Eh, haha, ti--tidak bunda Syila baik-baik saja, Syila bahagia. Bunda tidak usah khawatir."

"..."

"Iya bunda sayang. Wa'alaikum salam."

Tok ... tok ... tok...

"Kak Syila?" panggil Dela di balik pintu.

Ada apa dengan wanita ini, mengapa ia tidak bisa membiarkan aku sendiri.

"Ya, sebentar."

Perlahan aku membuka pintu kamar tidurku, netraku menangkap sosok wanita bertubuh kecil berdiri tepat di depanku.

"Ada apa?"

"Emm ... Kak Aslan pasti sudah memberi tahu kaka tentang kehamilanku," ucap Dela menarik napas. "Aku memang hamil duluan Kak, a--aku hiks, aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu. Aku kira Kak Aslan tidak mau bertanggung jawab. Tetapi, aku salah.  Ia siap menikah denganku asalkan aku menjadi madu. Awalnya aku menolak, tetapi Kak Aslan hiks ...  bilang jika istrinya mengijinkan. Aku ingin berterima kasih pada Kaka. Jika bukan kaka, aku yakin masa depanku akan hancur hiks ..."

Ingin sekali aku berteriak di depan wajahnya. Masa depanmu tidak akan hancur. Karena pernikahanku yang hancur Dela!

"Berapa usia kandunganmu?" Pertanyaan yang tidak kusangka keluar dari mulutku.

"Seminggu."

Seminggu? sebelum aku menikah. Mengapa Aslan tetap menikahiku. Mungkinkah ia memang benar-benar mencintaiku, tetapi tidakkah ia sadar cintanya menyakitiku.

"Lalu untuk apa kau memberi tahuku?"

"Eh, D--Dela hanya ingin berterima kasih."

"Tidak perlu. Apakah ada yang ingin kau katakan lagi?"

"Emm ... Kak Syila, Dela ingin makan Seblak. Bisa tolong belikan? Kak Aslan melarang Dela keluar," tanya Dela tersenyum manis.

Jika saja wanita di depanku ini bukan maduku. Aku yakin aku akan menyukainya.

"Aku harus menjagamu."

"Ck, Dela bisa jaga diri sendiri Kak syila," Dela tersenyum "Yah ... Dela ingin sekali makan seblak."

"Baiklah," ucapku pasrah.

"Akh! Makasih."

Dela tiba-tiba saja memelukku. Jika keseimbangan tubuhku tidak kuat aku yakin sudah terjengkang kebelakang.

"Ya."

***

30menit berlalu. Saat kakiku baru saja melangkah memasuki rumah aku tersentak mendengar teriakan Aslan.

"Dari mana kamu. Aku sudah mengatakanya jangan tinggalkan Dela. Kau membuatnya hampir terbunuh!"

-----------------------NMT----------------------

Malam Pengantinku Di Madu (NOVEL INI SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang