22

1.5K 69 0
                                    

Dua hari sejak meninggalnya Dela, aku masih merasa itu semua salahku. Aku tidak tau harus melakukan apa terlebih sekarang aku mengetahui jika Aslan masih tidak terima atas kepergiannya.

"Nduk, bagai manapun Dela meninggalkan karena takdirnya sampai pada saat itu, jika kau selalu berfikir salahmu, sama saja kau menyalahkan takdir. Kita manusia hanya bisa menjalankan. Tuhan yang memiliki kendali penuh. Jangan kau hukum dirimu sendiri, ingat masih ada satu kehidupan bergantung padamu."

Aku menatap pada wanita di sampingku ini, bunda bagai ibuku sendiri, karakternya yang lembut keibuan selalu membuat aku merasa jika mama masih selalu bersamaku.

Aku tidak bisa menahan air mata jika semua berkaitan dengan mama, rasanya sudah lama sekali aku tidak pernah mendengar nasehat- nasehat seperti ini dari mama, hal itu sukses membuatku tidak bisa membendung kesedihanku.

"Bun, Syila hiks ... entah megapa merasa jika semua memang salah Syila. Jika saja hiks ... jika saja waktu itu aku tidak menolong Aslan, mungkin ... mungkin, aku tidak pernah jatuh padanya Bun aku hiks ..."

"Hutss ... Syila, kau tahu setiap kejadian ada sebab akibatnya. Kau di pertemukan dengan Aslan sebab waktu itu ia dalam kesulitan, kau tidak akan pernah tahu kalau akibatnya kau akan jatuh padanya. Dan untuk Dela, kau sendiri yang bilang pada bunda jika ia meninggal karena kankerkan? Syila, Kanker atau tidak. Jika takdirnya ia tiada, Dela tidak akan bisa mengindari kematiannya terlepas setelah kau bertemu Aslan atau tidak karena itu takdirnya. Sayang, sudah cukup. Kau tidak boleh menangis untuk sesuatu yang telah pergi bunda tidak ingin cucu bunda kenapa-kenapa. Sekarang kembali pada reality. Apa kau masih ingin berpisah dari Aslan?"

"Bunda, pertanyaan macam apa itu? jelas dia akan berpisah, aku telah menunggunya cukup lama. Sangat lama, sampai-sampai aku berfikir menjadi pemeran antagonis dan menghancurkan pernikahan mereka." ucap Kings menggebu.

Tuk ...

Aku terkejut saat bunda melempar pena yang berada di atas meja pada Kings tepat mengenai dahinya, tetapi keterkujutan itu tidak bertahan lama saat aku melihat wajah merajuk Kings sambil mengusap bekas pena tadi.

"Berbicalah lagi, bunda akan jamin kau tidak akan pernah bisa menikah dengannya. Terlepas dari kau tidak akan menikah selamanya!"

"Tidak! baiklah-baiklah. Maafkan aku bunda sayang, aku hanya bercanda. Bagai mana jika aku memberikan kompensasi? bunda bisa mengikuti kami saat berbelanja perlengkapan bayi?!" teriak Kings semangat.

Aku sedikit tertawa melihat antusiasme Kings, ia belum menyerah untuk membeli perlengkapan bayiku hal itu membuat sesuatu yang hangat seolah membungkus jantungku. Aku mengalihkan pandanganku pada bunda.

"Bun, Syila akan tetap bercerai dari Aslan ..."

"Syila, tapi anakmu bagai mana?"

"Aku siap menjadi ayahnya bunda!"

"Diamlah Kings! kau sangat menggangu!" pekik bunda marah.

"Bunda, aku mengajukan cerai pada Aslan sudah sangat lama, terlepas setelah bayi ini lahir aku akan memutus hubunganku dengannya aku tidak ingin melihatnya lagi, aku terlanjur kecewa padanyanya bun ..."

"Apa kau masih mencintainya?" tanya bunda memotong ucapanku.

Deg.

Aku tertengun mendengar pertanyaan bunda tiba-tiba.

"T--tidak!"

Bunda menghembuskan napas sebelum berbicara.

"Syila, jika kau masih mencintainya mengapa tidak mencoba memperbaiki? bunda tau kau wanita kuat bunda yakin kau bisa melakukannya..."

"Tidak," aku menarik napas perlahan, berusaha meredakan kesedihan yang mulai menguasaiku. " Bun, terkadang sesuatu yang tidak sesuai dengan hati tidak akan berjalan dengan mulus, aku menyadari  hatiku mulai  tidak lagi mencintainya. Entah karena aku wanita yang tidak setia atau karena luka yang ia goreskan walau tanpa sengaja terlalu dalam. Terlepas dari itu semua aku akan tetap melepasnya. Aku tidak ingin ia menanggung beban sepertiku jika ia hanya bisa membenciku. Aku ... hiks..aku lelah bun, sakit sekali saat tau orang yang mencintaiku berbalik membenci, bahkan sakitnya berlipat ganda saat aku tidak mengerti kesalahanku di mana. Bun..hiks.. Itu membuatku serasa menjadi wanita menyedihkan."

"Husttt ... Syila, maafkan bunda. Nduk, bunda tidak tahu jika kau begitu tersiksa. Baiklah bunda tidak akan menghalangimu, semua terserah padamu kau yang akan menjalani. Kau yang tahu rasanya."

"Yes!"

Aku dan bunda sama-sama menoleh melihat Kings joget aneh. Kami saling pandang sebelum tawa keras menyembur dari mulut kami."

"Eh."

Kings terkejut dan duduk kembali, ia masih memasang senyum bodoh sambil meggaruk kepala, yang aku yakini tidak gatal.

"Baiklah-baiklah berhenti tertawa, bagai mana jika kita makan-makan?"

"Tidak, bunda harus menjaga anak-anak. Kalian pergilah berdua."

"Tidak. Bun, Syila tidak lapar."

Kruk ... Krukkk ...

Bunyi perutku yang tiba-tiba berhasil membuat wajahku memanas bahkan sampai pada telingaku. Aku yakin pasti sekarang memerah.

"Hahaha ...'' tawa bunda

"Hahaha, kau tidak, tapi bayiku lapar Syila. Berhentilah menyiksa dan ayo pergi." ucap Kings meninggalkanku dan bunda.

----NMT-----

Malam Pengantinku Di Madu (NOVEL INI SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang