Masa Lalu 2

1.4K 48 0
                                    

Brak!!

"Apa ini, Bagaimana bisa  perbedan pada kedua dokumen ini begitu besar! anda jangan coba-coba menipu saya!" murka lelaki bersetelan jas hitam itu, matanya melotot marah saat melempar berkas pada meja di depanku.

"Saya bersumpah, Pak. Saya tidak mungkin akan melakukan hal curang, anda tahu sendiri bagaimana loyalnya saya terhadap anda." balas Sean yang tengah duduk itu. Suara yang sedari tadinya tenang kini luruh atas fitnah yang terus menerus di tuduhkan.

"Saya tidak ingin mendengar alasan. Pak Sean, proyek besar ini saya serahkan pada anda karena saya percaya pada anda. Saya tidak pernah menyangka jika anda akan memanipulasi anggarannya." ucapnya menarik napas. "Mulai hari ini kamu saya pecat. Anda bisa pergi dengan bebas, saya tidak akan menuntut anda karena anda benar-benar loyal terhadap perusahan saya. Pak Sean maaf korupsi tidak akan pernah saya tolerir."

Sean mengepalkan tangannya keras hingga buku-buku jarinya memutih. Perasaan marah dan kecewa mulai menghampiri kala mendengar tudingan yang atasannya ucapkan. terlebih tuduhan yang ia ucapkan semuanya palsu. Bagaimana bisa ia memanupulasi anggaran sedangkan dokumen ini terakhir kali ia serahkan pada Bram untuk di perbaiki karena ia memiliki urusan mendadak. Tunggu, Bram?

"Baiklah pak Albert, saya terima jika anda memecat saya, tetapi saya berjanji akan mencari pelaku yang telah memfitnah saya." ucap Sean berdiri, segera ia meninggalkan ruangan atasannya.

***

Drtt ...

Getaran pada hp yang berada di atas meja mengalihkan fokus Bram yang tengah memandang ke luar jendela. Segara ia meraih dan meletakannya di samping telinga.

"Bagaimana?" tanyanya alih-alih berbasa basi lagi.

"Ia sudah pergi Pak, semua sesui dengan rencana." jawab suara di seberang sana.

"Bagus, lalu bagaimana dengan rencana selanjutnya." tanya Bram. Ingatannya kini menerawang membayang pada kejadian yang akan terjadi beberapa saat lagi. Tanpa bisa di cegah senyumnya mengembang saat mendengar laporan lanjutan dari anak buahnya jika mobil yang di kendarai Sean mengalami kecelakaan.

"Ha ha ha, baiklah  kerja bagus, aku akan memberitahu kabar duka ini pada istri tercintanya." Bram mematikan panggilan telfon dan segera bergegas menuju rumah Sean.

***

Hati Bram dag dig dug tak kala menatap rumah ber-cat biru langit di depan mata, rumah yang di dalamnya terdapat cinta pertamanya. Wanita pertama yang mengajarkannya arti cinta dan wanita pertama juga yang telah mematahkan hatinya hingga tak tersisa. Wanita yang entah bagaimana sampai sekarang tak bisa ia lupa walaupun sudah bertahun-tahun berlalu. Wanita ini lah yang membuat ia sekarang memilih alasan gila untuk bersamanya.

Tok ...! Tok ...! Tok ...!

Bram mengetuk pintu di denpanya itu dengan ritme cepat. Bahkan terkesan menggebrak sekarang saking lamanya tak ada sautan.

Cklek ...

Bram menghentikan kebrutalannya setelah pintu di buka. Di depannya berdiri seorang wanita cantik yang anggun ia menatap Bram sambil mengerutkan kening saat lelaki itu hanya diam mematung.

"Bram ...?" panggil wanita itu mencoba menggembalikan kesadaraan Bram yang linglung.

"Eh, astaga Astri. Aku--aku ..."

Kening Astri semakin berkerut saat melihat Bram yang kini semakin tak jelas.

"Ada apa, Bram? berbicaralah yang jelas!" tekannya. Ia mulai tak sabar, Astri tipe wanita yang paling tidak suka menebak-nebak sesuatu Karena jantungnya yang sering berdebar tak karuan saat menunggu informasi.

Malam Pengantinku Di Madu (NOVEL INI SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang