24

1.6K 76 0
                                    

"Bagaimana jika dia  membencimu?"

"Hm ... Tak apa, biarlah itu menjadi masalah nanti. Aku hanya ingin ia kembali padaku."

Samar-samar aku bisa mendengar  percakapan dua orang, jika di dengar dari suaranya, orang-orang ini lelaki dan perempuan. Aku mencoba membuka mataku perlahan, berat sekali seperti ada gajah yang menggantung pada bulu mataku.

Pemandangan yang kulihat pertama kali ialah sebuah kamar dengan nuansa hitam pekat seperti malam, dinding, tempat tidur, bahkan lantaipun berwarna hitam pekat. Melihat semuanya membuatku sesak napas. Aku menghembuskan napasku perlahan menjaga agar tidak menimbulkan masalah sesak napas.

"Tapi, Aslan. Ia akan semakin membencimu, bahkan mungkin tidak akan memaafkanmu lagi terlepas dari apa yang akan kau katakan nanti."

Deg.

Aslan? Mungkinkah yang menculikku Aslan, apakah ia sudah gila!? untuk apa ia menculikku. Ya Tuhan ...

"Aku tidak perduli Din, selama ia bersamaku."

Jantungku berdegub semakin kencang, ia sudah gila! ia benar-benar gila! aku mengepalkan tanganku sekuat mungkin berusaha melepaskan ikatan pada tanganku ini, perih sekali rasanya. Mungkin itu berdarah.

Aku tidak bisa melihat tanganku karena posisinya di ikat ke belakang. Setelah lama berusaha, aku merasakan jika usahaku sia-sia.

Krukkk ... krukk ...

Aku memejamkan mata menahan perih pada perutku, sakit sekali! ini mungkin karena aku tidak makan, bahkan makanan yang di pesankan Kings belum kusentuh sedikitpun.

King!?

Ya ampun! aku lupa jika aku bersamanya sedang makan. Mungkinkah ia sedang mencariku sekarang? aku tidak bisa  memprediksi sudah berapa lama aku menghilang. Semoga Kings sadar jika aku menghilang dan mencariku. Aku tidak pernah berharap atau meminta apapun darinya, dan sekarang untuk pertama kalinya, aku berdoa ia akan menjadi penolongku.

Krukk ...

Aku menundukan pandanganku, netraku melihat perut buncitku, uhggg... Sekarang terasa sangat perih, aku merasa ada tendangan kecil dari dalam perutku. 

"Sayang, bertahanlah. Bunda tidak bisa memberimu makan, setelah kita keluar dari sini, bunda janji akan makan yang banyak agar kau tidak merasa kelaparan lagi. Sekarang tolong bunda, tenanglah, yah."

Seperti mantra, anakku tidak lagi memberontak atau menendang.  Dan sakit perutku perlahan sedikit berkurang. Aku tersenyum merasakan perubahan itu, anakku sangat pengertian.

"Syila, apakah kau lapar? aku membawakanmu makanan." ucap Aslan, menyerahkan semangkuk bubur untukku.

Deg.

-----NMT-----

Malam Pengantinku Di Madu (NOVEL INI SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang