Ucapanmu menyakitiku, Aslan

1.5K 79 1
                                    

"Berhenti menangis, kekasihmu sudah pergi."

Deg.

Aku segera mengalihkan pandanganku ke samping. Saat ini Aslan tengah memandangku dengan tatapan remeh. Tanganya ia lipat di depan dada dengan senyum sinis terpampang di wajahnya.

Entah mengapa saat melihat senyum itu hatiku bertambah sakit. Apa ia meragukanku? Haha.. Lucu sekali nasibku, di madu lalu di curigai suami sendiri.

"Tidak perlu kau menangis, janjinya akan terpenuhi setelah aku mati," Aslan tersenyum sinis. "Jika aku mati. Tapi sayang, aku akan membunuhnya lebih dulu."

Aku mengepalkan tangan  sekuat mungkin agar tidak meledak di depannya. Walau bagai manapun ia masih tetap suamiku.

"Aku mau kita cerai," ucapku tenang.

Aku bersyukur suaraku tidak bergetar saat mengucapkannya.

"Kak Syila ..."

Aku melirik Dela tepat di sebelah Aslan. Sepertinya wanita ini terlalu banyak menangis. Terbukti matanya membengkak dan merah.

"DALAM MIMPIMU!" bentak Aslan keras.

Aku terkejut dan mengalihkan pandangan padanya lagi. Wajah putihnya kini berubah menjadi merah padam, urat-urat pada lehernya tercetak jelas. Jelas sekali ia sangat marah.

Tetapi apa yang ia marahkan?

"Bukan ini yang kau mau? aku akan pergi dan kau bisa hidup damai bersama Dela."

"Tidak. Kau milikku, tidak seorangpun yang dapat mengambilmu dariku!"

Cukup aku sudah tidak tahan dengan egonya.

"Haha.... kau egois, apa yang aku lakukan. Bagai mana bisa aku menikah dengan lelaki egois sepertimu!" tawaku sumbang, aku benar-benar kesal dengan Aslan.

Plak!!

Tamparan keras itu membuatku tertengun. Untuk beberapa saat aku tidak bisa mendengar apapun.

"Kak Aslan!" Dela terkejut. "Apa yang Kaka lakukan!"

"Jaga ucapanmu! aku suamimu!" bentak Aslan menghiraukan bentakan dela.

Aku menatapnya tidak percaya. Pipiku sakit, tetapi hatiku jauh lebih sakit. Perlahan air mataku jatuh membasahi pipiku.

"Ceraikan aku, sekarang!"

"Tidak!"

"Baiklah, terserah. Cerai ataupun tidak aku akan pergi." ucapku berbalik pergi.

Dugh

Hangat. Aku merasakan tubuhku di tubruk dari belakang. Aslan memelukku dari belakang.

"Syila, m--maafkan aku. Maafkan aku hiks. Aku tidak ingin berpisah darimu."

Deg.

Aku merasakan bahuku basah. Aslan menangis? Ya Tuhan. Maafkan aku menyakiti suamiku sendiri.

"M--mas, lepaskan," ucapku serak.

"Tidak. Aku mohon maafkan aku Syila."

"Baiklah. Aku memberimu kesempatan. Tapi aku ingin pisah rumah dengan Dela."

Bruk.

Aku dan Aslan terbelalak saat melihat Dela pingsan. Wajah Aslan yang semula merah kini seputih kapas. Dengan panik Aslan membawa Dela pergi. Aku hanya terpaku pada tempatku berdiri melihat mereka menghilang dari hadapanku.

--------NMT--------

Malam Pengantinku Di Madu (NOVEL INI SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang