I love you. Today, tomorrow, forever.
***
"Cal, gue udah cantik belum?"
Nada memutar tubuhnya. Memamerkan dress brokat selutut berwarna peach peninggalan mamanya kepada Faisal. Cowok itu kemudian mengangkat kedua jempolnya.
"Badan lo kalo dipakein apa aja cantik kok, Nad. Cuma kelakuan lo aja yang minus."
Plak!
"Tuh kan, belum ada sedetik gue ngomong." Faisal mengusap lengannya yang barusan dipukul Nada. Di seberang mereka, Dhira hanya tersenyum memerhatikan.
Kini Nada, Faisal dan Dhira berada di belakang panggung menunggu giliran manggung. Nada dan Dhira dipercaya sekolah untuk mengisi acara hari ibu. Tentu saja mendengar kabar itu, Wisnu mengerahkan tenaganya untuk melatih Nada. Selama dua bulan mereka berlatih untuk mengasah kemampuannya.
Malam ini, saatnya dunia tahu betapa Dhira sangat lihai memainkan biola. Malam ini, malam yang seharusnya dapat disaksikan oleh Sari, sebab melihat Dhira tampil di atas panggung adalah impian ibunya sejak dulu.
Saat Nada dan Dhira muncul, penonton mulai riuh. Sedikit heran mengapa Dhira yang mengisi puncak acara. Beberapa siswa yang duduk di depan mulai berbisik, mulai meremehkan kemampuan Dhira. Namun saat Dhira mulai menggesek biolanya, tribun mendadak sunyi.
Denting piano serta gesekan biola saling bersahutan. Sambil duduk, Nada menyanyikan lagu "Cinta Untuk Mama", lagu yang dipilih oleh Wisnu.
Apa yang kuberikan untuk mama, untuk mama tersayang.
Tak kumiliki sesuatu berharga untuk mama tercinta.
Hanya ini kunyanyikan. Senandung dari hatiku untuk mama.
Hanya sebuah lagu sederhana. Lagu cintaku untuk mama.
Suara Nada yang lembut mampu menghipnotis seluruh penonton. Ditambah alunan biola yang sangat indah dari Dhira. Kini ucapan Nada benar-benar terbukti. Dhira memang berbakat dan mampu melumpuhkan orang-orang yang pernah mengejeknya.
Acara selesai. Satu per satu penonton bubar. Dhira sudah ditunggu oleh Farhan di parkiran. Namun, sebelum Dhira masuk ke mobil, Nada mencegahnya dan mengajak Dhira ke kolam ikan dekat aula.
"Aku baru belajar bisindo loh! Kamu lihat ya!"
Nada berdiri di depan Dhira, menggerakkan kedua tangannya merangkai tiga kata dalam bahasa Inggris yang membuat mata Dhira terpana. Cowok itu diam beberapa saat. Kemudian membalasnya dengan bahasa isyarat juga. Senyum gadis itu merekah bagai bunga di musim semi.
"Dhira, aku nggak tau pastinya kapan rasa itu ada. Tapi kamu harus percaya bahwa aku akan menerima kamu apa adanya. I love you. Today, tomorrow, forever."
🔷🔷🔷
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadhira [END]
Teen FictionWritten by: pesulapcinta Dhira paham, hidup menjadi penyandang disabilitas memang tidak mudah. Caci, maki, hujatan, perundungan yang dilakukan Chiko sudah menjadi makanan sehari-hari. Memiliki cita-cita yang tinggi hanya omong kosong, terutama bagi...