1 | When I Meet You

25K 1.5K 31
                                    

Matahari sudah tampak menyembulkan sinarnya di bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Matahari sudah tampak menyembulkan sinarnya di bumi. Sepagi ini gadis bersurai hitam tersebut masih menggulung dirinya di atas selimut putih. Gumaman-gumaman kecil keluar dari suaranya, namun sepasang kelopak mata itu tak mau terbuka juga.

"Ika, kamu mau kuliah atau nggak?!" nyaris teriakan tersebut menggema di seantero kamar Arunika yang berada di lantai atas. "Sudah salat subuh, belum?" Pria yang sudah melwati umur setengah abad tersebut membuka tirai yang terletak di samping balkon sesaat dirinya sudah sampai di kamar sang anak.

Gadis itu menggeliat, sambil bergumam seolah tak mau membuka matanya, "Ika lagi nggak salat, Yah. Emangnya sekarang jam berapa?"

Pria itu mengernyitkan alisnya, seraya melirik jam dinding di atas nakas. "Ini sudah jam tujuh."

Seketika Arunika mengubah posisi tubuhnya, lalu mengerjapkan matanya untuk segera sadar. Dirinya baru tidur pukul tiga fajar tadi, sebab mengejar deadline laporan praktikum minggu kemarin.

"Ayah kenapa nggak bangunin Ika dari tadi sih. Pagi ini ada praktikum lagi. Aduh!" ringisnya frustasi sambil menuruni anak tangga dan secepat kilat menuju kamar mandi. Arunika hanya menggosok gigi dan langsung berpakaian rapi. Terserah bagaimana penilaian orang tentang outfit-nya hari ini yang tidak ada perpaduan warna sama sekali.

Hadi, pria satu-satunya di rumah ini menyiapi sarapan dengan telaten beserta secangkir susu untuk kedua putrinya. "Ini susunya diminum dulu," kata Hadi, seraya mengulurkan segelas susu dan sepotong roti.

Arunika meneguk cairan putih itu hingga tandas dan meletakkan gelas di atas meja. Diliriknya ayah sekilas yang kini sudah berpakaian rapi namun celemek di badannya masih terpasang. "Ika pergi sekarang Yah, sudah telat."

"Ayah antar aja, ya?"

Ika membalikkan badannya dan segera menggeleng. "Nggak usah Yah, nanti Ayah jadi yang telat. Nggak apa-apa kok Ika pesan ojol saja kalau nggak tuh ngojek sama Pak Naim."

Ayah mengangguk pelan sambil melambaikan tangannya. "Hati-hati nggak usah terburu-buru."

Sesampainya di depan lorong, Arunika berlari sekuat tenaga menuju pangkalan ojek berharap ada tukang ojek yang mangkal di depan lorongnya, untung saja ketika ia sampai tak lama kemudian Pak Naim datang dari arah berlawanan, ojek langganannya yang akan membawanya pada kampus kuning kebanggaan para mahasiswa Sumatera Selatan. Arunika menarik napas lega, diliriknya jam yang tertera di layar ponsel. Pukul setengah delapan.

Ya ampun! Ia merutuki diri sendiri kenapa bisa ceroboh seperti ini. Bisa-bisa ia kena hukum oleh Bu Rully, dosen mata kuliah yang akan di praktikumkan hari ini. Biasanya ibu ini tidak sepenuhnya mempercayai asisten laboratorium jika praktikum sedang berlangsung, beliau akan tetap ikut walau sesibuk apapun pekerjaannya. Kata beliau, mengajari dan mengawasi kalian itu adalah kewajiban saya. Kerjaan menumpuk di layar laptop itu hanyalah selingan.

Untuk, Arunika ✔ [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang