11 | Sepenggal Kita

10.3K 901 6
                                    

Vote dan komennya gais aku tunggu;)

Doa adalah senjata yang paling ampuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Doa adalah senjata yang paling ampuh. Menadahlah pada-Nya, sebab tak pernah seseorang itu pulang dari sajadahnya dengan tangan kosong.

Pekat malam sudah mengitari kota Palembang. Sebelum diguyur hujan saat berada di mobil tadi, setidaknya rasa syukur berbatin di sanubari. Allah masih menurunkan air hujan yang harumnya menusuk tenggorokan dan menenangkan hati yang kian sensitif tentang rasa.

Kini ia sudah berada di sebuah rumah yang pernah disandangnya beberapa waktu itu. Rumah orang tua Aga. Yang terletak di perumahan Jakabaring, di mana rata-rata kawasan elit yang menghuni. Ya, sudah sepantasnya mertuanya memilih perumahan di kawasan ini. Om Arlan merupakan wirausaha handal-restroran, caffe, rumah makan Padang sudah bercabang di mana-mana. Selain itu, Tante Hana merupakan dokter ortopedi di Rumah Sakit Bari.

Dan jangan dilupakan anak sulung mereka, Aga Febrian merupakan general manager di perusahaan pupuk yang bergerak di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Memikirkannya saja sudah membuat Arunika sesak. Tak ada apa-apanya dia jika dibandingkan dengan keluarga ini. Ayah hanya seorang Pegawai Negeri Sipil yang sebentar lagi akan pensiun. Dan dia? Seorang mahasiswi yang prospek kerjanya muter-muter menjadi seorang guru.

Ya, walau kata ayah profesi guru adalah pekerjaan yang mulia. Namun, tetap saja Arunika tak bisa menafikan diri dia jauh seperti langit dan bumi.

Andai saja, Adiba tak berteman dengan Clarissa, perjodohan yang mereka bangga-banggakan itu tak akan terjadi. Andai Aga bukanlah dosen pengganti bu Rully, mereka berdua tidak akan ditemukan hingga kini.

Argh! Perandaian yang semu membuatnya berpikir keras. Namun, tetap saja dia tak mungkin menyingsing takdir yang sudah Allah tetapkan. Jika Aga memang adalah jodohnya, perandaian yang ia inginkan itu terjadi balik-balik Aga pasti menjadi suaminya. Sudahlah ia harus menghentikan pikiran itu.

"Makan malam sudah siap," Hana berujar senang. Sedari tadi sudut bibirnya tak berhenti melengkung. Sembari membawa mangkuk tembikar berisikan pindang tulang sisa katering tadi yang ia panaskan. Setelah meletakkan mangkuk di atas meja makan, tangannya mengambil piring berisi malbi yang menjadi menu utama di santap siang pernikahan tadi.

Setelah tertata rapi di atas meja, mereka semua berkumpul untuk menyantap makan malam. Jam sudah menunjukkan pukul 07.25, setelah salat isya berjamaah mereka berbondong-bondong ke meja makan.

Arunika duduk terdiam di samping Aga. Dia bingung ingin melakukan apa, di mana anggota keluarga sudah menyauk lauk-pauk. Pikirannya kalut, biasa yang ia tahu seorang istri akan membantu mengambilkan lauk-pauk untuk suaminya.

Untuk, Arunika ✔ [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang