6 | Dia Calon Suami

10.9K 1K 12
                                    

Sebelum membaca vote komen dulu, ya.

Kata orang hidup itu harus lebih bermakna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata orang hidup itu harus lebih bermakna. Bermanfaat untuk setiap manusia, lebih baik dari sebelumnya. Tetapi mengapa kadang manusia belum bisa mendefinisikan itu semua. Banyak yang sibuk dengan kata-kata romansa dan dunia maya.

Sejak duduk di dunia perkuliahan, Arunika sudah mencintai dunia lingkungan. Kecintaan terhadap tumbuh-tumbuhan dan keindahan alam semesta yang selalu membanggakan. Awalnya Arunika skeptis, dia coba-coba untuk mengikuti alur kehidupan yang berjalan pada dirinya. Awalnya ia pesimis berhadapan dengan para manusia yang otaknya melebihi tinggi pencakar listrik.

Dia adalah perempuan yang dulunya selalu ragu-ragu untuk bertanya. Arunika bimbang bila ditanya keahliannya. Sebab Arunika hanya punya skill kemandirian. Itu saja, tak ada yang melebihi itu. Namun semenjak mengenal kehidupan yang mencangkup alam semesta, ia tak ragu untuk mengatakan bahwa dirinya mempunyai kemampuan merawat itu semua.

Apalagi saat ia mengetahui kesamaan yang ada dalam diri Aga persis seperti dirinya. Arunika hanya ingin menjaga alam semesta yang ditakdirkan Allah untuk menetap di dunia. Dan itu harus dilestarikan demi menjaga kesehatan manusia.

Wajahnya berpaling tatkala raut jenaka terbingkai di mimik Aga. Lelaki itu seakan niat sekali untuk menggodanya.

"Mama, di kampus tadi ada yang ngatain Mama sudah jadi nenek-nenek," celetuk Aga seraya mencuci tangan di wastafel.

Hana dan Arunika yang sudah melangkah untuk menyajikan minuman dan kudapan di ruang tamu terhenti seketika. Mereka sontak membelokkan kepala.

"Ihh, siapa sih, Mas? Nggak lihat Mama masih cantik gini. Perawatan dia kalah sama skincare Mama," ucap Hana tak setuju. Bibirnya menggerutu kesal sebab sia-sia saja dirinya menghabiskan uang suaminya, jika masih saja dikatakan sudah tua.

Aga terbahak, namun tepat di belakang Hana, perempuan itu mendelik tajam tanda agar Aga tak buka suara. Namun Aga sudah kepalang basah memberitahu mama. Apalagi, ia juga tak suka ketika Arunika memanggilnya dengan sebutan Om. Hell! Keponakannya saja masih kecil-kecil.

"Mama mau tahu siapa orangnya?"

Arunika mendengus kesal. Bibirnya mencebik tak suka. Terserah. Dia tak peduli Aga mau bicara apa.

"Siapa?" tanya Hana antusias.

"Rahasia ..." Aga mengedikkan bahunya seraya memasang wajah jenaka dan melewati dua perempuan yang kini membisu di tempatnya. Entahlah. Menggoda Arunika dan membuat wajah gadis itu memerah adalah hal favoritnya saat ini.

Untuk, Arunika ✔ [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang