Bismillahirrahmanirrahim.
Vote comen dulu,ya. Jadilah pembaca yang selalu meninggalkan jejak😘
Happy reading!
Terkadang hati dan lisan tak selalu searah, ingin mengatakan yang sebenarnya. Namun, takut kehilangan dengan segunung penyesalan yang mendera.
@haffaza_Suatu hal yang memang Arunika idam-idamkan. Kala ungkapan itu terngiang di indera pendengaran nya. Aga dengan sungguh-sungguh mengucapkan bahwa dirinya adalah tempat lelaki itu pulang. Walau harus ada drama bogem mentah yang diterima, tapi entah kenapa hati ini melayang-layang di langit angkasa.
Oh, Aga.
Kapan laki-laki itu bisa menjatuhkan hatinya? Melambungkan pada lingkupan samudera, lalu menghempaskan di telaga yang penuh lumpur tak berwarna. Kasat matanya, Arunika senang. Namun, sedetik kemudian ia sadar takut Aga—lagi-lagi—menjatuhkan nelangsa di bulir jiwanya.
Berusaha sekuat tenaga menahan riak yang tak kunjung membuka sua, Arunika tersenyum hambar pada pria yang kini menjatuhkan kepalanya di sandaran bangku.
“Jadi apa yang akan Mas Aga lakukan? Aku kira Mas Aga hanya sambilan saja mengurus pelatihan siswa di sini. Karena jabatan Mas sebagai GM. Kenapa tidak diserahkan kepercayaan mereka kepada orang lain? Dan kenapa Mas Aga yang harus kena imbasnya?” Arunika kali ini banyak bertanya dengan serentetan kalimat yang melilitkan kepala.
Aga masih membaringkan kepalanya di senderan bangku yang terbuat dari kayu itu, seolah tak merasa terganggu, Aga menarik sudut bibir yang masih melebam akibat pukulan yang kini membekas biru. Dia melirik sebentar ke arah Arunika, sebelum mengubah pandang pada desau angin yang menyibak tumbuhan di dekatnya.
“Aku baru dalam menjalankan posisi ini, Ika. Bukan serta-merta aku mendapatkan penghargaan bisa membuat jabatanku setingkat tahta dengan mereka. Banyak di luaran sana yang ingin menjatuhkanku kapan saja. Ah, sebenarnya aku malu dengan award itu. Mereka bukan memujiku, tapi menghinaku dengan penghargaan itu.”
Sebentar, Arunika berusaha mati-matian menyimpulkan. Mengerutkan keningnya dengan segungung pertanyaan, alih-alih ia terbayang pada ungkapan seseorang kepadanya waktu itu.
“Maksud Mas apa?”
“Sudahlah nggak usah dipikirkan. Itu tidak terlalu penting dengan urusan ini. Aku bingung harus bagaimana saja menyikapi pandangan orang-orang di luar sana yang mengira aku bangga dengan jabatanku,” Aga mencela terbukti dengan sindiran kalimatnya.
Aga melirik sebentar ke arah istrinya, menyunggingkan senyum menawan yang sungguh memabukkan kerongkongan. “Aku harap jangan pernah bangga dengan posisiku sekarang, Ka. Sebab kapan saja aku bisa hancur walau badai tak mengguncang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk, Arunika ✔ [PROSES TERBIT]
RomanceHidup Arunika berubah ketika dijodohkan dengan Aga Febrian, seorang dosen pengganti di kampusnya. Bahkan belum genap satu minggu Aga membuatnya pingsan dan di keluarkan dari kelas. Namun, penolakan dari Aga tepat sebelum kedua orang tuanya menyampa...