5 | Secercah Jingga

11.4K 1K 24
                                    

Pliss vote dan komen.

Jika jalan cerita ini harus berakhir nestapa, kenapa harus dimulai disaat asa menggantung di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika jalan cerita ini harus berakhir nestapa, kenapa harus dimulai disaat asa menggantung di sana. Ketika nirmala itu tak sanggup diraih, kenapa dimulai dengan kata-kata yang memekarkan hati.

Cinta itu sulit. Jika tak dibarengi kecintaan pada pemilik hati. Jika cinta melulu tentang pasangan ini, namun melupai bahwa seharusnya manusia harus membagi pada pemilik bumi. Bukan hanya membagi, tapi sepenuhnya harus bersenyam pada illahi. Pernah dengar kalimat yang selalu ramai di sosial media yang mengatakan, "Cintailah aku karena Allah."

Ya. Seperti itulah gambaran cinta. Karena Dia dan untuk mengharap rida-Nya.

Dan Arunika masih tabuh untuk menyapa itu semua. Arunika masih awam membahas hal yang berkaitan dengan cinta. Sebab dia selalu mengenal cinta pada dunia keluarga. Ayah dan Adiba. Selama dua puluh tahun ini, Arunika hanya disibukkan dengan cerita cinta setia. Sebab keluarga adalah madrasah dari insan cendikia. Walau sang ibu telah jauh di mata, tapi berkat petuah-petuah lama Arunika mampu menerapkan itu semua.

Ayah pernah bilang, "Lelaki yang setia adalah dia yang menemui Ayah." Hingga dirinya hanya menyaksikan kisah-kisah romansa anak SMA.

"Saya serius dengan apa yang saya ucapkan tadi." Alunan suara itu menyentakkan lamunan Arunika. Sepasang netranya membelo, napasnya tak teratur saat ini.

Disaat keluarga sibuk dengan makan siang yang dihidangkan Ayah, mereka malah disibukkan perihal masa depan yang mumetkan kepala.

Tubuhnya terkesiap, pupilnya lamat-lamat memperhatikan raga yang kini bersidekap seraya melipat tungkainya di atas paha. Punggung lelaki itu bersender tenang di sofa, namun sorot matanya terbingaki sendu.

"Saya serius untuk belajar membuka hati untu kamu." Pandangan Aga masih sesantai lautan api menerjang samudera. Di hadapannya ada Arunika yang terlihat gugup di sofa. "Kamu benar ketika penolakan itu bukan kamu saja yang membuat Om Hadi kecewa, tapi orang tua saya juga."

Arunika masih membisu di tempatnya. Otaknya mencerna tiap kata yang meluncur di bibir ranum Aga. Kecewa. Sejatinya bukan para orang tua saja, dirinya pun kecewa.

"Tapi saya masih mencintai orang lain. Namun kata Clarissa cinta itu akan datang sendirinya, jika kita selalu bersama," sambung Aga menarik punggungnya. Tubuhnya kini tegap, dipandang wajah Arunika yang kini spontan membelalakkan mata.

Entahlah. Pengakuan Aga membuat hatinya berdarah-darah. Lelaki itu masih mencintai orang lain. "Kenapa Mas tidak menikah dengan dia? Kenapa harus saya yang belum bisa membuka hati kamu?"

Aga mengulum senyum lebar sampai-sampai sudut matanya tertarik ke atas. Kelopak mata yang indah beserta hidung bangir milik Aga membingkai tegas di wajahnya. Jika ditelisik dalam-dalam postur wajah Aga tampak mirip dengan aktor Thailand Mark Prin. Bahkan rahang mereka sama-sama tegas.

Untuk, Arunika ✔ [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang