12 | Arunika Bersamamu

10.2K 906 14
                                    

Happy reading. Maafkan diriku kemarin nggak update 😘

Vote komennya ya gaiss. Kutunggu.

Pendar remang-remang dari ruangan 4×4 membuat Arunika membuka pelan-pelan netranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pendar remang-remang dari ruangan 4×4 membuat Arunika membuka pelan-pelan netranya. Sembari mengerang pelan yang ia rasakan dari otot-otot dan sendi-sendi yang terasa pegal, hingga tubuhnya seperti membawa beban berton-ton. Mungkin dari akad hingga resepsi yang memakan waktu hingga sore hari membuat tubuhnya seperti ini.

Mengerlingkan matanya ke sudut-sudut kamar hingga menemukan jam dinding yang bergantung di atas rak-rak berisi buku. Di sana tertera pukul 04.15 dan membuatnya bernapas lega. Setidaknya Arunika masih sempat melaksanakan salat malam dan melanjutkan salat subuh nanti.

Ketika tangannya membuka selimut yang membalut tubuh rampingnya, tangan sebelah kiri dicekal oleh seseorang. Lantas membuat Arunika tergemap. Membelalakan mata dan menengok ke samping hingga menemukan sosok lelaki yang terbaring dengan mata terpejam.

"Jam berapa sekarang?" suara serak nan parau meruntuhkan pikiran Arunika. Kadar otak yang semula berpendar pada kelinglungan semakin menari-nari tak beraturan. Napasnya sedikit tersengal, tapi tubuhnya masih membisu dengan keadaan duduk.

Yang ia tahu semalam mereka sama-sama meninggalkan Aluna dan Irsyad lalu lantas ke kamar. Setelah itu saling membelakangi untuk menekuri mimpi indah. Ahh, tapi bukan untuk Arunika. Di malam krusial itu tidurnya tak nyenyak.

"Kamu kenapa?" Kelopak mata Aga perlahan membuka dan tangan kanan yang berada di lengan Arunika tak terurai. Mengubah posisi menjadi duduk, Aga mememandang Arunika lekat.

Arunika celingukan seraya mengusap tengkuknya menggunakan tangan kanan. Hatinya berdesir ketika lengannya masih dirangkul oleh tangan Aga. Dan jangan lupakan lelaki itu menatapnya tajam. Apalagi kini dia tak menggunakan tudung di atas kepala hingga surai hitam legam miliknya terurai sebatas bahu.

"Kamu mau salat?" tanya Aga lagi memecah keheningan.

Arunika mengangguk seraya mengulum senyum tipis di balik padamnya cahaya kamar. "Emm ... Mas mau salat juga?"

"Ayo, kita salat berjamaah."

Tubuh Arunika masih tertegun, bahkan tatkala Aga turun dari kasur king size hingga membuat baut-bautnya menyusut.

Bukan hanya hatinya yang ikut terbawa suasana, tapi pikiran pun berkecamuk hingga menimbulkan spekulasi tak bersudahan. Arunika diam, pupilnya merotasi perjalanan Aga menuju kamar mandi yang terletak di samping walk in closet berukuran 2×3. Hingga bunyi pintu tertutup membuat dirinya bernapas lega.

Hanya lampu tidur yang terletak di sebelah sisi tempat Aga tidur menjadi penerang di ruangan ini. Ketika tiba di kamar milik Aga sungguh membuat Arunika tercengang. Lagi-lagi hatinya diselimuti pribahasa seperti langit dan bumi. Bahkan kamar tidur yang mereka tempati pun cukup membuat keadaan yang selama ini mereka jalani cukup signifikan.

Untuk, Arunika ✔ [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang