10 | Not a Dreaming Marriage

11.3K 897 13
                                    

Arunika menatap dirinya yang terpantul dari cermin besar yang berada di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arunika menatap dirinya yang terpantul dari cermin besar yang berada di depannya. Wanita bersurai sebatas bahu di belakangnya sibuk merangkai mahkota kecil di atas kepala. Tak biasanya Arunika memakai make up, jika datang ke acara pernikahan atau kegiatan kampusnya, Arunika hanya menyapu foundation dan tak lupa bedak tipis. Namun, kali ini berbeda. Gaun putih gading dan mahkota kecil menghias di tubuhnya. Dia mematut perubahan yang cukup signifikan dari dirinya yang tak biasa.

"Ikaaa ...," suara cempreng beserta decitan pintu membuat Arunika terhenyak. Seketika kepalanya menoleh tanpa mengindahkan tatapan sengit dari Mbak Angi-perias pengantin-yang kini memutar balik kepalanya.

Senyuman lebar merekah di sudut bibir Arunika. Kedatangan Aurora dan Utami membuat hatinya menyingsing pelik yang menghantui.

Sepuluh menit yang lalu Adiba dan Clarissa keluar dari ruangan ini, hingga menyisakan ia dan Mbak Angi.

"Kamu cantik banget," puji Aurora yang sudah duduk di sofa. "Tapi, aku masih kesel sama kamu."

Alis Arunika mengernyit. Dari patutan cermin ia melihat Aurora yang kini mendengkus tak suka. Scraft corak flora beserta blush berwarna hijau membalut tubuh rampingnya dengan anggun. "Kan aku sudah jelasin Ra, aku dijodohin. Mas Aga itu punya adek namanya Icha dan dia temannya Adiba."

Aurora melengos. Di sampingnya Utami terkikik geli memandang sahabatnya itu. "Mark Prin tiruan antagonis itu sudah buat kamu pingsan, Ka. Bukan itu aja dia pernah ngeluarin kamu dari kelas. Dan apa kata dunia, kamu menikah sama dia?!"

Tawanya pecah seketika. Perutnya terasa digelitik ribuan kupu-kupu. Di belakangnya Mbak Angi sempat menghentikan tangannya dan geleng-geleng kepala cengengesan.

Apa tadi? Mark Prin tiruan antagonis. Sepertinya Aurora menyesali ucapannya waktu itu. Dia pernah menyebut Aga mirip seperti aktor Thailand. Dan ketika Aurora melihatkan foto aktor itu, Arunika bisa melihat jelas, Aga seperti duplikatnya.

"Aku nggak suka sama dia, Ika. Iya 'kan Tami? Dia jahat banget sama Ika waktu itu." Aurora tetap keukeuh memegang prinsipnya.

Utami mengedikkan bahunya. "Itu namanya takdir, sayang. Berarti Pak Aga adalah jodoh Ika. Kenapa kamu yang sewot sih? Ika yang kena marah saat itu, Ika yang menikah sama Pak Aga. Dan Ika baik-baik saja sekarang. Kamu itu terlalu rumit dengan pikiran-pikiranmu saat ini." Dari mereka bertiga, Utami yang cukup waras. Utami yang tak menyelisih paham. Utami yang bijak.

Mbak Angi sudah menyelesaikan nemasang kain transparan di atas hijabnya. Merapikan sebentar, setelah itu Mbak Angi meletakkan lagi alat-alat make up yang digunakan ke dalam tasnya. "Dik, nanti kamu akan merasakan nikmatnya menikah. Maka dari itu cari jodohnya dulu, ya." Mbak Angi mengedipkan kelopak mata seraya melambaikan tangan kepada Aurora.

Untuk, Arunika ✔ [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang