Aeus dan Farhaz mengambil tempat latihan di ruang istirahat pekerja di gudang. Padahal sebelumnya seorang mendatangi mereka untuk latihan di kantor Owen. Farhaz berkata tidak ingin kesana dengan banyak alasan seperti kipas angin yang terlalu ribut dan lain-lain. Karena sepertinya dia yang mengaturnya disini, jadi ya Aeus hanya bisa menurut.
"Baca ini." Farhaz menyerahkan selembar kertas bertuliskan huruf alfabet yang disampingnya ada tanda garis dan titik. "Itu sandi morse, aku ingin kau menghafal itu dulu, setelah itu kita bisa lanjut membaca sandi A-Z." Farhaz duduk di sudut ruangan seorang diri dengan ponsel dan earphone putih miliknya sebagai penyibuk diri.
Aeus tidak ingin ambil pusing akan tinggah laku Farhaz, dia hanya harus fokus pada sandi yang dia lihat. Titik dan garis, garis dan titik, lalu titik dengan titik. Terlalu membingungkan namun dia tetap berusaha menghafalnya dengan teliti. Matanya membeku memandangi kertas itu sedangkan kepalanya terbakar berusaha memasukan setiap tanda yang dia tangkap ke otaknya yang lelet.
Hampir satu jam dia hanya memandang kertas itu, dan tidak lebih dari sepuluh huruf tersimpan di otaknya. Sesaat dia percaya menghafal ini mustahil, ini hampir sesulit matematika algoritma baginya. "Apakah harus benar-benar semuanya?" Aeus mendongak ke Farhaz.
Tidak ada jawaban, bahkan Aeus seakan tidak ada disana. Aeus curiga Farhaz ini sedang menonton apa sehingga tidak sadar saat Aeus bahkan melambaikan tangannya. Semoga saja itu hal yang tidak senonoh hingga dia bisa laporkan pada Owen. Tetapi dia ingat orang itu Farhaz, dia akan membuat alasan apapun.
"Apakah kau sudah selesai?" Farhaz mencabut earphonenya lalu berpaling dari gadgetnya ke Aeus.
"Huh, belum." Aeus agak kesal.
"Kalau begitu tunggu apa lagi? Semakin lambat kau hafal kode itu keadaan akan semakin sulit. Pemberontak akan memperbanyak pasukan dan senjata mereka disini, tidak ada waktu bersantai." Wajah Farhaz kembali menatap layar gawai miliknya dan memakai earphoe kembali.
Ingin sekali Aeus berkata, "yang santai itu kau!" namun tidak dia suarakan karena Farhaz akan beralasan lagi dan lagi. Sial sekali dia mendapati Farhaz, bukannya orang lain yang setidaknya bisa sedikit baik dan perhatian. Keluhan Aeus sia-sia karena Owen menunjuk langsung Farhaz. Terkutuklah Owen.
"Farhaz!" Aeus agak nyaring agar menarik perhatian lawan bicaranya.
Dia berhasil saat Farhaz melirilknya dan mencabut earphonenya. "Ada apa?"
"Kau pernah bilang ingin aku melakukan sesuatu tanpa harus diketahui orang lain bukan? Memangnya tentang apa?" tanya Aeu serius.
Farhaz tidak bisa menghindar, dia menurunkan ponselnya ke pangkuan. "Kapan kau akan menyusup ke tempat musuh?"
"Eh... Kemungkinan lusa, kalau aku sudah siap."
"Kau tidak akan siap kalau bicara, jadi teruslah hafal itu." Farhaz mengeluarkan kertas lain lalu menyerahkan pada Aeus. "Dan juga ini, sandi A-Z, cukup mudah, huruf A menjadi Z, Z menjadi A. Sepertinya kau harus mengingat itu sambil tidur karena waktu kita sudah habis." Farhaz berdiri lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERNOVA: Raven
AksiyonPeluru yang dapat membuat seseorang menjadi batu, Belati yang mampu menembus Tank, dan Zirah yang tahan akan nuklir. Itu semua tidak mustahil bagi pasukan penjaga perdamamaian dunia, Supernova. Negara Aproud tempat dilahirkan dan dibesarkannya tenta...