XII

47 6 3
                                    

Setelah kejadian tiba-tiba di mall tadi, Joe memutuskan untuk mengajak Hailee ke taman. Joe berharap pertolongannya kali ini tepat, ia juga berharap Hailee bisa jujur tentang apa yang sebenarnya ia rasakan.

"Ayahku asal dari Los Angeles, ibuku asal dari Indonesia. Mereka bertemu saat ibuku pergi bersekolah ke California. Saat itu, ayahku bekerja sebagai pelatih di sebuah Gym" Hailee akhirnya memulai kisahnya.

"Mereka menikah saat ibuku sudah selesai dengan sekolahnya. Ayahku setuju untuk pindah ke Indonesia karena ibuku tak bisa jauh-jauh dari Indonesia. Mereka sangat harmonis, sampai lahir diriku. Saat umurku 6 tahun, ayahku mendapat pekerjaan yang cukup besar di LA, tapi ibuku tetap pada pendiriannya untuk tak meninggalkan Indonesia". Lanjut Hailee.

Joe terdiam dan menyimak, kata demi kata kisah yang Hailee ceritakan. Ia benar-benar tak mau kehilangan satu point pun dari kisah Hailee.

"Mereka membuat keputusan besar. Ayah pergi mengambil pekerjaan tersebut ke LA, sedangkan aku dan ibuku tetap disini. Mereka masih saling menghubungi, semuanya nampak baik-baik saja. Ayahku juga masih sesekali pulang ke Indonesia untuk berkunjung.

Saat aku ingin merayakan ulangtahun yang ke-10, ayah tak kunjung pulang. Ibuku sampai menanyakan kabarnya ke siapapun yang ia kenal di LA, tapi tak ada yang tahu tentang keberadaan ayah.

Akhirnya pesta ulangtahun dirayakan tanpa ayahku. Kami mengundang banyak tamu termaksud teman sekolahku dan orangtua mereka. Saat dipertengahan pesta, ayahku tiba-tiba datang dengan keadaan mabuk berat. Ia mengacaukan pestanya, semua benar-benar kacau. Teman sekolahku sampai ada yang trauma karena kejadian itu.

Kami akhirnya pindah ke rumah yang sekarang ini aku tempati. Aku juga pindah dari sekolah lama ke sekolah baru. Bodohnya, saat itu ibuku memaafkan ayahku karena ia mengira ayahku sedang stress karena pekerjaan.."

"Ibumu memaafkan kejadian itu?!" Sambar Joe, menghentikan cerita Hailee.

"Iya, meskipun saat itu aku masih kecil, aku bahkan tak bisa memaafkan ayahku. Tapi ibuku dengan mudahnya memaafkan". Jawab Hailee. Mendengarnya, Joe langsung memasang tampang kesal.

"Boleh Aku lanjut Joe?!" Tanya Hailee.

"Eh boleh Haiz, maaf aku tiba-tiba menyambar hehehe" Joe terkekeh.

"Iya tak apa-apa. Aku lanjut ya. Setelah kejadian itu, ayahku tinggal di Indonesia lagi. Semenjak itu juga, ia benar-benar mempengaruhi otak ibuku. Tiap malam, mereka pasti keluar rumah untuk minum dan pulang saat subuh dengan keadaan mabuk berat. Mereka mulai jadi orangtua yang toksik.

Lalu, ditahun pertamaku SMP, aku dibully oleh teman-teman sebayaku. Saat itu, aku tak berani cerita kepada mereka karena keadaan mereka yang hampir tak pernah sadar. Karena sudah tak tahan dengan keadaan, aku mencoba untuk menyayat lenganku. Tapi, aku ketahuan dan dibawa kerumah sakit sebelum kehabisan darah. Bekas lukanya masih ada, dan masih sedikit sakit jika disentuh" Hailee menggulung lengan jaketnya.

Ia menunjukkan bekas luka di lengannya ke Joe. Luka tersebut tepat berada di bagian urat nadi. Terdapat 3-5 sayatan di setiap lengannya.

"Oh my God, Hailee. Aku tak menyangka kau pernah melakukan percobaan bunuh diri". Joe menutup mulutnya dengan telapak tangan, ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

Hailee menurunkan lengan jaketnya lagi untuk menutupi bekas luka tersebut. "Saat itu, pikiranku sangat kacau Joe, aku masih terlalu kecil untuk menanggung semuanya sendirian" ucapnya.

"Mentalmu sangat kuat Hailee. Aku sampai kehabisan kata-kata" ucap Joe sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Hailee tertawa, ia geli melihat ekspresi Joe yang berubah aneh setelah melihat bekas lukanya.

detective Taylor II: distractedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang