15. Keheranan

158 78 40
                                    

Happy reading!

***

"Terkadang orang yang pura-pura untuk kuat itu sebenarnya hatinya sedang hancur. Namun, ia selalu menutupinya dengan keberanian dan tersenyum."

Pagi yang cerah dengan sinar matahari yang menerobos masuk kedalam jendela membuat cewek berambut pirang yang sedang tertidur di kasur langsung terbangun.

"Astaga! Mampus gua, udah jam berapa ini" ucap Adel panik sambil beranjak dari kasurnya dan langsung mengambil ponsel dimeja belajarnya.

"ASTAGA! SUDAH JAM 6?! MAMPUS GUE, PASTI TELAT NIH!" teriak Adel panik.

Adel pun langsung berjalan kearah kamar mandi. Namun sebelum berjalan, ia melihat seorang cewek yang masih tertidur pulas di kasur. Adel pun langsung geleng-geleng kepala.

"Dasar kebo!" gumam Adel.

15menit kemudian Adel sudah selesai mandi dan sudah berpakaian seragam putih abu-abu. Dilihatnya sahabatnya yang masih tertidur pulas membuat ia berpikiran jahat untuk mengerjai Clarissa,sahabatnya.

"KEBAKARAN! KEBAKARAN!" teriak Adel kencang membuat Clarissa langsung melompat dari kasurnya.

"Astaga! Kebakaran? Dimana? Dimana?"  tanya Clarissa panik.

"Buahahaha" tawa Adel pecah membuat Clarissa langsung menoleh kearahnya.

"Lu kenapa ketawa? Lu sinting atau gilak? Lagi gawat darurat gini bisa-bisanya lu ketawa. Mungkin lu perlu  dibawa kerumah sakit jiwa!" gerutu Clarissa kesal melihat Adel tertawa kencang. Padahal sekarang situasinya lagi gawat darurat.

Eh bentar-bentar. Kok gak ada bau api ya? Jangan-jangan nih anak ngerjain gua! Batin Clarissa melihat Adel yang sedang tertawa kencang.

"Lu ngerjain gua?" tanya Clarissa sambil menatap tajam Adel.

"Kenapa? Emang enak dikerjain?" ucap Adel sambil menjulurkan lidahnya.

"ADEL!" teriak Clarissa kencang membuat Adel menutupi kedua telinganya dengan tangannya.

"Ebuset. Itu suara gajah atau suara harimau yang mengaum-ngaum?" gumam Adel.

"Dasar lu sahabat laknat! Suka kali ngerjain orang" gerutu Clarissa kesal sambil mencibirkan bibirnya.

"Kalau gak dibuat kek gitu, lu gak akan bangun. Lagian lu itu tidur kaya kebo!" celetuk Adel sambil cengigiran.

"Sembarangan lu!" kata Clarissa sambil melemparkan bantal yang ada dikasur kewajah Adel.

"Udah-udah. Sana mandi! Lu lihat nih udah jam berapa," kata Adel sambil menunjukan jam yang berada di ponselnya.

"ASTAGA! ADEL. SUDAH JAM 6.20 AM LO KENAPA GAK BANGUNIN GUA?!"

Clarissa pun langsung menerobos kedalam kamar mandi. Adel yang melihat tingkah sahabatnya hanya bisa menepuk jidatnya,"Gua juga yang ujung-ujungnya disalahkan." kata Adel.

***

Adel dan Clarissa sudah sampai di sekolah. Mereka pun langsung berlari sekencang-kencangnya menyusuri lorong sekolah. Setelah lima menit waktu telah berlalu, mereka telah sampai dikelas. Semua orang melihat mereka tapi tidak dengan tatapan sinis. Namun dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Untung guru belum datang" ucap Adel terengah-engah.

"Iya" jawab Clarissa sambil menganggukan kepalanya. "Kalau gua masuk pasti kita berdua kena hukum"

"Kalau itu mah udah jelas. Lagian lo sih lama banget!" gerutu Adel kesal.

"Sorry-sorry" ucap Clarissa cengigiran.

Adel dan Clarissa pun langsung berjalan kearah kursi mereka. Semua orang hanya menundukkan kepala mereka dikarenakan mereka masih takut dengan ucapan Adel yang bmasih berkelabat dipikiran mereka.

"Kok semua orang nunduk sih?" bisik Adel yang sudah mendudukkan bokongnya ke kursinya.

"Mana gua tau. Lu kira gua dukun." kata Clarissa sambil mencibir Adel.

"Emang lu merasa? Kalau merasa bagus sih. Berarti lu dukun beranak! Hahaha" tawa Adel pecah.

Clarissa pun langsung menoyor kepala Adel," Sembarangan lu!" gerutu Clarissa kesal.

***

Bian sedang duduk di dalam kelas. Ia sedang menunggu jam pelajaran dimulai. Seseorang memanggilnya membuat ia menoleh kesuara tersebut. Dilihatnya teman-temannya yang sedang berjalan kearahnya.

"Tumben benar lu cepat datang" kata Alex sambil mendudukan bokongnya dikursi sebelah Bian.

Bian tidak menjawab. Ia hanya diam. Alex dan teman-temannya yang melihat kelakuan aneh Bian langsung saling melirik satu sama lain. Mereka langsung paham. Pasti telah terjadi sesuatu dirumah Bian. Mereka sangat paham dengan sifat Bian.

"Bro" kata Adriel sambil menepuk pundak Bian dari belakang karena sedari tadi Adriel sudah mendudukan bokongnya dikursi barisan belakang.
"Kami tau lu ada masalah. Kalau lu memang gak fokus untuk belajar, mendingan lu istirahat aja" kata Adriel memberikan pendapat kepada Bian.

Bian hanya menatap Adriel. Setelah itu ia memalingkan wajahnya. "Gua gak apa-apa" kata Bian berbohong.

Teman-temannya Bian yang mendengar kebohongan dari Bian hanya bisa menghela napas. Mereka tau Bian orangnya susah untuk diatur.

"Kita itu udah lama kenal. Lu kira kami gak tau apa kebiasaan lu? Jangan kek gini Ian. Kalau lu memang ada masalah, cerita ke kami. Percuma kami ada buat lu tapi lu gak manfaatin. Jadi gunanya kami selalu buat lu apa? Hanya untuk bersenang disaat lu senang? Kalau itu pemikiran lu, lu itu salah besar. Malah justru kalau lu gak mau ceritain masalah lu ke kami, malah kami seakan-akan gak berguna bagi lu!" kata Alex membuat semua teman-temannya mengangguki kepala."Kalau lu memang gak mau cerita untuk hari ini ke kami, gak pa-pa. Intinya kami selalu ada buat lu." kata Alex lagi.

"Kalau diantara kita terluka, semua akan juga terluka." kata Nathan membuat Bian langsung tersenyum.

"Yoi mamen! Kita itu udah seperti saudara. Gak ada yang namanya diantara kita terluka semuanya bahagia. Kalau diantara kita dihajar atau pun dihantam, kita siap untuk bertanding melawan mereka. Meskipun terkadang diantara kita suka saling mengejek, tapi itulah yang membuat kita menjadi nyaman." kata Gali membuat semua anak geng bully terharu dengan kata-kata Gali.

"Gua terharu, Li. Ternyata lu gak bodoh-bodoh amat ya ngerangkai kata-kata. Semalam tidur jam berapa Li sampai bisa merangkai kata-kata yang gak seberapa ini?" tanya Nathan sambil melipat kedua tangannya didadanya.

"Li. Lu gak kesambet jin kan? Kok otak lu cair gini. Jangan-jangan sebelum lu kesekolah, lu panaskan dulu otak lo di baskom ya?" kata Adriel membuat teman-temannya tertawa.

"Ah. Gali sosweet banget sih. Sini peluk dulu" kata Alex sambil merentangkan kedua tangannya.

"Bangsat! Lu kira gue homo? Enak aja lu minta peluk-peluk" gerutu Gali kesal sambil menoyor kepala Alex.

"Makasih bro buat lu semua! Gue senang punya sahabat kek lu semua. Meskipun ada gesrek nya sedikit." kata Bian tertawa membuat semua teman-temannya tersenyum.

Mereka gak pa-pa dibilang gesrek oleh Bian,asalkan Bian bisa tersenyum mereka sudah sangat senang.
Karena mereka tau, sebenarnya hati Bian itu sedang hancur meskipun pura-pura disembunyikan.

***
Gimana untuk part ini? Semoga bisa menghibur kalian!:)
Btw, makasih buat kalian yang selalu membaca ADELBIAN dan makasih juga yang sudah memasukkan ADELBIAN ke reading list❤ Dan yang belum, jangan lupa untuk masukan cerita ADELBIAN ke reading list kalian ya!:))

Tetap jaga kesehatan dan tetap bersyukur!

Jangan lupa vote and comennt nya guys!
Thankyou!❤

ADELBIAN (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang