40. Pengungkapan suka

68 15 17
                                    

Happy reading!

***

Tolong banget yang gak pernah
vote silahkan belajar vote mulai sekarang. Dan yang malas koment coba koment sekarang.
Jangan main enak aja. Gak tau cara menghargai penulis.

Bukannya masuk ke dalam kelas, Bian malah berjalan menuju basecamp. Saat Bian datang ke bascamp, Nathan sudah menatap Bian dengan sengit. Bian tidak mau ambil pusing. Bian duduk di sofa sambil menaruh kakinya di meja dekat sofa.

"E, bos udah datang. Dari mana aja bos? Bucin ya," goda Gali namun tidak di respon sama sekali oleh Bian.

"Tumben lo tadi sama Adel. Lo memang gak kesurupan kan tadi?" tanya Adriel yang posisi duduknya di tengah. Sementara Gali di sebelah kanan, dan Nathan di sebelah kiri.

"Kenapa emangnya?" tanya Bian sambil menatap Adriel.

"Enggak pa-pa sih. Aneh aja lo tiba-tiba bareng Adel," kata Adriel dan diangguki oleh Gali.

"Lo gak lagi nyusun rencana busuk kan, bos?" tanya Gali was-was. Ia merasa takut Bian sedang menyusun rencana untuk menyiksa Adel.

"Menurut lo?" tanya Bian sambil menyeringai.

Itu bukan jawaban. Melainkan pertanyaan balik yang dilontarkan oleh Bian. Nathan yang sudah emosi dari tadi makin menjadi emosi akibat pertanyaan Bian.

"Lo kalau memang ada niat untuk jahatin Adel, mending lo pergi jauh-jauh dari dia, bangsat!" hardik Nathan sambil berdiri dan mendorong kedua bahu Bian yang sedang duduk di sofa.

"Kok lo yang sewot? Emang lo siapa dia, ha?" tanya Bian tak kalah sengit sambil menatap Nathan dengan tajam.

Nathan terkekeh. "Gue memang bukan siapa-siapanya. Tapi gue akan menjadi orang yang terpenting dalam hidupnya. Dan satu lagi. Kalau lo berani macam-macam ke dia, gue gak segan-segan hajar Lo. Gue gak peduli lo ketua atau siapapun." tekad Nathan. Cowok itu berjalan lalu membuka pintu bascamp dan langsung pergi meninggalkan mereka dengan menutup pintu bascamp dengan sangat kencang.

"Lo memang gak ada niat jahatin dia kan, Ian?" tanya Adriel sekali lagi.

"Bukan urusan lo, Rel!" hardik Bian setelah itu juga ikut melenggang pergi. Sekarang tersisa lah Adriel dan Gali yang berada di basecamp tersebut.

"Sendiri lagi, sendiri lagi" Gali bernyanyi membuat Adriel menoyor kepala Gali.

"Gak sendiri, bodoh! Kita berdua nih," ucap Adriel geram membuat Gali terkekeh.

"Gue lupa. Gue tadi gak lihat lo disini," ucap Gali membuat Adriel menghela napas.

Susah memang berbicara dengan orang yang tidak waras. Lebih baik mengalah.

"Udah lah. Gue cabut," ucap Gali sambil berjalan namun dihalangi oleh tangan Gali sehingga Adriel terpaksa berhenti.

"Apa lagi, anjir?!"

"Mau kemana?"

"Mau jumpa ayang beb lah," balas Adriel cepat.

"Ikut," rengek Gali.

"Idih. Gak, gak! Lo nanti jadi pengganggu. Mending jauh-jauh sana!" ucap Adriel sambil berlalu meninggalkan Gali yang sedang menghentakkan kaki nya.

ADELBIAN (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang