2. Rumah sakit

392 172 78
                                    

Happy Reading!

***

KETIKA sampai di rumah sakit, dokter pun langsung memeriksa cowok yang di bawa oleh Adel. Sepuluh menit kemudian dokter pun telah selesai memeriksa, dan langsung keluar dari ruangan tersebut.

"Saudara pasien?" tanya dokter

"I-iya dok. Saya" jawab Adel terbata-bata. "Bagaimana dok keadaannya?" tanya Adel.

"Dia hanya mengalami luka saja. Dan untung saja tidak terlalu parah. Saya sudah menulis resep untuk penyembuhan luka nya. Mohon nanti di tebus resep nya." ucap dokter sambil memberikan kertas berisi resep.

"Makasih dok." ucap Adel

Dokter hanya menganggukan kepala. Ia pun bergegas pergi.

Adel pun masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Bagaimana keadaan lu?" tanya Adel yang sudah berdiri di samping cowok itu.

"Masih sakit" jawab cowok itu sambil menatap Adel.

"Semoga cepat sembuh ya. Ini ada resep obat dari dokter." kata Adel sambil mengulurkan kertas berisi resep.

"Makasih." ucap cowok itu sekenannya.

Cowok itu menatap Adel sambil memicingkan mata. "Ngapain lu
bawa gua ke sini?" tanyanya.

"Kenapa emangnya?" tanya Adel sambil memicingkan matanya.

"Gua enggak punya uang buat bayar rumah sakit ini," celetuknya membuat Adel langsung tersenyum.

"Tenang aja. Gua udah bayar biaya rumah sakit ini"

"Tapi gue enggak enak sama lu"

"Santai aja."

Aneh! Ni cewe pasti bukan sembarangan orang. Dia ngantar gue pakai mobil mahal. Dan sekarang nih cewek membawa gue ke rumah sakit termahal. Pasti ia orang kaya. Tapi kenapa dandanannya cupu sekali, batin cowok itu.

"Apa lu punya nomor ponsel keluarga yang bisa di hubungi?" tanya Adel

Cowok itu mengangguk. "Punya. Tolong lo ambilkan di tas gua paling belakang" suruh cowok itu sambil menunjuk tas nya yang terletak di meja.

"Ini," kata Adel sambil mengulurkan ponsel punya cowok itu.

"Lu cari aja kontak yang bernama kakak."

Adel pun langsung mencari nama kontak yang bernama kakak. Adel pun langsung menghubungi nama kontak itu. Setelah di angkat, Adel langsung mengabari, bahwasannya adeknya di rumah sakit. Adel pun menjelaskan semua masalah kenapa adeknya bisa seperti ini. Setelah semuanya sudah jelas, Adel langsung mematikan teleponnya.

"Kakak lu bilang, ntar lagi dia kesini," kata Adel sambil mengulurkan ponsel cowok itu.

"Oke" jawab cowok itu sambil menerima ponsel. "Nama lo siapa?" tanyanya.

"Nama gue Adel Fidellia. Lu cukup panggil gue Adel," kata Adel datar.

"Oke. Kenalin gua Bima. Gua mau bilang makasih buat semuanya, karena lu udah bantuin gue." kata Bima.

Adel tersenyum. "Sama-sama. Lagian sesama manusia harus saling membantu." kata Adel.

Kalau di lihat-lihat, nih cewek manis juga. Apa lagi ketika ia tersenyum. batin Bima

Tok tok tok

Adel dan cowok itu pun langsung menoleh ke suara ketukan pintu.

"Masuk!" perintah Bima.

Kakak Bima langsung masuk dan berdiri di samping Adel.

"Kamu yang udah menolong adik saya?" tanya Stefani. Kakak Bima.

Adel mengangguk.

Stefani tersenyum. "Terima kasih. Kamu baik sekali." ucap Stefani.

Adel hanya tersenyum. Tiba-tiba ia teringat, bahwasannya Adel harus pulang sekarang juga.

"Kak, saya pulang duluan ya," pamit Adel.

"Iya. Hati-hati ya. Dan sekali lagi terima kasih." ucap Stefani tersenyum.

"Bentar" ucap Bima membuat Adel menatapnya.

"Gua boleh tanya sama lu?"tanya Bima ragu-ragu sambil memandang Adel.

"Soal?" jawab Adel sambil mengerutkan dahinya.

"Sebenarnya lu siapa? Lo pasti bukan cewek sembarang kan?" tanya Bisma todepoint.

Adel langsung menatap Bima dengan sorot tajam. "Lu gak perlu tau gua siapa. Mending lu urusin hidup lu!" celetuk Adel dan langsung pergi beranjak meninggalkan kakak beradik itu.

***

Hello guys!

Masih setia kan dengan cerita author? Semoga aja masih ya. hehehe:)

Maaf jika ada typo yang membuat kalian tidak suka membacanya. Kalau memang mau ngasih saran, tolong di comennt aja ya guys!:)

Dan Jangan lupa juga buat vote dan comennt nya ya guys!

Thank you!:)


ADELBIAN (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang