6. Pesan Suara

47 8 0
                                        

Soon Mee mendengus kesal mendapati ponselnya terus bergetar di saku roknya. Baru juga dia meletakkannya di dalam agar matanya tidak terganggu dengan notifikasi yang terus muncul. Tapi jika begini, Soon Mee jadi lebih terganggu. Bisa-bisa dia tidak menghabiskan makanannya, sebelum jam istirahat berakhir.

Terpaksa Soon Mee mengeluarkan ponselnya lagi dari saku dan membalas pesan dari seseorang yang sudah menerornya sejak tadi pagi. Itulah kakaknya sendiri. Soon Mee menekan-nekan layar datar tersebut dengan kesal. Membalasnya dengan menambahkan banyak tanda seru agar Soonyoung tau dirinya sangat terganggu dengan kelakuannya. 

Setelah puas mengeluarkan segala uneg-uneg-nya, Soon Mee baru berkata maaf dan mengiyakan apa saja kemauan kakaknya itu. Bukan menanyakan keadaannya. Bukan menanyakan apakah dirinya sudah makan atau belum. Soonyoung justru menanyakan orang lain. Kakak macam apa itu?

Dari kemarin sore, selesai Soonyoung mengutarakan semua hal mengenai Byeolin, kakaknya terus membujuk Soon Mee untuk mencari informasi apa pun tentang Byeolin. Sore, malam, pagi ini, sampai siang ini, yang ditanyakan Byeolin terus. Soon Mee mendengus kesal mengingatnya. 

Kalau tau begini, lebih baik Soon Mee tidak mengetahui apa-apa tentang perasaan Soonyoung. Lagipula kakaknya sedang kuliah atau tidak sih? Kok bisa chatting-an terus? Sepertinya sudah berencana mau tidak lulus lagi ini.

Setelah tidak ada lagi teror yang masuk ke ponselnya, Soon Mee kembali memasukkan makannnya. Karena Soonyoung, makanannya jadi tidak habis-habis. Dari saat kantin masih ramai, hingga sepi begini.

Awas saja, akanku kerjai dia. Menyusahkan saja. Aku jadi makin yakin kalau waktu lahir kita tertukar. Pasti aku yang harusnya keluar duluan. Pikir Soon Mee. Menghabiskan makanannya dengan cepat sebelum jam istirahat berakhir.

Memasukkan dua kali sendokkan nasi ke mulutnya sekaligus. Sekali, dua kali mungkin Soon Mee bisa memasukkan banyak. Tapi setelah yang ketiga kalinya, Soon Mee tersedak. Dia menepuk-nepuk dadanya sendiri. Terbatuk-batuk tanpa seorang pun membantu menepuk pundaknya karena hanya seorang diri di kantin.

Tangan Soon Mee meraba-raba meja mencari minuman, tapi dia baru ingat jika tidak membeli minum untuk mengirit uang jajan. Sial! Rutuk Soon Mee dalam hati. Kualat sudah jahat dan berniat buruk pada kakaknya sendiri.

Selama Soon Mee melegakan tenggorokannya sendiri, ada seseorang yang menyodorkan sebotol air putih dengan tutup yang telah terbuka. Tanpa menunggu lebih lama, Soon Mee segera meraih botol itu dan meneguk airnya hingga tenggorokannya lega. Orang tersebut pun mengusap-usap punggung Soon Mee. Bantu menenangkan dirinya.

"Sudah tidak apa-apa?" Tanyanya.

Soon Mee mengangguk. "Gomawoyo." Ucap Soon Mee setelah selesai meneguk minuman milik Byeolin. "Nanti aku ganti minumannya ya."

Niat irit, tapi ujung-ujungnya ganti minuman orang lain. Untung kakak ipar sendiri. Kalau jadi. Batin Soon Mee.

"Tidak usah. Nanti aku beli sendiri lagi, itu punya orang lain kok."

Soon Mee memiringkan kepalanya. Dia dijadikan pesuruh? Soonyoung kalau tau ini, bisa bahaya. Soon Mee jadi resah sendiri. "Kau disuruh-suruh?"

"Eh? Aniyo." Byeolin menggerakkan tangannya ke kanan kiri dengan cepat. "Tadi aku mau beli plester, jadi sekalian aja aku tanya ada yang mau nitip aku tidak." Jelasnya.

Bibir Soon Mee membentuk lingkaran sempurna. Aku tidak mau kasih tau soal ini ah. Kalau Soonyoung tau kebaikan lain dari Byeolin, aku sendiri yang repot sama level bucinnya yang melewati batas itu, Batinnya.

Tidak lagi ingin menghabiskan makanannya, Soon Mee pergi menyusul Byeolin yang hendak membeli minuman kembali. Membayarkan minuman tersebut meskipun mendapat penolakan dari calon kakak iparnya. 

247 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang