Seungkwan dan Chan saling bertukar pandang. Sesekali Seungkwan memberikan kode dengan menggerakan kepala atau tangannya. Mata Seungkwan pun tidak luput memberikan bahasa isyarat, membuat Chan makin risih melihatnya.
"Bicara biasa saja. Lagipula orangnya tidak akan sadar kita bicarakan." Kata Chan. Sudah tidak kuat dengan pergerakan Seungkwan yang makin bermacam-macam. Bahkan sedikit absurd sampai tidak bisa ditebak dengan logika. Kreatifitas Seungkwan sudah lewat batas.
"Ya!! Kau ini sama sekali tidak peka. Aku kan hanya ingin tanya apa lagi yang terjadi dengannya? Aku merasa aneh setiap kali dia tersenyum-senyum sendiri. Biasanya hanya bengong, tapi sekarang dia tersenyum sambil mengirimkan pesan pada seseorang. Apa mereka sudah bertukar nomor telepon?" Tebak Seungkwan.
"Mollayo." Balas Chan acuh tak acuh. Mendapatkan helaan napas dari Seungkwan beserta tatapan sinisnya.
"Aish! Kau ini. Berada di antara kalian membuatku sakit kepala." Seungkwan mengoceh dengan suara lebih kecil. Setidaknya hanya bisa di dengar Chan dan juga Soonyoung yang masih fokus membalas pesan pada seseorang.
"Sama." Senyum Chan. Tanpa rasa bersalah. "Kalau kau penasaran, intip saja. Nanti pasti tidak penasaran lagi."
"Kenapa kau mengatakan semuanya dengan mudah? Apa kau tidak ingat aku pernah dipukul Soonyoung hyung hanya karena mengangetkannya yang lagi fokus?" Omel Seungkwan dengan mata dipelototkan dan bibir yang mengoceh sambil maju-maju.
Chan kembali memamerkan senyum. "Daripada kau penasaran."
"Aku lebih memikirkan keselamatanku. Oh ya, apa dia ingat besok ujian?" Tanya Seungkwan lagi. Tidak bisa berhenti bicara.
"Ujian? Memang besok ada ujian? Ujian apa?" Soonyoung dengan cepat merespon mereka berdua setelah mengabaikan semua pembicaraan mereka. Bukan tidak mendengarkannya, Soonyoung hanya tidak mau menggublisnya. Soonyoung tau kok mereka membicarakannya. Tapi dia lebih ingin membangun hubungan dekat dengan Byeolin.
Meski saat ini dia hanya bertukar pesan melalui ponsel Soon Mee, setidaknya Byeolin yang membalas pesan itu. Karena Soon Mee malas mewakilkan diri untuk menanyakan ini itu tentang Byeolin, jadinya Soon Mee dengan senang hati menyerahkan ponselnya pada gadis itu. Byeolin sendiri masih belum mau memberikan nomor ponsel padanya. Mungkin masih takut. Soonyoung tidak mempermasalahkan itu. Lagipula adiknya mau menjadi perantara di antara mereka. Adik yang baik.
Tapi mendengar kata ujian, kesenangannya menghilang seketika.
"Besok memang ada ujian apa?" Ulang Soonyoung lagi.
"Tentu saja ujian akhir semester." Soonyoung segera berdiri tegak dari kursinya menatap kedua adik tingkat yang sekelas itu.
"Kapan?" Tanya Soonyoung. Mengulang pertanyaan yang sama hingga Seungkwan membalas, "Besok." dengan tekanan.
"Bahaya! Bahaya! Bahaya!!" Soonyoung bergegas keluar dan coba menghubungi seseorang yang dia yakin bisa membantunya.
"Yeoboseyo! Aku butuh bantuanmu. Kau ada di tempat biasa kan?" Suara Soonyoung begitu kencang. Bahkan rasanya bisa terdengar sampai tiga ruangan sekaligus.
Sekarang baru bisa kerepotan. Mungkin ada untungnya wanita itu satu kampus dengannya. Setidaknya, Soonyoung hyung bisa termotivasi untuk cepat lulus. Semoga saja tidak ada terjadi. Batin Chan.
Entah kenapa perasaan Chan sedikit resah dengan semua ini. Dari awal, Chan merasa cara Soonyoung yang diam-diam begini, justru akan menimbulkan masalah.
☆🐯☆
"Bersabarlah lebih lama lagi, hyung. Sebenarnya aku bingung harus menyarankan apa, masalah keluarga hyung terlalu privasi untukku masuki."

KAMU SEDANG MEMBACA
247 [TERBIT]
FanfictionMencintaimu adalah salah satu hal terindah untukku. Setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik yang ku lakukan hanya memikirkanmu. Tidak pernah ada rasa bosan untukku memandangmu, meski dirimu tidak tau akan perasaan ini. Tapi ini cuk...